• Kolom
  • RIWAYAT INDISCHE PARTIJ #6: Pertemuan di Bandung (Bagian II)

RIWAYAT INDISCHE PARTIJ #6: Pertemuan di Bandung (Bagian II)

Pertemuan Indische Partij di Bandung berlangsung meriah, dihadiri delegasi dari Sarekat Islam (SI), organisasi massa dengan 90.000 anggota waktu itu.

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Tiga serangkai punggawa Indische Partij, Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat, berfoto dalam posisi duduk dari kiri ke kanan. (Foto: dokumentasi Leiden University Libraries Digital Collections)

23 Januari 2023


BandungBergerak.idPertemuan Indische Partij yang berlangsung di Bandung itu memang penuh antusias. Ribuan orang menyaksikan spanduk yang dibentangkan, seraya menggunakan topi dan kain yang dilambai-lambai. Sebelum acara pembukaan, musik mengiringi para penggawa Indische Partij untuk masuk ke gedung Vogelpoel. Di samping itu tiap-tiap anggota Indische Partij membuat komitmen bahwa mereka akan berkontribusi dengan segala upayanya untuk berjuang dalam Indische Partij di garis terdepan. Dalam pidatonya Douwes Dekker menyatakan:

Inilah pidato pembaptisan saya tentang anak kita bersama: Indische Partij...Jika Indische Partij jatuh, Kawan-kawan, ikatan panjang kalian akan terputus. Pikirkanlah itu! Ingatlah bahwa pendidikan serius anak kita ini, yaitu pendidikan Anda-anda sekalian menuju kebebasan. Ingatlah bahwa hidup anak kita ini juga kehidupan Anda…Malam ini kita di sini dibaptis untuk seluruh masyarakat Hindia Belanda. Kawan-kawan orang Hindia, pastikan baterai Anda tetap menyala (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No.IV).

Pidato yang menggebu-gebu itu menghasilkan gemuruh tepuk tangan. Kemudian seluruh penggawa dari Indische Partij afdeeling Bandung berpawai di tengah tepuk tangan yang sangat meriah. Meski tanpa diiringi musik, semangat dari ribuan orang yang hadir kian meledak, sementara Douwes Dekker mengalihkan perhatian massa kepada tokoh-tokoh dari Sarekat Islam yang hadir di pertemuan tersebut.

Memang pertemuan tersebut dihadiri oleh dua orang delegasi dari Sarekat Islam (SI). Keduanya merupakan petinggi SI yang sangat berpengaruh, yaitu Tjokroaminoto dan Hasan Ali Surati. Sementara dalam pernyataannya Douwes Dekker mengungkapkan bahwa kehadiran perwakilan SI adalah suatu kehadiran yang sangat penting, karena SI di masa itu merupakan organisasi bumiputra yang memiliki banyak massa sekitar 90.000 anggota. Demikianlah, saking pentingnya organisasi SI ini, Douwes Dekker meminta kepada seluruh massa agar menyambut kedua utusan tersebut dengan penuh hormat (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No.IV).

Di samping itu, Douwes Dekker juga meminta supaya hadirin yang antusias itu menaruh perhatian lebih kepada H.A. Dezentje. H.A. Dezentje merupakan seorang dermawan yang tinggal di Solo. Ia dengan sukarela memberikan uang kepada Indische partij sebesar f 100.000. Dalam penjelasannya Douwes Dekker menceritakan bahwa uang tersebut diberikan sebagai rasa duka terhadap nasib yang dialami orang Hindia Belanda. Atas kederwanannya itu Douwes Dekker meminta kepada seluruh massa yang hadir untuk mengangkat Dezentje sebagai anggota kehormatan Indische Partij secara aklamasi. Demikianlah permintaan ini menimbulkan respons yang baik bagi ribuan orang yang hadir itu, sambil disertai tepuk tangan dan wajah-wajah penuh gembira (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No.IV).

Pidato Douwes Dekker yang selalu disambut baik itu ditutup dengan pernyataan bahwa orang Hindia memiliki keunggulan dominan dari bangsa lain. Bagi Douwes Dekker orang Hindia masih dapat bersanding dalam segala bidang. Bahkan dari segi pemikiran, orang Hindia mempunyai kelebihan dibanding dengan bangsa yang lain. Dari sinilah muncul keyakinan jika Indische Partij akan terus hidup, dengan kesulitan-kesulitan yang ditempuh dan juga setiap biaya yang dikeluarkan.

Kami orang Hindia Belanda sama sekali tidak tertinggal dari orang lain. Sebaliknya, otak kami seringkali lebih baik dari otak bangsa lain. Kami sekarang telah menempuh jalan kami, dan kami akan menempuh jalan tersebut berapa pun biayanya. Hal itulah menjadi pahala besar yang akan kami tuai dari pekerjaan itu (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No.IV).

Baca Juga: RIWAYAT INDISCHE PARTIJ #3: Perekrutan Anggota dan Pembentukan Afdeeling
RIWAYAT INDISCHE PARTIJ #4: Cabang-cabangnya di Bandung dan Nusantara
RIWAYAT INDISCHE PARTIJ #5: Pertemuan di Bandung (Bagian I)

Tujuan Indische Partij

Usai Douwes Dekker menutup pidatonya acara itu difokuskan pada pembahasan tentang Anggaran Dasar yang telah diubah. Setiap afdeeling masing-masing diberikan satu suara dengan diwakili oleh ketuanya. Suara tersebut berupa pandangan terhadap tiap-tiap pasal, yang nantinya dapat disahkan berdasarkan keputusan forum. Dengan demikian mulailah sekretaris membacakan satu per satu pasal dan poin yang ada dalam Anggaran Dasar tersebut. Setelah itu utusan dari afdeeling Indramayu meminta penjelasan tentang tujuan Indische Partij yang mengungkit soal patriotisme masyarakat Hindia dan kesamaan politik masyarakat Hindia. Lalu sang ketua menjawab bahwa tujuan Indische Partij tidak lebih dari apa yang diharapkan oleh pemerintah. Di antaranya untuk meyakinkan suatu tugas negara dalam mendidik masyarakat Hindia secara intelektual dan moral (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No.IV).

Di samping itu muncul permintaan lain yang diajukan oleh utusan dari afdeeling Batavia untuk menjelaskan artikel nomor 2. Dalam poin tersebut terdapat redaksi yang berisi “pertahanan Hindia melawan perampas asing” sebagai pertanyaan bagi utusan afdeeling Batavia itu.  Lalu selaku ketua Douwes Dekker kembali menjawab. Dalam artikel itu istilah orang asing tidak selalu ditujukan kepada orang Belanda, karena orang Belanda sendiri sangat dekat dengan masyarakat Hindia. Yang menjadi soal, dengan diterapkannya kebijakan yang salah oleh Belanda tentu saja hal itu mengakibatkan masyarakat Hindia tidak memiliki daya yang kuat karena Belanda tidak dapat mempertahankan bangsa koloninya. Bahkan Douwes Dekker menambahkan jika konsep Hollander (orang Belanda) tidak mungkin berlaku bagi seluruh anggota Indische Partij. Sebab menurutnya Indische Partij dibentuk hanya untuk orang Hindia, sehingga siapa pun yang dapat bersimpati dengan arahan Indische Partij, dia sudah membela masyarakat Hindia, kendati dirinya lahir di tanah Belanda (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No.IV).

Pembahasan Anggaran Dasar itu akhirnya mengarah pada berbagai masalah, termasuk pada kepastian badan hukum yang belum diperoleh oleh Indische Partij. Mula-mula masalah ini dikomentari oleh utusan afdeeling Bandung bahwa Indische Partij tidak akan pernah bubar. Meski sang ketua mengapresiasi pernyataan tersebut, menurutnya, pembubaran Indische Partij oleh pemerintah kolonial bukanlah fokus utama bagi Indische Partij, sehingga beralih ke pembahasan lain seperti pembahasan gender, amandemen pasal hingga pembahasan mengenai cabang dan pengurus pusat Indische Partij (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No.IV).

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//