BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #12: Menjadi Dosen Zaman Pendudukan Jepang
Pada zaman Jepang, Mochamad Enoch tercatat pernah mengajar di Technische Hoogeschool Bandoeng yang kini ITB.
Atep Kurnia
Peminat literasi dan budaya Sunda
13 Desember 2022
BandungBergerak.id - Tadinya sangat tipis harapan saya untuk mendapatkan rekam jejak kehidupan Mochamad Enoch pada masa pendudukan Jepang di tanah air, antara tahun 1942 hingga 1945. Namun, setelah membolak-balik potongan demi potongan berita yang tersaji dalam koran Tjahaja, saya mendapatkan titik terang riwayat kerja Enoch pada tahun 2604 atau 1944.
Intinya, paling tidak, sejak pertengahan Shigatu 2604 (April 1944), Mochamad Enoch menjadi salah seorang staf pengajar atau dosen di Sekolah Tehnik Tinggi, nama semasa pendudukan Jepang untuk Technische Hoogeschool Bandoeng (kini ITB). Ia diangkat menjadi dosen untuk mengampu mata kuliah yang bertautan dengan ilmu bangungan.
Pengangkatan tersebut sangat beralasan, mengingat Enoch pada 1921 hingga 1924 mengikuti kursus arsitektur, kursus di Technische Hoogeschool Bandoeng antara 1930 hingga 1932 untuk mempelajari Staat-Administratief, Handelsrecht dan Technologie der Assaineering, dan memperoleh ijazah atau sertifikat sebagai “praktijk-ingenieur” pada 1940.
Dalam tulisan kali ini, saya akan mulai dengan pembahasan ihwal pembukaan kembali Technische Hoogeschool Bandoeng, penerimaan mahasiswa, dan pengangkatan dosen-dosen bangsa bumiputra di zaman pendudukan Jepang sebagai latar belakang bagi karier Mochamad Enoch di masa tersebut. Semua data yang saya gunakan berasal dari berita-berita yang tersaji dalam koran Tjahaja edisi Sangatu 2604 (Maret 1944) hingga Shigatu 2604 (April 1944).
Pembukaan Sekolah Tehnik Tinggi
Berita pertama yang saya dapatkan berasal dari tanggal 20 Sangatu 2604. Di situ ada berita yang bertajuk “Ikoet Oedjian Sekolah Tehnik Tinggi”. Isinya berkisar di sekitar kehadiran 25 orang pemuda dari Mataram (Solo) di Bandung yang akan mengikuti ujian masuk Sekolah Tehnik Tinggi pada 21 dan 22 Sangatu 2604. Semuanya merupakan lulusan sekolah Taman Madya (Sekolah Menengah Tinggi Taman Siswa).
Dua hari kemudian, dalam Tjahaja edisi 22 Sangatu 2604, saya mendapatkan titik terang tentang waktu pembukaan Sekolah Tehnik Tinggi di Bandung, termasuk suasana menjelang pembukaannya. Ringkasnya sekolah tersebut akan dibuka pada awal Shigatu 2604, Bandung dibanjiri para pemuda yang akan mengikuti ujian masuk, dan jumlah kuota mahasiswa yang dibutuhkannya.
Di situ dikatakan, “Dengan akan diboekanja Sekolah Tehnik Tinggi dan Senmonbu pada boelan jang akan datang, belakangan ini Bandoeng dibandjiri oleh pemoeda-pemoeda dari pelbagai tempat seperti dari Djakarta, Semarang, Jogja, Soerabaja dan lainnja. Banjak sekali antara mereka itoe jang menoempang dan menginap pada keloearga-keloearga, jang dengan rela hati menerimanja”.
Sementara untuk kuota mahasiswanya disebutkan, “Oentoek Sekolah Tehnik Tinggi ada kira-kira 170 pemoeda jang toeroet oedjian masoek, sedangkan tempat jang disediakan banjaknja 45, oentoek 90 tempat di Senmonbu ta’ koerang dari 315 pemoeda toeroet oedjian”.
Masih dalam kaitannya dengan calon mahasiswa yang hendak mengikuti ujian masuk Sekolah Tehnik Tinggi, dalam Tjahaja edisi 24 Sangatu 2604 ada berita tentang sepuluh orang pemuda perwakilan dari Sumatra yang ditunjuk untuk menuntut ilmu tehnik di sekolah tersebut. Konon, “Mereka itoe mewakili hampir segenap daerah Soematera, oleh karena pemilihannja diatoer sedemikian roepa, hingga masing-masing daerah di poelaoe terseboet nantinja akan mendapat ahli tehnik jang tjakap”. Sebagian di antaranya adalah mahasiswa lama Technische Hoogeschool Bandoeng.
Para pemuda itu adalah Amroe Baghwi dari Tapanuli, Irdam Idris dan Imras dari Minangkabau, Ardani M.H. dari Sumatra Timur, dan Soehaimi dari Palembang. Sementara untuk Senmonbu ada Kamaroes dari Lampoeng, Darry Salim dan Abdoerrachman Nawawi dari Palembang, Maswar dari Sumatra Timur, dan Teukoe M. Ali dari Aceh.
Baca Juga: BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #9: Direktur Sementara Sipatahoenan
BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #10: Sportpark Tegallega, VORL, dan Museum Parahiangan
BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #11: Direktur Pekerjaan Umum Kabupaten Bandung
Sebagai Staf Pengajar
Staf-staf pengajar Sekolah Tehnik Tinggi baru diangkat sebulan kemudian, persisnya beberapa hari setelah dibuka. Dalam Tjahaja edisi 6 Shigatu 2604 ada berita berjudul “Angkatan pengadjar-pengadjar Sekolah Tehnik Tinggi”.
Pada awal berita terbaca, “Baroe-baroe ini Pemerintah Balatentara telah mengangkat 18 orang pengadjar bangsa Indonesia pada Sekolah Tehnik Tinggi di Bandoeng. Pengadjar-pengadjar tsb. Djoega merangkap mendjadi pengadjar pada bagian Senmonbu (College), diantaranja 3 professor dan 2 asissten-professor, 6 orang dari pengadjar-pengadjar itoe sekarang sedang dilatih ditempat latihan pegawai negeri di Djakarta.
Para pengajar yang diangkat itu adalah sebagai berikut: Ir. Roosseno, Ir. Mas Soetidjo, Ir. R.M. Soepardi Prawirodipoero, Ir. Goenarso, Ir. R. Sardjono, Ir. M. Soenarjo, Soetan Mochtar Abidin, Ir. Djoeanda, Ir. Soetomo Wongsotjitro, R. Moehammad Enoch, Ir. R.M.M. Effendi Saleh, Ir. R. Entjon Padmakoesoemah, Mr. R. Hendromartono, Ir. Sd. Tjokronolo, dan W.J.S. Poerwadarminta.
Mengenai Mochamad Enoch disebutkan sebagai “Priangan Syuu Kootu Dobuku Bandoeng, dosen dalam ilmoe bangoenan”.
Secara khusus koran Tjahaja edisi 14 Shigatu 2604 menampilkan profil Mochamad Enoch dalam tulisan “Merantjang Kota-kota Besar dan Daerah”. Dalam tulisan tersebut, tempat dan tanggal lahir, karier, dan kagiatan-kegiatan Enoch turut dibahas, meski sekilas-sekilas.
Dalam tulisan itu dikatakan, “Tentang ini dan tentang so’al tehnik pada oemoemnja, kita ingat akan diboekanja Sekolah Tehnik Tinggi dan diangkatnja seorang ahli dalam Planologie dan Stedenbouwkunde (merantjang kota-kota besar dan daerah) mendjadi dosen, ialah R. Moehammad Enoch, praktek insinjoer jang mempoenjai pengalaman loeas dalam segala lapangan tehnik”.
Selanjutnya dikatakan tentang kelahiran dan pendidikan yang ditempuh oleh Enoch. Kata koran, “Dilahirkan di Tjiandjoer, tanggal 12 Pebruari 1893 (M), tahoen 1912 loeloes (mendapat idjazah KWS dan sebagai orang jang radjin menoentoet ilmoe menambah pengetahoean, tahoen 1924 loeloes dan mendapat idjazah arsitek”. Ditambah dengan “sekolah insinjoer di Bandoeng 2 tahoen lamanja dalam pengetahoean Staats- dan administratief-recht, tehnik menjehatkan (Technologie der Assaineering), Waterleiding. Pengairan dan seperti telah diseboetkan diatas merantjang kota-kota besar dan daerah”.
Di luar jabatannya, katanya, Mochamad Enoch terbilang terkemuka di lapangan sosial dan mejadi salah seorang anggota Indonesia di badan-badan perwakilan (haminteu dna provinsi). Pada masa pendudukan Jepang hingga pertengahan April 1944, Enoch “bekerdja di Kotubu-Doboku Priangan-Syuutyoo dengan Kongsi Koji (Pengairan), djabatan jang memang termasoek keahliannja, seperti memang banjak diketahoei oemoem, beliau itoe banjak pengetahoeannja tentang irigasi”.
Konon, ketika Mochamad Enoch ditanya mengenai pengangkatannya sebagai dosen, ia menjawab “Toean sendiri mengetahoei bahwa saja ini boekan goeroe dan merasa boekan ahli memberikan peladjaran; akan tetapi kalau memang masjarakat memanggil saja, tentoe sedapat moengkin saja akan beroesaha memenoeho kewadjiban sebagai pengadjar”.
Demikianlah, barangkali sekitar setahun setengah Mochamad Enoch menjadi dosen di Sekolah Tehnik Tinggi Bandung dan Senmonbu. Lalu, siapa saja yang saat itu sempat diajar oleh Enoch? Saya mendapatkan jawabannya dari Tjahaja edisi 28 Sangatu 2604. Di situ ada daftar para pemuda yang lulus menjadi mahasiswa di Sekolah Tehnik Tinggi dan Senmonbu.
Dari daftar itu saya memperoleh nama-nama mahasiswa Senmonbu Bagian Bangoenan antara lain Darjadi, R. Moch. Godjali, Soegianto, Basoeki Soerosoemitro, R. Hadijanto, Soerjono, R. Doezaomi Ardisasmita. Daroebroto, R. Djoemsa, R. Oeripto, Tjoa Hong Bie, R. Marjono, R. Achmad Affandi, Moenir, Bambang Soetopo, Goenawan, R. Wartaman Wangsadinata, R. Moechtaram, Istigno, Djakarja, R. Obos, R. Soekardanoe, Soeroto, Soewandi, R. Hendrokanoejoso, R. Soetarso, dan M. Karnedi.
Sementara yang menjadi mahasiswa Bagian Bangoenan Sekolah Tehnik Tinggi antara lain Hanif, Hasan Akman, Zainal Arifin Abas, R.M. Soegianto, Roeslan Batangtaris, R. Mansoer Wiratmadja, Zainal Abidin, R. Sidik Amanat, Soetomo dan Samsoelhadi.