• Cerita
  • Membakar Semangat Clara Zetkin di Bandung #2: Api Kartini Menyuarakan Perlawanan Perempuan

Membakar Semangat Clara Zetkin di Bandung #2: Api Kartini Menyuarakan Perlawanan Perempuan

Pada konferensi perempuan internasional tahun 1907 di Jerman, Clara Zetkin mengusulkan Hari Wanita Internasional, hari perjuangan untuk persamaan hak dan perdamaian.

Biografi Clara Zetkin dalam tulisan majalah Api Kartini edisi III 1960 Maret (Foto: Dokumentasi Muhammad Akmal Firmansyah)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah16 Maret 2023


BandungBergerak.id – Langit kota Bandung mulai agak sejuk, para peserta aksi di Internasional Women Day (IWD) 2023, di hari Rabu (8/3/2023) lalu. mereka  membuat lingkaran saling memegang erat tangan mereka menyuarakan pendapat, melakukan perfom art, dan bahkan ada yang membacakan puisi, dan bernyanyi.

Seorang demi seorang di antara mereka tampil, Senandung Sumbang misalnya, tampil dengan lagu, "hey anakku jikalau kau besar nanti, kau bisa jadi apapun asalkan jangan jadi polisi". Berkeliling dan menyanyikan larik demi larik di lagu berjudul, jika tidak salah "Polusi". "Lagu ini aku buat saat banyak kawanan aksi Tamansari yang direpresif oleh polisi," kata sang empunya lagu.

Tapi tulisan ini melanjutkan kembali apa yang sudah dipaparkan sebelumnya, setelah kita melihat bagaimana perayaan IWD di tahun 1960 yang diwartakan oleh reporter majalah Api Kartini, seusai Soekarno menyinggung nama Clara Zetkin, dan siapakah sebetulnya Clara Zetkin itu?

Baca Juga: Membakar Semangat Clara Zetkin di Bandung #1: Api Kartini Menyuarakan Perlawanan Perempuan
Ngadu Buku Bandung, Ruang Temu Pegiat Literasi di Bandung
Menggugat Ruang Ramah Disabilitas di Kota Bandung
Menyusuri Lorong Waktu Perjalanan Gedung Merdeka dan Diplomasi KAA 1955

Mengenal Clara Zetkin

Di majalah Api Kartini  edisi II tahun 1960 Maret, terdapat sebuah tulisan berjudul, "Clara Zetkin Pelopor Gerakan Wanita Sedunia".

Pada artikel tersebut dijelaskan bahwa Clara lahir pada tanggal 5 Juli 1857 dari pasangan Gottfried dan Josephine Eiszner di Pengunungan Erz, Jerman. Ayahnya Clara merupakan seorang guru, sementara ibunya Josephine merupakan keturunan Jean Dominique Vitale salah seorang penyokong dana revolusi Prancis.

“Cerita-cerita tentang revolusi Prancis ini yang diwarisi Josephine dari ayahnya. Kemudian pada anak-anaknya. Dan terutama Clara sangat tertarik pada cerita-cerita ibunya tentang kebebasan, persatuan, dan persamaan,” tulis majalah itu.

Diketahui bahwa orang tua Clara yang tinggi dalam perasaan sosialnya, dan hal itu mengajari anak-anak mereka untuk memberikan pertolongan pada orang yang membutuhkan, di sini Clara selalu mendengarkan keluhan terutama dari kalangan ibu baik itu buruh dan kaum tani.

Selain itu, Clara juga dari semenjak usia muda gemar membaca buku dan ilmu pengetahuan, disebutkan Clara membaca karya-karya Goethe, Schicller, Shakespeare dan karya-karya pujangga lainnya. Tapi yang menarik perhatian Clara yaitu mengenai Gerakan Revolusi Prancis. Di usia 16 tahun, ia bersama keluarganya pindah ke Leipzig, Jerman.

Di sana ia belajar dan berdiskusi, terlebih kota tersebut merupakan kota gerakan perjuangan kaum buruh Jerman. Clara membaca beberapa harian yang diterbitkan kaum buruh Jerman.

“Mulailah sampai ke tangan Clara beberapa harian yang dipimpin oleh kaum buruh. Di sini Clara dapat membaca tidak saja tentang penghisapan-penghisapan yang dialami kaum buruh. tetapi juga tentang apa sebab-sebabnya."

Tulisan ini ditulis oleh seorang wartawan yang memiliki kode Rd, biografi mengenai Clara Zetkin yang bahan-bahannya bersumber dari buku "Ein Lebensbild" karya Luise Dornemann.

di masa kecil ia melihat ketimpangan atau dalam bahasa penulis pada artikel itu disebut penghisapan, nah di masa muda ini ia menemukan jawaban atas penghisapan dan penderitaan itu.

"Di sini Clara menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kalbunya semasa mudanya. Dari sini Clara dapat memahami bahwa susunan masyarakat kapitalis juga menjadi sebab penghisapan dan penderitaan kaum pekerja merupakan ketidakadilan yang besar. namun bukan itu saja tetapi bahwa susunan demikian itu pasti ditumbangkan."

Clara disini, kata Rd, sudah mulai mencita-citakan masyarakat dengan tatanan baru yaitu sosialisme, "Ia  mulai memandang sosialisme tidak hanya sebagai suata cita-cita melainkan suatu tujuan. sementara ini Clara telah menggabungkan  diri dalam grup-grup diskusi yang dipimpin oleh orang-orang revolusioner, penyebar cita-cita sosialisme ketika itu."

Di klub diskusi itu Clara kemudian bertemu dengan Ossip Zetkin, saat Clara menjadi mahasiswa di Leipzig. Ia banyak mengambil ilmu dan belajar kepadanya mengenai cita-cita sosialisme. Bahkan, Ossip juga memberikan Clara tulisan Manifesto Partai Komunis untuk Clara pelajari, "Dengan perantaranya Clara menemukan jalan untuk menggabungkan diri pada gerakan buruh Jerman, yang ketika itu dipimpin oleh Partai Sosial Demokrat. Di antara kedua manusia muda ini tumbuh persahabatan yang akrab berdasarkan persamaan tujuan ialah cita-cita pembebasan umat manusia seluruhnya dari penghisapan dan penindasan."

Pada saat itu penguasa Jerman melakukan tindakan anti demokrasi untuk rakyat dan khususnya kaum buruh. "Dalam bulan Oktober 1878 mereka berhasil membuat berlakunya undang-undang yang melarang semua organisasi-organisasinya yang dipimpin kaum sosial demokrat. sampai harian-harian diberangus, orang-orang revolusioner menjadi kejaran polisi."

Diungkapkan juga bahwa ternyata antara Clara  dan Ossip menjalin sebuah ikatan percintaan, "Demikianlah maka juga Ossip Zetkin sebagai orang asing diusir dari Jerman. ia meninggalkan Leipzig untuk kemudian menetap di Paris. Pada kesempatan berpisah maka Ossip dan Clara baru menyadari mereka telah terikat pula oleh tali percintaan, tetapi keadaan ketika itu belum memperkenalkan mereka melanjutkan hidup bersama."

Seusai Ossip meninggalkan Leipzig, Clara juga ditinggalkan oleh kedua orang tuanya yang meninggal. Kemudian Clara pergi ke Austria, Swiss. Di sana ia tetap mengambil bagian dalam kerja-kerja revolusioner.

"Clara dengan tekun mempelajari tulisan-tulisan revolusioner. ia belajar mengenal beberapa pemimpin gerakan buruh yang dengan teguh membela persamaan hak antara wanita dan laki-laki."

Di sini juga Clara bergerak sebagai pembicara dari pertemuan ke pertemuan, Clara mempelajari lebih dalam mengenai kehidupan buruh perempuan, ia berdiri menantang dan membela hak kaumnya.

Clara juga sudah membaca buklu August Babel "Wanita dan Sosialisme"  yang membantunya untuk meyakini bahwa perjuangan emansipasi perempuan adalah perjuangan melawan penderitaan dan kesengsaraan. "Perjuangan melawan kesesangaraan, perjuangan untuk menghentikan penindasan dari manusia atas manusia merupakan satu perjuangan."

Ia kemudian meninggal Swiss, bertemu dengan Ossip di Paris. Di Paris inilah Clara belajar mengenal kehidupan yang berat dengan para pejuang revolusioner, kondisi itu tambah berat ketika ia harus membagi waktu antara rumah, pekerjaan, dan kekasih cintanya untuk kedua anaknya yang tumbuh dewasa.

"Hari kerja bagi Clara untuk memenuhi pekerjaan rumah tangga  di samping mencari nafkah mulai dari pagi buta dan berakhir jauh malam. Walaupun demikian ia mengambil bagian dalam grup-grup diskui kaum revolusioner dari berbagai negeri yang berkumpul di Paris." Clara pantang tuk menyerah.

Uraian mengenai biografi Clara Zetkin ini sangat begitu panjang dan gamblang dipaparkan oleh penulis majalah Api Kartini berinsial Rd itu. Dan marilah kita lihat bagaimana Clara mulai menyadari bahwa kaum perempuan harus ditarik ke dalam perjuangan kaum buruh. "Bahwa barisan-barisan wanita ini adalah juga menentukan bagi kemenangan perjuangan kaum buruh."

Clara Zetkin bersama dua putranya. (Foto: Dokumentasi Muhammad Akmal Firmansyah)
Clara Zetkin bersama dua putranya. (Foto: Dokumentasi Muhammad Akmal Firmansyah)

Clara dan Majalah Gleichheit Penyebar Cita-cita Emansipasi

Saat seratus tahun perayaan pecahnya revolusi Prancis, di saat itu kekasih tercinta meninggalkan Clara. Ia seorang diri mengurusi kedua anaknya. Ossip meninggal dunia. Clara jatuh sakit namun ia bangkit dan rasa optimisnya ada. Clara kemudian menetap di Stuttgart, Jerman dan bekerja menjadi pemimpin majalah bernama “Gleichheit”, sebuah majalah yang memiliki tujuan membawa kesadaran kepada kaum perempuan mengenai hak-haknya. Tidak hanya itu, majalah ini juga menyuarakan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. “Majalah yang telah memegang peranan sangat besar dalam menyebarkan cita-cita emansipasi wanita.”

Menurut Rd, di sini Clara mulai menyerahkan segala hidupnya baik tenaga dan pikirannya untuk gerakan emansipasi perempuan yang baru bertumbuh dan berkembang menjadi bunga-bunga yang kelak menjadi keniscayaan meruntuhkan tembok-tembok patriarki dan kapitalis. Walaupun begitu, Clara juga tidak lupa tugasnya menjadi seorang ibu meski sibuk dengan gerakan mengisi diskusi dan menulis. Ia mengurusi kedua anaknya baik kesehatannya dan pendidikannya.

Anak buruh dan kaum tani perempuan lain juga tak luput dari kasih sayangnya. Di masa itu pekerja anak masih banyak. “ Kehidupan tanpa cahaya bahagia sedikit pun dari anak-anak ini bagaikan menyayat hati Clara dan mendorongnya menjadi pejuang yang paling gigih melawan kejahatan susunan masyarakat kapitalis itu,” tulis Rd.

Selain menghisap tenaga-tenaga pekerja anak, di masa ini Jerman juga sedang menjelma menjadi negara militer yang mengerikan. “Dan persiapan-persiapan perang mulai dijalankan, di saat pada anak-anak mulai ditanam ras-superioritet, sovinisme dan kebencian pada bangsa lain. Maka dengan sekuat tenaganya Clara berjuang melawan sistem pendidikan demikian ini. Ia bekerja keras untuk meyakinkan kaum ibu dan wanita bahwa merekalah yang pertama-pertama bekerja menentang pengaruh-pengaruh jahat dari masyarakat kapitalis ini, dan bahwa tugas mereka adalah mendidik anak-anaknya membela perdamaian dan hari depan umat manusia, untuk berjuang bagi sosialisme dan kemerdekaan.“

Gerakan Perempuan Internasional dan Lahirnya Hari Perempuan Sedunia

Di masa ini juga gerakan perempuan sudah menyebar baik di Eropa serta di Amerika. Timbullah hasrat untuk mengadakan pertemuan perempuan internasional. Pada Agustus 1907 di Jerman tepatnya di Stuttgart konferensi perempuan internasional diadakan. Kemudian di tahun 1910 konferensi perempuan internasional diadakan di Kopenhagen.

“Maka Clara Zetkin mengajukan usulnya yang kemudian menjadi termasyhur di seluruh dunia, ialah untuk menetapkan suatu Hari Wanita Internasional sebagai hari perjuangan untuk persamaan hak dan untuk perdamaian. Usul ini yang diterima dengan suara bulat telah membuat konferensi Kopenhagen suatu perempuan yang bersejarah dalam gerakan wanita sedunia.”

Setahun sesudah ditetapkan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia, di tahun 1911 melakukan demonstrasi lebih dari satu juta perempuan beraksi massa. “ Kini Hari Wanita Internasional 8 Maret sudah diperingati di hampir semua negeri di segenap benua di dunia.”

Di usianya yang menjelang 76 tahun Clara meninggal dunia, tepatnya pada 20 Juni 1933. Satu hal yang menjadi kenyataan sejarah mengutip Guardian  bahwa Hari Perempuan Internasional ini merupakan akar perjuangan sosialis, bukan feminis. Selesai.

 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//