• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Permasalahan Pendidikan di Indonesia

MAHASISWA BERSUARA: Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Semakin rendah tingkat ekonomi masyarakat maka peluang untuk mendapatkan pendidikan dengan fasilitas memadai dan tenaga pengajar berkualitas akan semakin kecil.

Aprilia Wulandari

Mahasiswa Desain Komunikasi Visual Trisakti School of Multimedia Jakarta

Orangtua siswa dari Forum Masyarakat Peduli Pendidikan menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Bandung, Jumat (29/7/2022). Para orang tua mengaku anak-anaknya belum bisa meneruskan sekolah di jenjang SMP dan SMA karena tidak bisa masuk PPDB. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

26 Maret 2023


BandungBergerak.id – Pendidikan adalah sesuatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap individu. Pendidikan tidak terlepas dari segala aktivitas yang dilakukan manusia. Dalam kondisi apapun, manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan dalam sehari-hari .

Pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non-formal. Pendidikan formal terdiri dari SD hingga ke perguruan tinggi. Pendidikan informal adalah jenis pendidikan atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarakat yang diselenggarakan tanpa ada organisasi tertentu. Pendidikan nonformal adalah segala bentuk pendidikan yang diberikan secara terorganisasi tetapi di luar wadah pendidikan formal.

Pendidikan di Indonesia masih belum bisa dikatakan maksimal dalam hal perancangan sistemnya, pasalnya masih banyak masalah yang terjadi pada Sistem Pendidikan di Indonesia yang menyebabkan kurangnya pemerataan akses pendidikan.

Permasalahan pemerataan pendidikan dapat terjadi karena kurang terorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah.

Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daerah-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.

Pada sisi ini, sepintas dapat dipahami bahwa selama ini belum semua masyarakat bangsa Indonesia dapat merasakan manisnya pendidikan. Jika hendak dicermati, maka persoalan pemerataan pendidikan setidaknya disebabkan oleh (1) Perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat; (2) Perbedaan fasilitas pendidikan; (3) Sebaran sekolah tidak merata; (4) Nilai masuk sebuah sekolah dengan standar tinggi; (5) Rendahnya kualitas mutu pembelajaran.

Yang paling utama permasalahannya di Indonesia adalah tingkat ekonomi. Semakin rendah tingkat ekonomi masyarakat, maka peluang untuk mendapatkan pendidikan dengan tenaga pengajar berkualitas semakin kecil. Serta fasilitas dalam pendidikan juga dapat diukur dengan uang. Semakin mahal sekolah, biasanya akan semakin memadai fasilitas yang ada.

Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi pemerintah untuk ‘cuci tangan’.

Iklan “pendidikan gratis” telah membawa anggapan bagi masyarakat untuk tidak mengeluarkan biaya sepeser pun padahal dalam kenyataannya tidak demikian (Mujahidun, 2017). Anggapan seperti ini salah karena pendidikan pada realitanya mengeluarkan uang, mulai dari biaya seragam, biaya praktik, sumbangan pembangunan, dan lain-lainnya. Bagi orang yang tidak mampu atau di kawasan tertinggal akan memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan, dan hal ini menyebabkan tidak meratanya pendidikan di Indonesia.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Sedikit Menguliti Fakta di Balik Pendidikan Indonesia
MAHASISWA BERSUARA: Insan Pembangunan yang Tak Kunjung Harmonis
MAHASISWA BERSUARA: Manifestasikan saja Kesejahteraan Guru
MAHASISWA BERSUARA: Sekolahku Sayang, Sekolahku Malang

Solusi Sistemik dan Teknis

Secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan. Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme  yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan – seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan –  berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada.

Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.

Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

Pendidikan adalah tonggak kemajuan bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin di capai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Indonesia adalah salah satu negara berkembang di dunia yang masih mempunyai masalah besar dalam dunia pendidikan. Kita mempunyai tujuan bernegara ”mencerdaskan kehidupan bangsa” yang seharusnya jadi sumbu perkembangan pembangunan kesejahteraan dan kebudayaan bangsa.

 

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//