• Berita
  • PKL Harap Untung di Ramadan, Pemkot Bandung Justru Rencanakan Pengusuran

PKL Harap Untung di Ramadan, Pemkot Bandung Justru Rencanakan Pengusuran

Momen Ramadan menjadi harapan PKL meraup untung maksimal. Namun, Pemerintah Kota Bandung berencana melakukan penertiban di sejumlah ruas jalan jelang Ramadan.

Ramadan tahun 2022 ini berlangsung dalam pelonggaran pembatasan aktivitas dan mobilitas warga. Banjir warga berburu takjil di deretan pedagang kaki lima kembali menjadi pemandangan biasa di Bandung.(Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul15 Maret 2023


BandungBergerak.id – Bulan Ramadan menjadi momen yang ditunggu-tunggu, tidak hanya oleh umat Islam. Ibadah puasa akan memancing bermunculannya pedagang kaki lima (PKL) yang mengincar rezeki dadakan dengan meramaikan ngabuburit. Ramadan tahun ini menjadi yang pertama tanpa bayang-bayang pandemi Covid-19 yang menghantui.

Roni (43 tahun), salah satu PKL di Jl. Otto Iskandardinata yang berharap Ramadan 2023 ini akan menangguk untung maksimal. Ramadan tahun lalu dirasanya ekonomi belum benar-benar pulih. Pendapatan berjualan tahun lalu di momen Ramadan dan hari biasa tak jauh berbeda. Padahal sebelum pandemi, Ramadan adalah momennya meraup keuntungan dalam berjualan.

Ia sudah 15 tahun berjualan es cendol. Saat ini, pendapatan rata-rata per hari yang bisa ia hasilkan sekitar Rp. 250 ribu. Adapun ketika Ramadan tahun lalu keuntungan yang diperolehnya hanya naik tipis berkisar Rp. 300 ribu.

“Ya harapannya pengen rame seperti biasa, jadi biar banyak yang beli,” ujar Roni saat ditemui di Jl. Otto Iskandardinata, Selasa (14/3/2023).

Ia mengaku memiliki langganan di Tangerang dan Purwakarta yang rutin memesan cendol untuk dijual di kafe. Pendapatan ini digunakannya untuk dana darurat dan tabungan. Sedangkan pendapatan harian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan modal berjualan. Ia berharap banyak pada momen Ramadan tahun ini karena banyak pelanggan yang membeli cendol lebih banyak.

Roni biasanya berjualan mulai pukul sepuluh pagi hingga pukul lima atau enam sore. Sebelum pandemi, ia biasa menjual es cendol di depan Pasar Baru. Namun karena mulai sepi dan lokasinya yang lumayan jauh dari rumah, ia kemudian memutuskan berjualan di Jl. Otto Iskandardinata. Pilihannya pas, saat pandemi tersebut Pasar Baru ditutup. Ia pun kemudian meneruskan berjualan di pinggir jalan itu.

Dalam seminggu, biasanya di hari Senin ia tidak berjualan karena Satpol PP rutin melakukan penjagaan atau razia. Ia mengaku pasrah saja jika mendengar kabar penertiban.

“Paling hari Senin kan gak boleh di sini, ya saya libur we, nurutin aja. Ya yang penting kita mah nurut ajalah biar enak jualannya,” ujar Roni.

Ia menyadari berjualan di pinggir jalan salah. Namun ia berdalih lapak jualannya tidak mengambil banyak bagian jalan, melainkan mengambil sedikit bagian bidang parkir di pinggir jalan. Jika ada penertiban, ia pun akan rela untuk pergi dulu. Sebab, Satpol PP sedang melakukan tugasnya. Harapannya bisa saling paham dan mengerti.

Asep (43 tahun), salah satu PKL lainnya di pinggir Taman Tegalega punya harapan yang sama pada momen Ramadan tahun ini. Pedagang mi ayam tersebut berharap bisa meraup keuntungan banyak, sebagai berkah Ramadan. Meski ia sendiri belum bisa memastikan apakah pelanggannya masih akan ramai di bulan Ramadan nanti.

“Gak tau kalau Ramadan mah, kalau sekarang-sekarang mah masih sepi. Kalau Ramadan mah gak tau, kadang rame kadang sepi. Kalau seminggu mau Lebaran kadang rame,” ujar Asep saat ditemui di lapak mie ayamnya, Selasa (14/3/2023).

Asep sudah berjualan mie ayam sejak tahun 1999. Ia dulu berjualan di sekitaran Alun-Alun Bandung, sebelum pindah di pinggir Taman Tegalega. Jika pada hari biasa ia mulai berjualan sejak jam sembilan pagi, di bulan Ramadan ia mulai berjualan semenjak menjelang Maghrib.

Ia mengaku kerap menjadi korban jika ada penertiban oleh Satpol PP. Ia sering dipaksa pindah. Jika terjadi penertiban PKL, ia tidak berjualan sama sekali atau mencari lokasi lain yang aman agar tetap bisa mencari nafkah.

“Sering, digiring-giring. Kalau saya mah maju we ke sana, pindah. Balik lagi kadang,” ujar Asep.

Asep berharap PKL tidak digusur dan ditertibkan menjelang Ramadan. Ia berharap bisa berdagang dengan lancar selama Ramadan.

Baca Juga: Belajar dari Perusakan Ranca Upas, Hutan Lindung Harga Mati!
Bukan Bunga Rawa saja yang Hancur di Ranca Upas, Kesadaran Lingkungan Turut Tercerabut
Pengabaian Undang-undang Perlindungan Hutan dalam Kasus Pengrusakan Ranca Upas
Buntut Kerusakan Ranca Upas oleh Acara Motor Trail, Perhutani Harus Melarang seluruh Aktivitas Offroad di Hutan Lindung Jawa Barat

Jumlah PKL dan Wacana Penertiban PKL Jelang Ramadan

Di Kota Bandung, merujuk pada situs Sistem Informasi Pedagang Kaki Lima (SIPKL) tercatat ada sebanyak 22.003 orang PKL yang terdaftar di Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Kota Bandung tahun 2021.

Bidang fesyen dan kuliner adalah dua jenis usaha yang paling banyak dijalani oleh PKL. Ada sebanyak 11.783 PKL di bidang fesyen dan sebanyak 9.712 di bidang kuliner. Dari penyebarannya, jumlah PKL terbanyak ditemukan di Kecamatan Regol yang mencapai 3.336 orang. Sedangkan yang paling sedikit tercatat di Kecamatan Gedebage sebanyak 12 orang.

Menjelang Ramadan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berencana melakukan penertiban PKL di sejumlah ruas jalan. Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna menyebutkan penertiban PKL akan dilakukan di Tegalega, Regol. Ia mengaku sudah dua kali didampingi beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk berkoordinasi dengan koordinator PKL.

Menurutnya, ada tiga hal yang harus dicermati mengenai PKL, yaitu jumlah, jenis lapak, dan waktu berdagang. Ia menyebutkan bahwa PKL haruslah sesuai berdasarkan tipikalnya. Dari segi jumlah, PKL yang beraktivitas pagi di wilayah timur atau Jl. Moh. Toha sebanyak 207 lapak. Sedangkan, PKL di wilayah barat atau Jl. Otto Iskandadinata sebanyak 257 lapak.

“Pastikan PKL tidak boleh bertambah tapi harus berkurang. Hal yang harus diantisipasi, kalau mendengar penertiban biasanya malah bertambah para PKL ini," ucapnya dalam rapat koordinasi bersama OPD di Balai Kota Bandung, Senin (13/3/2023), sebagaimana dikutip dari siaran pers.

Selain itu, Ema menegaskan PKL yang membangun lapak secara permanen perlu ditertibkan. Di hari Minggu ada sekitar 1.100 lebih PKL yang berjualan, dan harus dipastikan tidak boleh ada di luar kawasan.

"Saya sudah memerintahkan DSDABM (Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga) segera tata trotoar di sekitar Tegallega. Plotting per cluster petugasnya juga," kata Ema.

Ema juga mengatakan, sudah dibuatkan konsep desain dan akan dibahas lebih lanjut. Ia juga menambahkan, bazar selama bulan Ramadan tidak diizinkan terutama di kawasan Alun-alun, Jalan Soekarno, Kepatihan, Dalem Kaum, serta Braga Pendek.

"Tidak boleh ada kegiatan bazar, tidak kita izinkan. Mudah-mudahan kita bisa berkomitmen kuat di bawah tekanan manapun," tegas Ema.

Kepala Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi dan Tata Ruang Kota Bandung, Bambang Suhari memaparkan, dari 207 PKL di wilayah timur Tegallega, sebanyak 185 rencananya akan difasilitasi gerobak portabel dengan beberapa desain yang telah direncanakan.

"Sisanya akan kita buatkan di wilayah barat. Kita juga akan kelompokkan para PKL berdasarkan kategori jualan atau produknya," ujar Bambang.

 

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//