PROFIL LINGKAR LITERASI CICALENGKA: Menyalakan Semangat Literasi di Timur Bandung
Komunitas Lingkar Literasi Cicalengka (LLC) mendekatkan akses anak-anak dan masyarakat pada buku untuk melanggengkan literasi.
Penulis Awla Rajul30 Januari 2023
BandungBergerak.id — Setiap minggu pukul delapan pagi hingga sekitar pukul sebelas, Andrian Maldini Yudha menghabiskan waktu liburnya di Rumah Baca Masyarakat (RBM) Kali Atas, Cicalengka, Kabupaten Bandung. Kegiatannya adalah mengembalikan buku yang telah dikhatamkan, lantas berburu buku lain untuk dibawa pulang dan melahap habis seluruh isinya.
Ketertarikannya kepada buku, bermula dari ajakan guru Sekolah Menengah Pertama (SMP), Agus Sopandi (almarhum). Suatu hari, Agus mengajak Andrian dan teman-temannya untuk datang ke RBM. Undangan tersebut bukan untuk membaca buku, melainkan untuk nyeblak. Ajakan tersebut merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Agus untuk menumbuhkan minat terhadap literasi.
Agus tidak memaksa untuk membaca buku. Namun dengan membiasakan pada lingkungan literasi sehingga perlahan rasa penasaran pada buku akan muncul.
Andrian dan teman-temannya menjadi sering ke RBM Kali Atas, namun ketertarikan terhadap buku belum muncul. Karena sekelilingnya buku, pada beberapa kesempatan ia mencoba mengambil sebuah buku dan membacanya sekilas. Hingga suatu ketika, Pak Agus, demikian Agus Sopandi kerap disapa, menyarankan kepada Andrian untuk membaca sebuah novel berjudul Rindu karya Tere Liye.
"Ternyata baca buku itu seru, membangun imajinasi, terutama membaca novel,” ungkap Andrian kepada BandungBergerak.id saat ditemui di Taman Baca Pohaci, Cicalengka, Sabtu (21/1/2023).
Novel tersebut merupakan buku pertama yang ia khatamkan saat duduk di bangku SMP. Dari situ minat membacanya tumbuh. Andrian menjadi salah satu pengunjung rutin di RBM Kali Atas. Ia hampir melahap habis koleksi-koleksi novel yang ada di rumah baca itu.
Ketertarikannya terhadap literasi kian tinggi. Namun ia merasa bosan membaca novel sebab bisa menebak bagaimana akhir cerita. Pak Agus lah kemudian yang menyarankannya untuk membaca novel Dunia Sophie, novel yang bergenre filsafat. Andrian mendapatkan kesenangan baru di dunia literasi di bidang filsafat yang hingga kini terus ditekuninya.
Andrian ingin menularkan kesenangannya tersebut. Beberapa kali ia mengajak teman-temannya membaca buku, atau mengikuti kegiatan literasi. Suatu kali ia bahkan menyarankan sebuah novel kepada temannya yang sedang bermasalah dalam asmara. Sebab membaca buku bukan melulu hanya jendela ilmu atau memberi pengetahuan.
“Kalau saya percaya dengan membaca akan menajamkan indra,” tambah mahasiswa Universitas Al-Ma’soem yang kini menjadi relawan di RBM Kali Atas.
Agus mendirikan RBM Kali Atas tahun 2013. Buku-buku koleksi taman baca berasal dari koleksi pribadi, sumbangan pemerintah kabupaten, provinsi, dari perusahaan melalui skema corporate social responsibility (CSR), atau teman-temannya yang menyumbangkan buku. Taman baca tersebut merupakan satu dari enam taman baca yang tergabung dalam Lingkar Literasi Cicalengka (LLC).
Agus juga inisiator berdirinya komunitas Lingkar Literasi Cicalengka. Komunitas yang menghimpun taman-taman baca yang ada di Cicalengka tersebut berdiri sejak tahun 2017. Komunitas tersebut bertujuan untuk untuk mendekatkan akses anak-anak dan masyarakat pada buku, demi melanggengkan literasi.
Baca Juga: PROFIL RAWS SYNDICATE: Upaya Menambal Ekosistem Fotografi yang Bolong
PROFIL RUMAH CEMARA: Berjuang untuk Indonesia Tanpa Stigma
PROFIL TRANSPORTFORBANDUNG: Sukarela Membenahi Transportasi Publik
PROFIL BIKE TO WORK BANDUNG: Menggerakkan Warga Bersepeda
Bermula dari Menjamurnya Taman Baca
Pada tahun 2017 tersebut, entah karena momen apa, muncul hampir bersamaan beberapa taman baca lainnya di Cicalengka. Diantaranya taman baca Pohaci, Cikahuripan, Rumah Peradaban, dan lainnya. Agus Sopandi tidak melihat kehadiran taman-taman baca itu sebagai saingan RMB Kali Atas yang sudah lebih dulu berdiri. Ia melihatnya sebagai kesempatan yang terbuka untuk bekerja sama.
Agus bersama Nurul Maria Sisiliasaat, kini menjadi koordinator LLC, berinisiatif membuat sebuah komunitas yang menghimpun taman-taman baca yang ada untuk menghidupkan kegiatan literasi yang lebih luas di Cicalengka. Lingkar Literasi Cicalengka (LLC) kemudian berdiri di tahun 2017. Kegiatan pertamanya dilaksanakan di bulan April 2017 pada peringatan Hari Aksara Nusantara.
Komunitas LLC kemudian berusaha menghidupkan aktivitas literasi di Cicalengka dengan kegiatan diskusi maupun bedah buku. Kegiatan tersebut dilakukan dengan berkeliling dari satu taman baca ke taman baca lainnya.
Nurul mengungkapkan, pandemi berdampak pada komunitas LLC. Agus Sopandi, sang pendiri meninggal 4 Juli 2021 pada usia 57 tahun setelah berjuang melawan Covid-19.
Sepeninggal Agus, LLC ibarat harus memulai semangatnya dari awal. Sebab Agus merupakan sosok yang sangat aktif berkegiatan literasi di Cicalengka. Pada tahun 2022, LLC berhasil menggelar salah agenda besarnya yakni Festival Buku Pasar Biru.
“Festival Buku Pasar Biru di tahun 2022, ini jadi titik pergerakan setelah pandemi dan setelah pak Agus meninggal,” ungkap Nurul saat ditemui di Taman Baca Pohaci, Sabtu, 21 Januari 2023.
Nurul yang kini meneruskan pengelolaan RMB Kali Atas mengatakan, semangat komunitas LLC adalah semangat berkolaborasi. Tujuan LLC mendekatkan akses anak dengan buku bukan tanpa sebab. Sebagai pengajar, ia pernah memberikan tugas kepada muridnya dan meminta mereka mencari referensi di perpustakaan.
“Emangnya ada perpustakaan di sini Bu?” ujar Nurul menirukan perkataan sang murid yang tidak tahu dengan keberadaan perpustakaan.
Itulah sebab LLC mencoba menumbuhkan minat literasi, dimulai dari anak. Perpustakaan menjadi bagian yang terpenting sebagai penyedia bacaan hingga kegiatan literasi di suatu daerah.
Berdampak bagi Sekitar
Taman Baca Pohaci didirikan oleh Iman, seorang pensiunan polisi di tahun 2017. Sebelum menjadi taman baca, kawasan tersebut dulunya adalah perpustakaan program salah satu partai yang terbengkalai. Iman lalu membelinya dan membuat taman baca. Pohaci sendiri adalah sebuah komunitas relawan yang kemudian mengurusi taman baca ini.
Ikhsan Faoezi, salah satu relawan mengungkapkan bahwa koleksi buku di taman baca tersebut dibeli menggunakan uang pribadi Iman. Beberapa buku lainnya berasal dari donasi. Selain taman baca, di sana juga dibangun taman bermain. Anak-anak lantas sering datang berkunjung ke perpustakaan atau di taman.
Penamaan Pohaci didasarkan pada kisah mitologi Dewi Pohaci yang dipercaya oleh suku Sunda merupakan dewi yang mati dan jatuh ke bumi. Dari jasadnya kemudian tumbuh ragam tumbuh-tumbuhan, seperti padi, singkong, kelapa, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanaman-tanaman ini kemudian memberikan kehidupan kepada manusia. Filosofi inilah yang hendak dibawa oleh komunitas Pohaci, salah satunya melalui Taman Baca Pohaci.
Anak-anak sekitar Taman Baca Pohaci rata-rata berpendidikan hingga Sekolah Menengah Atas. Beberapa hanya sampai Sekolah Dasar. Salah satu dampak dari adanya Taman Baca ini adalah tumbuhnya minat anak-anak sekitar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
“Anak-anak ada yang sampai mau melanjutkan ke perguruan tinggi. Jadi lokasi kegiatan kolektif,” ujar Ikhsan.
Taman Baca Pohaci juga menjadi lokasi kegiatan kolektif sosial. Di taman baca terebut digelar seperti acara nonton bersama dan diskusi tentang kopi seperti pada akhir 2022 lalu. Taman Baca Pohaci ini pun menjadi salah satu aktivitas yang menjadi penilaian plus sehingga Desa Nagrog di Kecamatan Cicalengka mendapat penghargaan Desa Terbaik.
Selain Taman Baca Pohaci, RBM Kali Atas merupakan taman baca yang tertua di Cicalengka. Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan belakangan adalah kelas menggambar setiap minggu untuk anak.
Laila salah satu relawan di RBM Kali Atas mengaku berangkat atas keinginan sendiri menjadi relawan literasi. Semangat menyebarkan literasi ia bawa pulang dari Yogyakarta usai lulus kuliah. Sebab ia dulu sempat bergabung di komunitas pegiat literasi.
"Butuh wadah juga untuk mengekspresikan diri," ungkap Laila.
Mendekatkan akses buku yang jauh dari Bandung dirasakan kentara. Salah satunya yang ia alami adalah ketika mengetahui alasan orang tua menyekolahkan anaknya karena mereka tidak bisa baca-tulis. Orang tua ini menginginkan anak-anaknya kelak bisa membaca dan menulis, mendapatkan pengetahuan yang lebih baik darinya.
Laila mengatakan bahwa akses kepada buku harus terus diupayakan. Semangat ini pula yang terus dipupuk dan dirawat melalui komunitas LLC dengan mendekatkan akses pada buku dan meningkatkan literasi. Siapa yang tahu, kelak akan tumbuh generasi-generasi yang mencintai literasi jauh dari timur Bandung.