• Kolom
  • RIWAYAT INDISCHE PARTIJ #7: Pertemuan di Bandung (Bagian III)

RIWAYAT INDISCHE PARTIJ #7: Pertemuan di Bandung (Bagian III)

Meski sejak awal menolak dicalonkan, Douwes Dekker akhirnya ditetapkan sebagai ketua Indische Partij. Tjipto Mangoenkoesoemo menjadi wakilnya.

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Anggaran Dasar Indische Partij yang dibahas dengan penuh antusiasme dalam pertemuan di Bandung pada 25 Desember 1912. (Foto repro: Hafidz Azhar)

29 Januari 2023


BandungBergerak.id - Pembahasan Anggaran Dasar Indische Partij dalam pertemuan di Bandung memperoleh tanggapan berupa pertanyaan dan usulan, selain opini-opini yang muncul dari sebagian delegasi. Setelah pendapat yang muncul dari afdeeling Bandung tentang badan hukum Indische Partij itu dianggap tuntas, selanjutnya pimpinan rapat mengalihkan pembahasan Anggaran Dasar ke usulan dan pembahasan lain. Di antaranya soal gender yang diusulkan oleh ketua afdeeling Bandung. Delegasi afdeeling Bandung meminta agar istilah seks disisipkan ke dalam artikel nomor 2 poin 1. Usulan ini pun disetujui oleh pimpinan rapat atas dasar bahwa Indische Partij tidak mengakui perbedaan jenis kelamin bila dikaitkan pada tinggi rendahnya status pendidikan (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No. IV).

Sementara itu, perwakilan afdeeling Cirebon mempertanyakan artikel nomor 1 terkait kantor pusat Indische Partij yang ditetapkan di Bandung. Perwakilan afdeeling Cirebon merasa kurang sepakat karena sebaiknya pengurus pusat mempunyai markas di wilayah anggota paling banyak. Pimpinan rapat menerangkan bahwa penunjukan Bandung sebagai wilayah kantor pusat sudah melewati pertimbangan yang matang dan teliti. Dengan demikian, usulan dari perwakilan afdeeling Cirebon tidak dapat diterima (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No. IV).

Dalam momen lain, utusan dari afdeeling Indramayu mendapat respons yang baik dari pimpinan rapat mengenai rencana pembentukan cabang di Den Haag. Namun karena terbentur oleh rancangan Anggaran Dasar, perwakilan dari cabang Indramayu itu merasa pesimistis usulannya dapat berjalan dengan mulus kendati mendapat dukungan dari pimpinan rapat.

Untuk memudahkan penyusunan draf statuten, pimpinan rapat menyarankan penggantian istilah Hindia Belanda yang tercantum dalam Anggaran Dasar. Tanggapan datang dari salah satu delegasi afdeeling Bandung. Menurutnya, hal itu tidak bijaksana karena berarti kantor pusat pengurus besar dapat dipindahkan ke luar Hindia Belanda. Demikianlah utusan afdeeling Bandung itu menyatakan agar kantor pusat pengurus besar (hoofdbestuur) didirikan di Hindia Belanda, sedangkan cabang-cabang lain boleh didirikan di luar (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No. IV).

Dari komentar itu, pimpinan rapat kemudian menyetujui amendemen pasal-pasal yang telah dibahas. Artikel nomor 1 yang semula berisi bahwa kantor pusat Indische Partij bertempat di Bandung, diusulkan diubah menjadi: “Perhimpunan berkantor pusat di Hindia Belanda bersama divisi-divisinya berdasarkan cakupan kerja…” (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No. IV).

Baca Juga: RIWAYAT INDISCHE PARTIJ #6: Pertemuan di Bandung (Bagian II)
RIWAYAT INDISCHE PARTIJ #5: Pertemuan di Bandung (Bagian I)
RIWAYAT INDISCHE PARTIJ #4: Cabang-cabangnya di Bandung dan Nusantara

Pemilihan Ketua

Setelah berbagai usulan amendemen mengemuka, tibalah saatnya pemilihan ketua Indische Partij. Tentu saja calon ketua mengarah pula pada nama Douwes Dekker sebagai pimpinan rapat sekaligus ketua tim formatur, sekalipun kala itu ia berharap agar dirinya tidak dicalonkan. Dalam pidatonya ia mengatakan:

“Kamerad! Anda sekalian dapat melihat dalam surat kabat De expres kandidat mana yang diajukan untuk memimpin pengurus besar. Sejauh ini tidak ada yang keberatan mengenai pencalonan itu. Kalau begitu, saya sendiri menentang pencalonan itu. Dalam sebuah pertemuan, saya sendiri sudah menentang pencalonan saya sebagai ketua, dan saya pikir akan baik untuk mengemukakan motif protes saya (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No. IV)”.

Douwes Dekker menolak untuk dicalonkan karena, salah satunya, dirinya mempunyai musuh yang dapat menyebabkan partai goyah. Ia ingin Indische Partij jauh dari berbagai tekanan. Dalam pidatonya, Douwes Dekker menyebut dua nama yang cocok memimpin Indische Partij, yakni Tjipto Mangoenkoesoemo, tokoh penting dalam pembentukan Indische Partij sekaligus redaktur De expres, dan J.G. van Ham yang selanjutnya menjadi sekretaris pusat Indische Partij (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No. IV).

Meski Douwes Dekker menolak untuk dicalonkan, harapan dan kehendak mayoritas anggota tidak surut. Ia tetap dilihat sebagai tokoh Indische Partij yang sangat berpengaruh. Malah, di sela-sela kesunyian itu seorang delegasi tiba-tiba berdiri untuk memberikan komentar mengenai sosok Douwes Dekker. Singkatnya, dia mendukung penuh Douwes Dekker menjadi ketua karena melihat kerja keras yang dilakukan Dekker dalam mendirikan Indische Partij dari nol (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No. IV).

Demikianlah mula-mula enam kandidat pengurus besar Indische Partij diumumkan setelah berbagai pendapat saling memperkuat. Muncullah nama-nama yang sudah beredar sebelumnya, yaitu Douwes Dekker sebagai ketua, Tjipto Mangoenkoesoemo sebagai wakil ketua, J.G. van Ham sebagai sekretaris, G.P. Carli sebagai bendahara, serta J.D. Brunsveld bersama J.R. Agerbeek sebagai anggota. Namun setelah disahkan, baru empat orang yang resmi menjadi pengurus pusat, yakni ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara.

Pengesahan nama-nama pengurus pusat Indische Partij menandai berakhirnya pertemuan di Bandung yang berlangsung dengan penuh antusiasme itu. Sebelum acara ditutup, Douwes Dekker meminta agar seluruh massa yang hadir menyanyikan mars Indische Partij dengan saksama. Selain itu, forum juga mengumumkan kongres pertama Indische Partij yang rencananya akan digelar pada bulan Maret 1913 (Verslag van de constitutie-vergadering der Indische Partij, op 25 December 1912 te Bandoeng dalam Publicaties der Indische Partij No. IV).

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//