• Buku
  • BUKU BANDUNG #63: Memahami Pendidikan Guru Hari Ini dari Catatan Masa Lalu

BUKU BANDUNG #63: Memahami Pendidikan Guru Hari Ini dari Catatan Masa Lalu

Buku “Dari Isola ke Bumi Siliwangi” diawali narasi tentang bagaimana kebutuhan mendirikan pendidikan guru menjadi penting.

Buku Dari Isola ke Bumi Siliwangi, ditulis Rudini Sirat, dkk, penerbit Komodo Books. (Sumber Foto: Laila Nursaliha/Mahasiswa Pengembangan Kurikulum)

Penulis Laila Nursaliha12 Maret 2023


BandungBergerak.idFORD Foundation. Nama ini ditemukan di beberapa buku di koleksi perpustakaan UPI, sebagian lagi ditemukan di buku-buku bekas dan hibah, bahkan tak sedikit terdapat di beberapa penjual buku bekas. Meskipun buku-buku itu terbitan lama dan terlihat usang, namun buku tersebut merupakan buku yang layak dibaca dan bahkan perlu dibaca sebagai sumber buku berkualitas. Hibah dari FORD Foundation ditandai dengan cap khusus dan mengirimkan buku dengan kualitas yang cukup baik. Kualitas kertasnya masih mulus, dan sebagian masih bisa dibaca dengan baik. 

Lantas siapa FORD Foundation itu? Melalui bukunya, “Dari Isola ke Bumi Siliwangi”, Rudini Sirat memberikan jawaban bahwa FORD Foundation merupakan salah satu foundation yang dilirik dan juga State University of New York (SUNY). Hal ini dikarenakan waktu itu Amerika Serikat merupakan negara terbuka dan telah lama mengembangkan ilmu pendidikan di tingkat universitas.

Mengapa Amerika Serikat, tidak Eropa? Waktu Eropa masih menganggap pendidikan guru cukup melalui dengan berbagai kursus. Sehingga tidak memerlukan universitas maupun kajian lebih tinggi untuk sebuah pendidikan guru.

Alasan tersebut cukup kuat untuk menjadikan landasan untuk mengembangkan dunia pendidikan. Terutama di Asia tenggara.

Hal ini pula menjawab cikal bakal mengapa dalam desain sistem pendidikan guru terdapat racikan desain bergaya Eropa dan juga Amerika. Inilah yang menjadi titik menarik dalam sistem pendidikan guru, bisa dipahami mengapa terdapat beberapa bagian yang berbeda antara gaya Eropa dan juga gaya Amerika.

Yamin dan Awal Mula Pendidikan Guru

Ketika bangsa lain sudah mulai berbenah bagaimana mendidik anak bangsa, pemerintah Indonesia pun memikirkan hal yang sama. Salah satu hal yang tidak disukai penjajah adalah pendidikan guru, di mana pendidikan guru akan membawa kepada sumber daya manusia negara tersebut ke arah yang lebih baik.

Buku “Dari Isola ke Bumi Siliwangi” diawali narasi tentang bagaimana kebutuhan mendirikan pendidikan guru menjadi penting. Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia kekurangan guru sehingga target pemerintah waktu itu adalah selain membuat sekolah pendidikan untuk guru juga memenuhi kebutuhan guru yang belum merata. Alasan ini, tidak banyak yang tahu dan jarang juga dibahas mengenai asal usul bagaimana pendidikan guru muncul di Indonesia.

Sepak terjang perguruan tinggi pendidikan guru bermula dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Untuk di Bandung, hal ini bermula dari FKIP Padjadjaran, sedangkan di Jogja terdapat FKIP Universitas Gadjah Mada.

Yamin menjadi tokoh penting yang mengusulkan kepada presiden Sukarno tentang pendirian Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) dan menjadi peletak batu pertama pembangunan PTPG. Konsep M Yamin didukung Sukarno, bahwa Indonesia harus menciptakan guru yang patriotik. Hal itu disebabkan karena pendidikan merupakan alat yang merupakan posisi strategis untuk menyebarkan paham-paham politik kala itu.

Meragukan LPTK dan Mandeknya Keilmuan Pendidikan

Dunia pendidikan guru yang terdapat pada hari ini, bukan sesuatu yang baru. Upaya meragukan keberadaan LPTK selalu menjadi perdebatan di tingkat pemangku kebijakan. Di mana LPTK seharusnya memiliki wewenang penuh untuk menghasilkan guru yang berkualitas berdasarkan keilmuan pendidikan. Namun, hari ini pemerintah memiliki kebijakan lain untuk mengatasi persoalan guru ini. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang terdapat di masa lalu.

Dalam bab lima, Rudini Sirat membahas mengenai mengukuhkan jati diri. Dalam upaya mengukuhkan jati diri pendidikan, berbagai transisi dilalui oleh LPTK. Persoalan pendidikan guru, tidak terlepas dari urusan politik dan pemangku kebijakan yang membersamainya. Perubahan kebijakan pendidikan guru ini berubah seiring perbedaan pemangku kepentingan.

Benturan dan persoalan yang terjadi salah satunya adalah meragukan keberadaan LPTK. Berawal dari tahun 1980-an ketika lulusan LPTK dipertanyakan keberadaannya dan tidak terserap dalam dunia kerja sebagai guru. Inilah yang menjadi salah satu permulaan alasan perluasan cakupan dari Dirjen Dikti dari IKIP ke universitas.

Prokontra terjadi dalam perubahan dari IKIP menjadi universitas. Beberapa IKIP berubah menjadi universitas negeri berdasarkan nama daerahnya. Sementara IKIP Bandung menamainya dengan nama lain yaitu Universitas Pendidikan. Menurut Prof. Hamid Hasan, universitas pendidikan menjadi kiblat dan fondasi dari pendidikan di negaranya. Seperti halnya Jepang. Sehingga hal-hal yang berkaitan dengan keguruan akan diserahkan secara mutlak kepada Universitas Pendidikan.

Baca Juga: BUKU BANDUNG #60: Sejarah Maenbal di Bandung dan Lahirnya Persib
BUKU BANDUNG #61: Menemukan Harapan di Wajah (Bopeng) Pendidikan
BUKU BANDUNG #62: Inggit Garnasih, Kisah yang Tak Lekang Digerus Zaman

Bahan Referensi Kajian Pendidikan Guru

Buku ini menjadi penting untuk mendukung bagaimana rekam jejak keilmuan dan juga perkembangan sejarah pendidikan guru di Indonesia, dari mulai jejak PTPG hingga Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Meskipun melalui halang rintang dan salah satunya adalah tidak mendapat dukungan dari kampus, namun buku ini tetap jadi yang ditulis dengan metode jurnalistik dan sejarah.   

Buku ini dibagi menjadi delapan bab yang dibagi atas tema-tema yang disusun berdasarkan sejarah. Dari mulai kebutuhan akan adanya guru-guru di sekolah, pembentukan sekolah keguruan, perkembangannya dari PTPG, IKIP, hingga kepada universitas yang menjadi Badan Hukum Milik Negara. Tak lupa upaya-upaya pengembangan fasilitas di UPI diulas dalam bab khusus mengenai pengadaan fasilitas yang diperoleh dari berbagai dana luar negeri. Salah satunya adalah JICA dan IDB. Upaya ini untuk meningkatkan universitas ke arah yang lebih baik.

Rudini Sirat, dkk bukan hanya mengulas bagaimana upaya pemangku kepentingan mendirikan Universitas Pendidikan, namun juga memaparkan bagaimana peranan mahasiswa dalam pembentukan pendidikan guru yang lebih baik. Tak lupa dicatut bagaimana pergerakan mahasiswa waktu itu menjadi bagus dikarenakan perjuangan mahasiswa bukan hanya terikat satu elemen mahasiswa saja, namun satu sivitas akademika kampus. 

Buku karya Lembaga Pers Mahasiswa ini memberikan sumbangan yang cukup baik dalam dunia pendidikan Indonesia, khususnya untuk sejarah Universitas Pendidikan Indonesia. Melalui buku ini, kita bisa memahami pendidikan hari ini dengan mengetahui pergulatan apa saja yang terjadi di masa lalu. Bagaimana arah dan bagaimana selama ini sistem pendidikan guru berjalan beriringan antara penyelenggara pendidikan, pemangku kebijakan, dan situasi politik itu berlangsung.

Informasi Buku

Judul Buku      :Dari Isola ke Bumi Siliwangi

Penulis            :Rudini Sirat, dkk

Penerbit          :Komodo Books

Tebal              : xxvi + 324 hal. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//