• Berita
  • Kasus Covid-19 Kota Bandung Naik, Masyarakat Diajak Mengetatkan Kembali Protokol Kesehatan

Kasus Covid-19 Kota Bandung Naik, Masyarakat Diajak Mengetatkan Kembali Protokol Kesehatan

Kenaikan kasus Covid-19 terjadi di Kota Bandung seiring ditemukannya varian baru XXB. Protokol kesehatan menjadi kunci pencegahan serangan Covid-19 XXB ini.

Petugas kesehatan menyiapkan vaksin Covid-19 Pfizer kedaluwarsa yang telah diperpanjang masa penggunaannya di pusat vaksinasi massal Covid-19 dosis primer dan booster di Taman Dewi Sartika, Bandung, 18 Oktober 2022. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.ic)

Penulis Iman Herdiana16 November 2022


BandungBergerak.idAktivitas warga berangsur pulih setelah lama didera dalam pandemi berkepanjangan. Situasi ini setidaknya terjadi hingga paruh terakhir tahun ini. Namun kini warga kembali diingatkan pentingnya protokol kesehatan karena pandemi Covid-19 belum berakhir dan cenderung naik kembali.

Kenaikan kasus misalnya terjadi di Kota Bandung seiring ditemukannya varian baru XXB. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mencatat ada 1.023 kasus konfirmasi Covid-19 per 15 November 2022 dengan 180 kasus baru. Padahal pada awal Oktober, kasus Covid-19 di Kota Bandung sangat landau dengan kasus konfirmasi aktifnya di angka 229 dalam satu pekan.

“Angka itu naik terus hingga saat ini,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani, dalam Bandung Menjawab, Rabu (16/11/2022).

Saat ini status positivity rate di Kota Bandung berada di angka 8,8 persen dengan level BOR di angka sekitar 20 persen dengan konversi 13 persen dibandingkan era ledakan pandemi pada pertengahan 2021.

Di sisi lain, peningkatan kasus di sebuah wilayah terjadi karena adanya varian (Covid-19) baru seperti XXB. Varian ini diketahui telah masuk ke Bandung dengan ditemukannya seorang pasien positif.

Meski demikian, Ira mengajak masyarakat Kota Bandung untuk tetap tenang. Sebab menurutnya, ikhtiar mengatasi pandemi ialah dengan menerapkan protokol kesehatan serta melakukan vaksinasi.

“Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengetatkan lagi protokol kesehatan dan segera melakukan vaksinasi,” pesan Ira.

Adapun di tengah peningkatan kasus Covid-19, stok vaksin di Kota Bandung dinyatakan mencukupi. Dalam tiga tahap, Kota Bandung mendapat jatah 5.000 vial vaksin Pfizer.

Sebagai informasi, 1 vial dosis bisa digunakan untuk 6 orang, sehingga stok vaksin tambahan tersebut berada di kisaran angka 30.000 dosis. Terkait info vaksinasi ini bisa didapatkan melalui media sosial Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Baca Juga: Warga Terdampak Kereta Cepat di Bandung Merespons KTT G20 di Bali
Pengelolaan Sampah TPPAS Legok Nangka Bisa Mematikan Gerakan Kang Pisman
Berjalan Kaki Menceritakan Kuliner Legendaris di Kota Bandung

Subvarian Omicron XBB

Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Gunadi, mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi masuknya Covid-19 subvarian Omicron XBB ke Indonesia. Namun, Gunadi tetap meminta masyarakat untuk tetap waspada dan memperkuat penerapan protokol kesehatan.

“Jangan khawatir berlebihan. Bagi yang belum vaksin segerakan vaksin dan lakukan booster juga bagi yang belum untuk meningkatkan perlindungan terhadap penularan Covid-19 sub varian baru ini,” jelasnya, dikutip dari laman UGM.

Gunadi menjelaskan bahwa Covid-19 akan terus terus bermutasi. Adapun varian baru XBB merupakan hasil evoulsi dari varian Omicron. Karenanya varian XBB memiliki sifat dasar yang sama dengan Omicron dari segi kecepatan penularannya. Disamping itu, varian ini juga dianggap setara dengan kemampuan varian Omicron BQ.1.1 dalam menghindari sistem imun tubuh (imun escape).

“Varian XBB ini selain cepat penyebarannya juga bersifat imun escape setara dengan Omicron BQ. 1.1 yang bersifat paling mampu menghindar dari sistem imun kita. Ini patut menjadi perhatian kita semua,” terangnya.

Di Singapura saat ini terjadi peningkatan kasus gelombang XBB. Menurutnya, Singapura dengan cakupan vaksinasi yang bagus, namun angka kasus XBB meningkat kebih dari 50 persen dimungkinkan karena program testing, tracing, genomic surveillance yang cukup tinggi sehingga banyak temuan kasus.

“Singapura ini mungkin testing dan tracingnya cukup tinggi sehingga tidak berarti negara lain yang rendah kasus XBB ini memang rendah kasusnya. Bisa jadi karena testing, tracing, genomic surveillance belum tinggi,” paparnya.

Gunadi menyampaikan bahwa saat ini Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM terus aktif berpartisipasi melakukan pengawasan genom (genomic surveillance). Pihaknya hingga saat ini terus melakukan pemeriksaan sampel dengan metode whole genome sequencing atau pengurutan keseluruhan genome pada virus Covid-19 untuk melacak bagian yang mengalami perubahan materi genetik atau mutasi di wilayah DIY dan Jawa Tengah.

“UGM masih terus melakukan genomic surveillanc. Kita ambil sampel di akhir September 2022 lalu dan saat ini masing dalam proses running serta analisis harapannya hasilnya bisa keluar di minggu-minggu ini untuk bisa mengetahui apakah ada XBB di DIY dan Jateng,” urainya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//