• Kolom
  • BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #11: Direktur Pekerjaan Umum Kabupaten Bandung

BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #11: Direktur Pekerjaan Umum Kabupaten Bandung

Pengangkatan Mochamad Enoch sebagai pejabat di lingkungan Kabupaten Bandung diwarnai intrik. Jabatannya sebagai Direktur Pekerjaan Umum mengundang kontroversi.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Loge St. Jan (sekarang Masjid Al-Ukhuwah) di Logeweg (Jalan Wastukancana) sempat dijadikan tempat sidang dewan Kabupaten Bandung, termasuk soal pengangkatan Mochamad Enoch. (Sumber: KITLV 11854)

7 Desember 2022


BandungBergerak.id - Sejak 1929, Mochamad Enoch pindah ke Bandung. Ia diangkat menjadi direktur pekerjaan umum (directeur regentschapwerken) Kabupaten Bandung. Jabatan ini paling tidak diembannya hingga akhir tahun 1941. Namun, proses pengangkatannya sebagai pejabat di lingkungan Kabupaten Bandung itu semula tidak berjalan mulus. Karena sempat diwarnai intrik.

Dalam laporan De Indische Courant (4 November 1929), pemilihan Enoch mengemuka di antara partai IEV, PEB, IKP, dan CEP. Konon selama bertahun-tahun, posisi direktur pekerjaan umum Kabupaten Bandung dijabat oleh anggota dewan dari partai CEP. Saat ada lowongan, yang menjadi calon kuat posisi tersebut adalah insinyur Mariouw, pensiunan BOW, yang konon dianggap paling cakap dan dikenal bukan hanya di Hindia melainkan seantero dunia. Itu sebabnya menurut penulis laporan, pemilihan Enoch, pengawas di jawatan pengairan provinsi (“opzichter bij den Provincialen Irrigatie-dienst”), menimbulkan keheranan, karena mengalahkan kandidat-kandidat kuat. Kata penulis, itu barangkali ada kaitannya dengan politik dan ras.

De Indische Courant (15 November 1929) kembali menyentil hubungan antara politik dan ras itu dalam konteks konflik antara fraksi perwakilan bumiputra versus departemen BOW di Batavia, dan disangkutkan dengan kejadian pemilihan Enoch. Konon, Enoch mengalahkan tiga calon direktur pekerjaan umum kabupaten yang semuanya kebetulan bangsa Eropa.

Keterangan yang lebih terang saya dapat dari Bataviaasch Nieuwsblad (15 November 1929). Di situ dikatakan pada 28 September 1929 saat dewan Kabupaten Bandung bersidang dan membicarakan pengangkatan direktur pekerjaan kabupaten, diperlihatkan salinan surat dewan deputi Provinsi Jawa Barat bernomor No. Pc 53/4/3 tanggal 6 Juli 1929 (“College van Gedeputeerden ddo. 6 Juli 1929 No. Pc 53/4/3”). Dalam surat itu dewan deputi menentang kemungkinan Enoch sebagai direktur pekerjaan kabupaten oleh dewan kabupaten, karena tidak mungkin untuk menggantikan pengawas kepala Enoch dengan pengawas biasa.

Dengan demikian, konon, gubernur Jawa Barat, residen Priangan Tengah, melalui dewan deputi Provinsi Jawa Barat terus menyatakan keberatannya atas pengangkatan Mochamad Enoch. Dewan deputi juga menyatakan lebih baik dewan Kabupaten Bandung memilih di antara calon-calon sebagai berikut: F.C. Gerrits, mantan arsitek BOW, atau Ir. O.E. Mariouw, insinyur sipil.

Setelah menuai protes dan isu penarikan kembali keputusan pengangkatannya, pada 20 November 1929, Enoch ditetapkan sebagai direktur pekerjaan umum Kabupaten Bandung. (Sumber: Bintang Timoer, 22 November 1929)
Setelah menuai protes dan isu penarikan kembali keputusan pengangkatannya, pada 20 November 1929, Enoch ditetapkan sebagai direktur pekerjaan umum Kabupaten Bandung. (Sumber: Bintang Timoer, 22 November 1929)

Ditetapkan di Loge St. Jan

Dengan keadaan tersebut, agenda pembahasan dewan Kabupaten Bandung di Loge St. Jan pada 20 November 1929 adalah mempertimbangkan kembali pengangkatan Mochamad Enoch (De Koerier, 16 November 1929). Pada praktiknya, justru saat sidang itu Enoch dibela dan diperkuat untuk menjabat sebagai direktur pekerjaan kabupaten.

Rincian proses sidangnya dapat disimak dari Bintang Timoer edisi 22 November 1929. Pada awal laporan bertajuk “Benoeman t Enoch Ditetapkan” itu dikatakan pada Rabu, 20 November 1922, mulai pukul sembilan pagi dibuka sidang dewan kabupaten di Loge St. Jan yang diketuai bupati Bandung. Pertemuannya dihadiri 31 anggota dewan, empat anggota tidak hadir yang tiga di antaranya wakil bumiputra. Sekretaris sidangnya Darna Koesoema.

Sesuai agenda, pertemuan tersebut membahas pemeriksaan kembali keputusan tanggal 28 September 1929 tentang pengangkatan Mochamad Enoch. Orang pertama yang angkat bicara adalah Amin Soekahar. Ia “koerang senang hati pada gecomitteerden jang melimpahkan kesalahan itoe pada Raad, sedang keberatan gedeputeerden atas benoeman toean Enoch diperlihatkan pada lid-lid Raad”.

Intinya, Soekahar tidak menyetujui penarikan kembali surat keputusan dan jangan menganganggap pertanyaan gubernur Jawa Barat sebagai perintah (“Bahwa Gobernoer dari West-Java menanjakan motieven benoeman, itoe djangan teroes dianggap sebagai perintah. Benoeman ini tidak melaloei batas jang ditentoekan ...”).

Seorang wakil bangsa Eropa, K. Denijs sepakat dengan Soekahar. Ia menyatakan dewan kabupaten bisa menarik lagi surat keputusan, tetapi jarang sekali terjadi, karena akan merendahkan dewan tersebut. Dewan hanya dapat menarik surat keputusannya dalam kondisi sangat mendesak. Tetapi dalam konteks pengangkatan Enoch, tidak ada masalah, sehingga ia juga menyatakan tidak setuju untuk menarik lagi surat keputusan.

Dua wakil bumiputra lainnya menyepakati pendapat Denijs. Sementara Tjideman yang mewakili Gecommitteerden atau komisaris dewan kabupaten meminta surat keputusan dicabut. Ia menyebutkan pengangkatan itu banyak bergantung kepada politik dan kebangsaan tanpa memperhatikan kecakapan orang yang diangkat. Ia menilai kecakapan Enoch untuk beberapa hal khusus masih kurang cukup. Tjideman juga menunjukkan alasan Geputeerden yang keberatan, karena “provincie perloe pakai toean Enoch. Kenapa Regentschapsraad jang djoega satoe badan dari Pemerintah akan mengembil kepoenjaan Provincie jang perloe bagi itoe badan.”

Anggota dewan Mentel menolak pendapat Tijdeman. Ia menilai “argument toean Tijdeman itoe ada menghalangi kebebasan toean Enoch akan meninggalkan pekerdjaannja pada provincie”. Denijs menyambungnya dengan mempertanyakan mengapa Tijdeman baru sekarang menyampaikan pendapat itu. Sementara Ir. Fournier menganggap kecakapan Mochamad Enoch saat itu tidak pada tempatnya, dan menyatakan “segala ambtenaar dapat pindah ke lain badan Gouvernement, kalau ada pangkat dan pengharapan jang lebih baik baginja”. Seorang wakil Eropa lagi, Willems, tidak suka bila surat pengangkatan ditarik lagi.

Akhirnya, jalan yang ditempuh dewan Kabupaten Bandung hari itu adalah pemungutan suara. Hasilnya, 28 suara yang sepakat memperkuat keputusan pengangkatan Enoch dan 3 suara yang kontra. Kata Bintang Timoer, “Djadinja benoeman toean Enoch sebagai Directeur tetap”.

Baca Juga: BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #8: Anggota Dewan Kabupaten, Kota, dan Provinsi
BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #9: Direktur Sementara Sipatahoenan
BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #10: Sportpark Tegallega, VORL, dan Museum Parahiangan

Awal Desember 1941 tersiar kabar ihwal pemberhentian Enoch sebagai direktur pekerjaan umum. (Sumber: Sipatahoenan, 2 Desember 1941)
Awal Desember 1941 tersiar kabar ihwal pemberhentian Enoch sebagai direktur pekerjaan umum. (Sumber: Sipatahoenan, 2 Desember 1941)

Hasil Kerja 

Besar kemungkinan, setelah sidang tanggal 20 November 1929 itu Mochamad Enoch secara resmi pindah ke Bandung. Lalu, apa saja hasil kerjanya selama menjabat sebagai direktur pekerjaan umum di Kabupaten Bandung yang merentang hingga 1941?

Saya sendiri mendapatkan ringkasan pencapaiannya dalam tulisan “Doea poeloeh lima taoen dina kadinesan (29 Juli 1912-29 Juli 1937). R. Mochamad Enoch, Directeur Regentschapswerken Bandoeng” (Sipatahoenan, 31 Juli 1937) dan laporan “Pagawean Regentschap Bandeng anoe parenting dina periode 1933-1935” (Sipatahoenan, 1 Oktober 1937).

Dalam Sipatahoenan edisi 31 Juli 19337 dikatakan “Geus sakitoe pepekna padamelan andjeunna dina oesoem ti heula, memeh loentjat kana Directeur R.W” (Sebelum diangkat menjadi direktur pekerjaan umum kabupaten, hasil kerjanya demikian banyak dan lengkap,). Maksud koran tersebut adalah saat Mochamad Enoch bekerja di Madiun, Banten, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Subang.

Saat menjabat sebagai directeur regentschapwerken Bandung, Enoch juga mengepalai berbagai perusahaan milik Kabupaten Bandung seperti pasar, kuburan dan pemotongan hewan (“tapi oge ngapalaan roepa-roepa paoesahaan Regentschap bedrijven saperti: pasar, koeboeran djeung padjagalan”). Hingga Juli 1937, ia juga memberikan advis, mengepalai dan mengawasi garapan desa, sekolah-sekolah, dan sebagainya (“Kabehdieunakeun ditambahan deuih koe roepa-roepa adegan, saperti dina ngadpis, ngaloeloegoekeun atawa nalingakeunanana garapan desa, sakola-sakola djeung sabangsana”).

Konon, di antara bumiputra, Mochamad Enoch sangat terkenal rajin, sehingga ada ungkapan bahwa kerja adalah “penyakitnya” (“Bedja-bedja bae mah oemoemna bangsa oerang moal boa pada terang kana karadjinanana didamel, da koengsi aja noe njeboet magar kitoe teh ‘panjawatna’!”).

Bukti nyata hasil kerja Enoch di Kabupaten Bandung mengemuka dalam pertemuan perpisahan dengan anggota lama dewan kabupaten pada Kamis, 30 September 1937. Sekaligus menjadi bukti kerja sama antara Enoch dan R.A.A. Wiranatakoesoemah yang telah dijalin sejak mereka berdua di Cianjur, saat mengusahakan dataran Cihea.

Di antara hasil kerja antara 1933 hingga 1935 itu berkaitan dengan memperbaiki jalan (“ngomean djalan-djalan”), perusahaan yang dikelola kabupaten (“paoesahaan”), dan garapan desa (“anoe patali djeung desa2”). Jalan-jalan milik Kabupaten Bandung yang diperbaiki pada masa itu adalah Jalan Dayeuhkolot-Baleendah, Jalan Dayeuhkolot-Ciparay-Pacet, Jalan Cisarua, Jalan Cikidang-Maribaya-Cibodas yang menghabiskan anggaran sebesar 15.000 gulden dengan pembagian setengah dari kabupaten dan setengah lagi dari pihak perkebunan, dan Jalan Cimindi-Leuwigajah.

Sedangkan untuk perusahaan-perusahaan yang dikelola Kabupaten Bandung berupa penyelenggaraan ledeng di Lembang, memperbesar ledeng di Cimahi dengan mengelola mata air Cisintok, merintis dan mengelola tempat pemandian Cipanas-Maribaya, membuat pesanggrahan di Maribaya termasuk membuat Pasar Cicadas, membuat los baru di pasar Ciwidey, membuat los pasar Cimindi, dan membuat pemakaman untuk bangsa Eropa di Leuwigajah.

Garapan yang berkaitan dengan desa antara lain memberi bantuan ke desa-desa untuk kepentingan pembangunan infrastruktur, mempertimbangkan adanya pengawasan garapan desa, mengover jalan desa Cihanjuang, Cikudapateuh, sekaligus memperbaikinya, dan mengover jalan desa Lembang-Cisarua.

Saat pertemuan 30 September 1937 itu R.A.A. Wirantakoesoemah, dalam kapasitasnya sebagai ketua dewan kabupaten, mengucapkan terima kasih dan memuji hasil kerja Mochamad Enoch sekaligus mengucapkan selamat atas 25 tahun masa kerjanya di lingkungan BOW (“Nganoehoenkeun djeung moedji kana djasa2 Directeur R.W. Raden Mochamad Enoch, oge patali djeung didamelna di Goepernemen djeung di Regentschap djangkep 25 taoen kalawan loeloes moeloes toer pinanggih kamadjoean, sebagi Voorzitter Regentschapsraad, andjeunna njanggakeun kawiloedjengan”).

Setelah menjabat sejak 1929, awal Desember 1941 tersiar kabar Enoch diberhentikan sebagai direktur pekerjaan umum. Redaksi Sipatahoenan (2 Desember 1941) sempat berusaha memastikan kebenaran beritanya. Karena Enoch sedang tidak ada, untuk mengejar aktualitas, redaksi mencari narasumber berita terpercaya. Akhirnya, dari sumber itu, redaksi Sipatahoenan mendapatkan kepastian bahwa Enoch memang diberhentikan. Namun, keterangan yang didapat hanyalah “eervol onstlagen” (diberhentikan secara terhormat).

Padahal yang mereka inginkan adalah kejelasan alasan dan motif di baliknya, sebab bagi sebagian besar bumiputra Bandung yang tidak tahu, terasa seperti kilat petir di siang bolong (“Maksoed teh hajang terang koemaha alesanana, motief-na, lantaran keur oemoemna noe ngaregepkeun ti loear mah powekeun, karasana saperti tjeuk paribasa tjara boerinjaj tengah powe ereng-erengan”). Bila ukuran masa kerja, kata redaksi, Enoch baru bekerja selama 29 tahun, dan usianya belum genap 50 tahun, masih jauh ke usia 55 tahun sebagai patokan pensiun. Pasti ada sesuatu di balik keputusan tersebut (“Djadi tangtoe aja naon-naon tah di noe kapindingan koe kelir teh”), kata Sipatahoenan.

Kabar pemberhentian Mochamad Enoch dikemukakan lagi oleh Sipatahoenan (24 Desember 1941). Ternyata pemberhentian tersebut menyulut rasa penasaran anggota dewan perwakilan bumiputra, sehingga R. Poeradiredja, dkk., mengajukan interpelasi atau permintaan keterangan dalam sidang dewan Kabupaten Bandung tanggal 30 Desember 1941. Dalam Sipatahoenan disebutkan salah satu agendanya, “Interpellatie ti djoeragan Rd. Poeradiredja cs tina perkara dilirenkeunana kalawan hormat djoeragan Rd. Moh. Enoch tina Hoofd Regentschapswerken-en Bedjriven”).

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//