• Komunitas
  • PROFIL KOMUNITAS EDAN SEPUR: Mengabdikan Diri pada Transportasi Kereta

PROFIL KOMUNITAS EDAN SEPUR: Mengabdikan Diri pada Transportasi Kereta

Komunitas Edan Sepur merupakan komunitas pencinta kereta api. Mayoritas anggotanya anak muda.

Tata Septiani saat menjaga perlintasan Jl. Garuda agar pengendara tidak melawan arah, Sabtu (25/2/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul11 Maret 2023


BandungBergerak.id – Suasana perlintasan kereta di Jl. Garuda hari itu berbeda dari hari biasanya. Jika saat bunyi lonceng tanda kereta hendak lewat masyarakat bisa menerobos, kali ini tidak bisa. Palang pintu dijaga ketat sekelompok anak muda berseragam biru dongker. Pengendara yang hendak menerobos langsung dihadang mereka. Begitu juga kendaraan yang melawan arah, dicegatnya, diminta memutar balik.

Usai rangkaian kereta itu lewat, palang pintu terbuka. Pemuda-pemuda dengan seragam biru dongker telaten memindahkan traffic cone yang saling berkaitan ke tengah jalan tepat di perlintasan rel, agar kendaraan tidak ada yang mengambil jalan lain. Pemuda-pemuda itu bahkan sigap saat membantu kendaraan yang terjebak licin di besi rel kereta. Sisa hujan dan rintik-rintik yang masih turun membuatnya sulit dilewati.

Tata Septiani (19 tahun), seorang di antara anak muda itu berkoar-koar dengan pengeras suara. Suaranya menggelegar dibantu pengeras suara. Ia meminta pengertian pengendara yang lewat agar berhati-hati melintas di perlintasan kereta tersebut.

"Selamat sore, kami dari Komunitas Edan Sepur Bandung bekerja sama dengan Dishub kota Bandung juga Polrestabes Bandung, menghimbau kepada roda dua diwajibkan menggunakan helm berstandar SNI saat berkendara dan diwajibkan untuk kendaraan roda empat agar selalu menggunakan sabuk pengaman anda. Selalu berhati-hati saat melintasi jalur kereta saat hujan karena jalur kereta sedikit licin dan berlubang," ujar Tata Septiani memberikan himbauan kepada pengendara, Sabtu (25/2/2023).

Kelompok anak muda tersebut tergabung dalam Komunitas Edan Sepur. Mereka sedang melaksanakan kegiatan Disiplin Perlintasan yang rutin dilaksanakan Komunitas Edan Sepur di perlintasan kereta setiap Sabtu sore. Lokasi kegiatan tersebut berbeda setiap minggunya, digilir dari satu jalur perlintasan kereta ke jalur perlintasan lainnya. Pada sore itu kegiatan Disiplin  Perlintasan dilaksanakan di perlintasan kereta di Jl. Garuda. Tata, yang mendapat giliran menjadi Danru atau Komandan Regu pada kegiatan sore itu.

Dua anggota Edan Sepur membantu mobil yang tergelincir di besi perlintasan kereta yang licin, di Jl. Garuda, Sabtu (25/2/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Dua anggota Edan Sepur membantu mobil yang tergelincir di besi perlintasan kereta yang licin, di Jl. Garuda, Sabtu (25/2/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Suka Duka Mengajak Disiplin Berkendara di Perlintasan Kereta

Dihubungi di terpisah, Tata bercerita ia sudah aktif mengikuti kegiatan Disiplin Perlintasan Komunitas Edan Sepur sejak tahun 2018. Waktu itu ia masih siswa kelas 9 SMP, dan belum menjadi anggota Komunitas Edan Sepur. Ia baru resmi bergabung menjadi anggota komunitas tersebut pada tahun 2021.

Ketertarikannya pada komunitas ini bermula saat hendak belajar memotret. Ia lalu memilih kereta sebagai objek foto karena gerbongnya yang panjang tampak bagus untuk dipotret. Ia memang menyukai kereta. Setelah bergabung dengan komunitas, ia mengaku belajar hal lain, seperti kekeluargaan, kekompakan, saling memahami, dan kerja sama.

Banyak dari anggota Komunitas Edan Sepur berusia remaja, berkisar 15-19 tahun. Tak hanya laki-laki, perempuan juga banyak yang bergabung dengan komunitas ini. Sayangnya anggota perempuan jarang hadir kegiatan Disiplin Perlintasan, begitu pun agenda internal komunitas seperti kopdar.

Tata kemudian dipilih untuk menjadi Danru sebab aktif berkegiatan. Tugasnya sebagai Danru untuk mendampingi dan memberikan bimbingan kepada anggota baru saat memberikan edukasi pada kegiatan Disiplin Perlintasan.

“Anggota baru masih menggunakan emosi saat memberikan edukasi kepada pengendara dan mereka usinya juga lebih muda. Jadi Tata ngasih tau, agar saat memberikan edukasi dan himbauan pelan-pelan, dengan sopan, tidak perlu teriak-teriak, dan ngegas,” terangnya kepada BandungBergerak.id melalui telepon, Kamis (2/3/2023).

Dari pengalamannya mengikuti kegiatan Disiplin Perlintasan, karakter pengendara di setiap jalur perlintasan kereta berbeda-beda. Misal di di Kiaracondong pengendaranya cenderung lebih keras dan menganggap Komunitas Edan Sepur seperti “lawan”. Bahkan, Humas Wilayah 2 Bandung Komunitas Edan Sepur, pernah dipukuli di sana.

Namun, di perlintasan lain, pengendaranya cenderung memberi dukungan, bahkan ada yang menginginkan Edan Sepur melakukan kegiatan disiplin setiap hari. Pahit manis kegiatan ini juga sudah dirasakan oleh Tata. Ia pernah ditabrak oleh pengendara hingga jari tangannya patah, pernah pula kakinya dilindas karena menahan pengendara motor.

“Pernah juga dikasarin, digoda sama sopir angkot. Banyak cerita sih di kegiatan disiplin perlintasan itu,” ujar Tata.

Tata mengingatkan, Kegiatan Disiplin perlintasan yang rutin dilakukan oleh Komunitas Edan Sepur merupakan bentuk kepedulian agar pengendara tertib saat di perlintasan kereta. Ia juga memberi pesan agar ketika dihimbau oleh anggota komunitas, lantas tidak membalasnya dengan mengeluarkan kalimat-kalimat kotor atau kalimat yang keras.

“Padahal kita juga pelan-pelan. Setidaknya hargai kami yang sayang ke kalian. Kami edukasi karena sayang ke kalian juga,” pungkas Tata.

Foto bersama aggota Edan Sepur setelah melakukan kegiatan Bebersih Petak Volume 2, di Stasiun Bandung. (Foto: Dokumentasi Edan Sepur)
Foto bersama aggota Edan Sepur setelah melakukan kegiatan Bebersih Petak Volume 2, di Stasiun Bandung. (Foto: Dokumentasi Edan Sepur)

Kegiatan Komunitas Edan Sepur

Komunitas Edan Sepur merupakan komunitas pencinta kereta api yang didirikan pada 5 Juli 2009. Pendirinya adalah Egief Del Haris, Desya Nur Perdana, Armiya Farhana, Budi Susilo, Agus Priyadi, dan Luqman Supriyatno. Cikal bakal komunitas ini berasal dari tim penelusuran rel mati yang berujung di Jatinegara. Lantas di sinilah komunitas ini dibentuk.

Komunitas ini mewadahi seluruh pencinta kereta, baik pengguna perorangan maupun kelompok. Edan Sepur adalah komunitas independen yang terpisah dari PT. Kereta Api Indonesia (KAI). Namun keduanya kerap bekerja sama dan berkolaborasi.

Saat ini komunitas Edan Sepur ada di tiga wilayah. Yakni Wilayah 1 Jakarta, Wilayah 2 Bandung, dan Wilayah 3 Cirebon. Di Wilayah 2 Bandung saja sudah memiliki 180 anggota yang tersebar di Bandung Raya hingga Purwakarta.

Humas Wilayah 2 Edan Sepur Bandung, Abdullah Putra Gandhara menyebutkan, kebanyakan anggota Edan Sepur merupakan siswa SMA. Mayoritas pelajar yang bergabung awalnya senang berburu foto kereta.  

Abdullah Putra Gandhara, yang akrab dengan sapaan Aga mengatakan, kegiatan rutin Komunitas Edan Sepur di antaranya Disiplin Perlintasan, Bebersih Petak, serta Posko Angkutan Relawan. Kegiatan internal pun beragam seperti kopdar, gathering, rekreasi, touring, futsal, dan lainnya.

Disiplin Perlintasan adalah kegiatan edukasi dan sosialisasi keamanan pengguna jalanan di perlintasan kereta. Kegiatan ini mulai dilakukan pada tahun 2014, berangkat dari keresahan karena banyak pengendara yang melakukan pelanggaran lalu lintas seperti menerobos palang pintu kereta atau melawan arus.

Pada kegiatan Disiplin Perlintasan, pihak KAI, Dinas Perhubungan (Dishub) dan pihak kepolisian biasanya juga ikut membantu. Hal tersebut merupakan bentuk kolaborasi dan inisiatif yang digagas oleh Edan Sepur.

Kegiatan Disiplin Perlintasan awalnya dilakukan setiap sebulan sekali. Kemudian meningkat sebulan dua kali, hingga kini dilakukan setiap seminggu sekali. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada hari Jumat atau Sabtu. Namun pada semester ini, sudah ditentukan akan dilaksanakan setiap Sabtu karena banyak anggota komunitas yang masih siswa SMA sedang mempersiapkan ujian sehingga dilakukan di akhir pekan.

Aga mengungkapkan, sebenarnya kepadatan di jalur perlintasan kereta sering terjadi pada Senin pagi, Jumat sore, atau Sabtu malam. “Memang perbedaannya kalau hari Jumat itu lebih crowded dibandingkan hari Sabtu. Memang kalau Sabtu agak cenderung landailah. Cuma memang esensi dari kegiatan edukasinya tetap sama, mau padat mau enggak yang namanya pelanggaran pasti terjadi,” ujar Aga saat ditemui di Jl. Garuda disela kegiatan Disiplin Perlintasan, Sabtu (25/2/2023).

Sementara kegiatan Bebersih Petak adalah gerakan memungut sampah dari satu titik stasiun kereta ke titik lainnya. Sepanjang jalur kereta itu, Edan Sepur memungut sampah. Aga mengungkapkan pernah suatu waktu saat memungut sampah menemukan bungkus Tramadol dan Komix yang berjumlah belasan hingga puluhan.

“Biasanya kita nemuin sampah yang dicurigai itu jadi tempat-tempat yang tidak baik gitu. Nah itu kita biasanya langsung mengidentifikasi ini tempat yang buat kumpul mabok dan segala macamlah, itu intinya. Biasanya kita langsung ngomong ke kewilayahan,” terang Aga.

Selain itu, kegiatan posko angkutan relawan merupakan kegiatan edukasi dan sosialisasi kepada pengguna kereta. Posko angkutan relawan biasanya dilakukan saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) dan libur Lebaran Idul Fitri. Pada kegiatan ini, Edan Sepur memberikan sosialisasi dan edukasi mengenai tata cara naik kereta, dalam hal mengantri, keselamatan perjalanan, dan sebagainya.

Pada kegiatan Disiplin Perlintasan, anggota komunitas Edan Sepur menggunakan seragam biru dongker, membawa atribut handy talky (HT), rompi, toa, dan signboard. Aga membeberkan, awalnya atribut yang dimiliki Edan Sepur merupakan inisiatif modal yang dikeluarkan oleh anggota secara sukarela.

Karena kegiatan yang konsisten, beberapa pihak menggelontorkan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bentuk hibah barang. Aga menyebutkan, KAI, Dishub, dan Jasa Raharja pernah memberikan barang berupa kamera, HT, dan signboard. HT yang digunakan oleh Edan Sepur bisa berkomunikasi langsung dengan masinis kereta untuk memberikan informasi darurat.

“Memang kalau keadaan darurat itu kita bisa langsung lapor, kayak kejadian di Cimencrang itu salah satunya (tenda yang melintang di perlintasan kereta, red),” tambah Aga.

Herdy (19) salah satu anggota Edan Sepur mengaku bergabung dengan komunitas karena kecintaannya dengan kereta. Ia tertarik dengan kereta karena perjalanan mudik ke kampung halamannya yang menggunakan kereta. Meski, saat ia kecil dulu, suasana mudik di dalam kereta belum setertib sekarang. Penumpang berdesakan, pedagang asongan di dalam kereta, hingga penumpang yang naik di atas kereta. Namun perjalanan dengan kereta tetap dirasanya lebih nyaman dengan menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan seperti ada sihirnya tersendiri.

Herdy punya keinginan untuk bisa bekerja di KAI. Ia berharap, dengan bergabung di komunitas Edan Sepur  bisa mengetahui lebih bayak soal perkeretaapian. Siapa tahu, pengalamannya di komunitas ini bisa membantunya meraih mimpi untuk bekerja di KAI.

Ia juga mengaku senang berkegiatan di Edan Sepur. Baginya berkegiatan seperti Disipilin Perlintasan adalah refreshing dengan budget minim.

“Terus kan di sini bukan sekedar buat ngamanin perlintasan aja, tapi misalnya kalau ada Ambulans, ada Damkar, kita bantu juga buat pembukaan jalur. Nambah pengalaman sih yang utamanya,” ujar Herdy kepada BandungBergerak.id usai kegiatan Disiplin Perlintasan di Stasiun Andir, Sabtu (25/2/2023).

Ia berharap agar jadwal keberangkatan kereta bisa lebih cepat, dari sejam sekali menjadi 30 menit sekali. Hal ini dikeluhkannya sebab banyak penumpang yang ketinggalan kereta dan harus menunggu satu jam untuk keberangkatan selanjutnya. Kondisi seperti ini bisa semakin parah saat musim liburan.

“Saya juga soalnya sering bolak-balik pake kereta juga. Harapannya sih nambah jadwal baru,” harapnya.

Anggota Edan Sepur menyapa masinis kereta yang melintas, di Jl. Garuda, Sabtu (25/2/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Anggota Edan Sepur menyapa masinis kereta yang melintas, di Jl. Garuda, Sabtu (25/2/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Pro dan Kontra Masyarakat dan Isu Transportasi Publik

Aga menyebutkan, perlintasan kereta melibatkan dua transportasi, transportasi umum berbasis rel, yaitu kereta dan transportasi lainnya yang melintas, baik kendaraan pribadi maupun umum. Yang sering “bandel” saat di perlintasan kereta adalah transportasi lainnya sebab kereta melintasi jalannya sendiri.

Tak jarang, aktivitas yang dilakukan oleh Edan Sepur direspons negatif oleh pengendara. Aga mengaku pernah dikeroyok di bulan November dua tahun yang lalu di perlintasan kereta Kiaraconcong. Waktu ia memberikan peringatan kepada pengendara yang melawan arus. Pelanggar tersebut sudahlah melawan arus, bonceng tiga pula di satu sepeda motor. Merasa tidak terima karena diberikan peringatan, teman yang lainnya datang. Awalnya hendak mengeroyok anggota Edan Sepur yang di belakang. Namun akhirnya Aga yang menjadi sasaran.

“Mau ngeroyok saya, Dishub sama Polsuska. Akhirnya saya yang dikeroyok. Tapi memang polisi gercep ketika udah viral mah, jadi langsung diproses,” terang Aga. Dari keterangan kepolisian, diketahuinya tiga orang tersebut sedang di bawah pengaruh narkoba.

Aga juga menyebutkan, akibat dari pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara di lintasan kereta, menyebabkan kecelakaan. Ia mengatakan kecelakaan cenderung sering terjadi di Laswi dan Kiaracondong. Di antaranya karena pengendara yang melawan arus, tabrakan antara kendaraan pun terjadi sehingga menyebabkan korban patah kaki.

Aga mengatakan bahwa transportasi berbasis kereta bisa diandalkan. Sayangnya kereta baru melayani satu rute di Bandung Raya, Cicalengka, dan Purwakarta. Adapun transportasi berbasis bus, masih memerlukan pembenahan meski sudah berkembang. Untuk transportasi publik di Bandung memerlukan integrasi antar moda transportasi yang ada.

“Jadi pada akhirnya, mau gak mau lebih milihnya dan lebih praktis sepeda motor atau mobil. Ini memang jadi isu kita juga sebenarnya pembenahan transportasi publik harus segera,” ujar Aga.

Aga mengungkapkan, KAI sedang melakukan percepatan pembenahan. Ia berharap transportasi publik lainnya di Bandung juga dipercepat pembenahannya. Meski, seharusnya transportasi bus yang lebih dulu berbenah diri dibandingkan dengan kereta.

Komunitas Edan Sepur berharap transportasi publik di Bandung Raya baik dan nyaman. Masyarakat yang berpindah dari transportasi pribadi ke transportasi publik bisa menekan angka kecelakaan di jalan. Sebab, pembenahan transportasi publik berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Edan Sepur.

Artinya, lanjut Aga, tidak mungkin Edan Eepur terus-terusan melakukan disiplin perlintasan yang dilakukan secara sukarela ini. Perlu ada pembenahan transportasi publik. Sebab dengan transportasi publik yang memadai, ia meyakini masyarakat akan lebih disiplin.

 

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//