• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Siapa itu Mahasiswa?

MAHASISWA BERSUARA: Siapa itu Mahasiswa?

Aksi mahasiswa sering dinilai sebelah mata, membuat gaduh, dan ricuh. Aksi turun ke jalan adalah cara mahasiswa membela masyarakat.

Andrian Maldini Yudha

Pegiat Literasi di RBM Kali Atas

Mahasiswa saat aksi menolak kenaikan harga BBM di depan gedung DPRD Provinsi Jawa Barat di Bandung, Rabu (7/9/2022). Aksi yang semula damai ini diwarnai kericuhan antarmahasiswa dari PMII dengan BEM SI yang berunjuk rasa membawa agenda masing-masing. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

1 Maret 2023


BandungBergerak.id – Apabila kita menyebut kata “Mahasiswa”, tentu yang terlintas di benak ialah sekelompok orang yang barangkali kerjanya adalah duduk di ruang-ruang kelas sembari menikmati materi-materi kuliah yang disajikan oleh dosen. Atau mungkin sekelompok pemuda-pemudi pengangguran yang hanya sekadar menjadi beban keluarga. Namun apakah memang inilah definisi mahasiswa? Apa yang menjadi pembeda antara seorang mahasiswa dan seorang siswa biasa? Apa yang menjadi tugas dan tabiat seorang mahasiswa? Lalu, seperti apa peran mereka di tengah masyarakat?

Berbagai predikat dapat dinisbatkan kepada seorang mahasiswa. Namun mahasiswa sendiri memiliki esensi atau makna yang lebih daripada itu. Mahasiswa tidak bisa didefinisikan dengan sangat sederhana. Terlebih ada makna dan tanggung jawab besar yang mereka emban.

Apabila kita merujuknya secara etimologi, mahasiswa berasal dari dua kata yaitu “Maha” dan “Siswa.” Demikianlah terkandung arti bahwa memang mahasiswa ditahbiskan sebagai seorang pelajar yang tarafnya lebih tinggi dari seorang siswa belaka. Budaya pembelajarannya sangat berbeda. Kalau seorang siswa sekolah biasanya hanya ditugaskan untuk duduk manis di kelas dan tugasnya hanyalah sekadar mematuhi secara mutlak perintah sang guru, mahasiswa tidak demikian. Mereka dituntut untuk bisa berpikir secara kritis, peka terhadap situasi-situasi sosial yang ada di lingkungan sekitarnya, serta bertindak secara konkret dalam masyarakat.

Tidak mengherankan bahwa mahasiswa sering disebut sebagai agen perubahan. Mereka mengemban tugas mulia untuk menopang masyarakatnya menuju kehidupan yang lebih baik. Hilangnya kelompok mahasiswa dari hierarki masyarakat akan berimbas pada kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan.

Sebagai agen perubahan, para mahasiswa harus mampu membela keadilan apabila di dalam masyarakat terjadi kegamangan, ketimpangan, atau pun kegaduhan yang menyudutkan masyarakat yang lemah. Sebagai seorang intelektual yang terdidik, mahasiswa menjadi harapan bagi masyarakat lemah untuk menggaungkan suara-suara mereka di dalam arena publik.

Ketika akhir-akhir ini terjadi banyak sekali krisis di tengah masyarakat, mahasiswa tampil terdepan membela mereka yang lemah. Aksi-aksi unjuk rasa menjalar di seantero negeri dengan mahasiswa, bukan seorang siswa biasa, sebagai inisiatornya. 

Maka dari itu, mahasiswa sebagai kaum cendekiawan memiliki posisi yang istimewa dalam struktur masyarakat. Mereka menjadi semacam “ujung tombak” yang menggerakkan perubahan. Andil mahasiswa pada masyarakat adalah bakti untuk membela kepentingan masyarakat. Tak berlebihan jika ada yang menjuluki mahasiswa sebagai “pahlawan masyarakat”.

Mahasiswa di satu sisi, kerap berseberang dengan aparatur negara. Terutama aparatur negara yang katanya berpihak pada masyarakat dengan berbagai slogan untuk melindungi dan seterusnya, tapi tidak demikian pada kenyataannya. Aparatur negara yang dengan gampangnya menggunakan cara-cara kekerasan untuk menghadapi kritik dan aksi, yang seringnya dilakukan oleh mahasiswa.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Sebuah Sayembara Esai, Sebuah Ajakan Terlibat
ESAI TERPILIH JANUARI 2023: Mengkritik Perpu Cipta Kerja, Mengenang Djuanda Kartawidjadja
Menjelang Pemilu 2024, Pemilih Muda Bersuara
Kebijakan Menunggu Viral

Tugas dan Tabiat Seorang Mahasiswa

Sebagai kelompok intelektual muda, mahasiswa tidak boleh hanya duduk termangu di ruang kelas perkuliahan saja. Mereka harus memiliki empati pada lingkungan sosialnya, harus berani bertindak jika harus memberikan pembelaan pada kepentingan masyarakat banyak.

Dalam situasi terburuk, terjadi katakanlah terjadi kekacauan, atau situasi politis yang menyudutkan posisi masyarakat, maka mahasiswa dituntut untuk maju paling depan melakukan pembelaan. Dengan menggalang aksi, dengan turun ke jalan untuk menjadi corong yang menyuarakan suara masyarakat.

Jangan heran jika mahasiswa sering terlibat konfrontasi dengan pemerintah. Saat pemerintah mengeluarkan kebijakan dan peraturan yang merugikan masyarakat banyak, mahasiswa yang berdiri di depan untuk menentangnya. Dengan aksi turun ke jalan, menggaungkan orasi dengan suara serak dari pengeras suara yang sember, dan tak jarang berjibaku hantam dengan aparat yang berjaga.

Sering aparat negara menilai sebelah mata pada aksi mahasiswa. Ada yang beranggapan gerakan-gerakan yang di inisiasi mahasiswa hanya membuat gaduh dan ricuh belaka, tak  ada tujuan yang jelas. Penilaian yang sering membuat geram mahasiswa.

Mereka yang menilai tersebut lupa bahwa memang demikianlah mahasiswa. Aksi turun ke jalan adalah cara mahasiswa membela masyarakat. Sebagai cendekiawan muda tidak bisa hanya duduk saja di kelas mendengarkan ceramah, mahasiswa akan menjadi elemen pertama yang akan bersuara jika terjadi situasi yang menjepit masyarakat.

Seharusnya negara menyadari, jika mahasiswa sudah bergerak maka hanya berarti satu saja. Kondisi masyarakat sedang tidak baik-baik saja.

Stop meremehkan mahasiswa dan menganggapnya hanya segerombolan anak muda yang mudah dikendalikan. Sepanjang sejarah panjang negeri ini menyajikan pelajaran panjang yang menunjukkan peran mahasiswa sebagai pemantik perubahan. Tak sedikit mahasiswa yang harus melepas nyawanya dalam berbagai gerakan aksi dan perjuangan membela masyarakat, ada juga yang hilang tak ada kabarnya hingga sekarang.

Harusnya negeri ini belajar dari sejarahnya sendiri. Pergantian rezim Orde Baru, bergulirnya reformasi, oleh siapa? Oleh MPR atau DPR yang notabene  merupakan wakil rakyat?

Negara dan aparatnya harusnya mampu menilai dan melihat potensi mahasiswa sebagai elemen yang berada paling dekat dengan masyarakat. Negara seharusnya melihat gerakan mahasiswa sebagai penanda situasi yang terjadi di dalam masyarakat.

Sering kali negara mengklaim sudah memahami dan mengerti keadaan masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya, negara kurang peka atas kondisi masyarakatnya sendiri. Dengan segala instrumen yang dimilikinya, negara malah menggunakannya untuk mengintimidasi. Ketika yang terjdi ketidaksepahaman, negara mengerahkan kekuatannya untuk menekan masyarakat.

Dan, oleh sebab itulah selalu terjadi aksi yang dilakukan mahasiswa. Mahasiswa sebagai kaum intelektual menjadi mengontrol kekuasaan agar tidak terjadi penyelewengan yang berakibat penindasan pada masyarakat.

Tak berlebihan jika ada yang menjuluki mahasiswa sebagai “pahlawan masyarakat”. Berbagai gerakan dan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa di sepanjang sejarah negeri ini menjadi pembuktian perannya sebagai elemen yang melakukan pembelaan pada masyarakat. Mahasiswa membuktikan dirinya sebagai kelompok yang menjadi representasi hati nurani masyarakat.

Sudah saatnya negara memberikan ruang dan tempat bagi mahasiswa untuk bersuara, karena masyarakat dan mahasiswa menyelaras dalam hati yang sama. Mahasiswa akan terus menjaga masyarakat dari berbagai ancaman dan potensi penyelewengan kekuasaan negara. Dan itu bakti mahasiswa.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//