GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #47: Gunung Kerenceng dan Gunung Kareumbi, Kerucut Kembar di Lintasan Sesar Cicalengka
Sama-sama berpuncak kerucut, Gunung Kerenceng lebih sering didaki dibandingkan Gunung Kareumbi. Sajian pemandangan memikat dari lintasan Sesar Cicalengka.
Gan Gan Jatnika
Pegiat Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB), bisa dihubungi via Fb Gan-Gan Jatnika R dan instagram @Gan_gan_jatnika
2 April 2023
BandungBergerak.id - Dua buah gunung berdampingan dengan bentuk puncakannya yang mengerucut terlihat menjulang di Bandung timur. Kedua gunung tersebut adalah Gunung Kareumbi dan Gunung Kerenceng. Karena keduanya berawalan sama huruf K, ada yang memberi julukan “Gunung K2-nya Bandung”. Aslinya, Gunung K2 atau Gunung Karakoram adalah gunung tertinggi kedua di dunia yang terletak di sebelah timur laut Himalaya, tepatnya di perbatasan Pakistan dan Tiongkok, dengan tinggi 8.611 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Morfogeologi Pegunungan K2 Cicalengka
Dilihat dari bentuk dan posisinya, Gunung Kareumbi dan Gunung Kerenceng berada dalam sebuah dinding cekungan yang sama. Setidaknya ada empat puncakan yang ada di dinding cekungan ini. Dua puncakan lainnya adalah Gunung Pangukusan dan Pasir Leutik.
Cekungan atau cerukan ini berupa lembahan seperti lingkar kawah yang berbentuk lonjong (elips) dengan sobekan terbuka ke arah barat laut. Dari penampakan peta digital, kita bisa memperkirakan diameternya. Diameter pendek (Sumbu Minor) mengarah barat daya–timur laut antara puncak Gunung Kareumbi dan Gunung Pangukusan, panjangnya sekitar 1,8 kilometer, sedangkan diameter yang lebih panjang (Sumbu Mayor) mengarah tenggara-barat laut antara puncak Gunung Kerenceng dan Pasir Leutik, sekitar 2,7 kilometer.
Dalam stratigrafi atau kajian sejarah dan pemerian lapisan batuan serta pengelompokan tubuh batuannya, Gunung Kareumbi dan Gunung Kerenceng dibahas dalam stratigrafi pegunungan Bandung timur. Bagian ini meliputi pegunungan di daerah Sumedang, Nagreg, dan Garut, yang seluruhnya tersusun oleh batuan gunungapi Kuarter (Silitonga, 1973).
Bentuk kerucut yang masih bisa dilihat dengan jelas antara lain di Gunung Bukitjarian-Gunung Geulis, Gunung Kareumbi, Gunung Kerenceng, dan Gunung Mandalawangi. Sedangkan puncak gunung-gunung di sebelah timur, mulai dari Gunung Kareumbi sampai dengan Nagreg, sudah tererosi lanjut dan dimasukkan ke dalam satuan Batuan Gunungapi Tak Teruraikan (Sutikno Bronto dan Udi Hartono, 2006).
Selain terkait bentuk puncak kerucutnya, Gunung Kareumbi dan Gunung Kerenceng juga terlewati oleh sebuah sesar atau patahan aktif, yaitu Sesar Cicalengka (Cicalengka fault).
Akses dan Lokasi Gunung Kerenceng
Gunung Kerenceng terletak sekitar 31 kilometer ke arah timur dari pusat Kota Bandung. Puncak gunungnya tepat berada di perbatasan tiga desa, yaitu Desa Sindulang - Kecamatan Cimanggung, Desa Cilembu – Kecamatan Pamulihan, dan Desa Sukajaya – Kecamatan Sumedang Selatan. Ketiga kecamatan tersebut berada di wilayah administratif Kabupaten Sumedang.
Ketinggian Gunung Kerenceng adalah 1.754 meter di atas permukaan laut. Namun tercatat ketinggiannya pada peta adalah 1.742 mdpl, sesuai dengan keterangan pada peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) lembar peta 1209-322, edisi I-1999 dengan judul peta: Baginda, skala 1:25.000. Sementara itu, Gunung Kareumbi yang terdapat pada lembar peta RBI yang berjudul: Cicalengka, memiliki titik ketinggian puncak yang lebih pendek, yaitu 1.685 mdpl.
Nama Gunung Kerenceng konon berasal dari sering terdengarnya suara kerenceng atau kerincing, seperti ikatan beberapa génggé yang disatukan. Sedangkan nama Gunung Kareumbi berasal dari nama tumbuhan kareumbi (Homalanthus populneus) yang tumbuh di sana .
Untuk mencapai lokasi Gunung Kerenceng dari Kota Bandung, kita dapat mengarahkan kendaraan menuju timur ke arah Cileunyi, kemudian melaju ke arah Jalan Raya Nasional Rancaekek-Garut. Menemukan plang penunjuk arah menuju tempat “Pondok Wisata Aki-Enin“, kita ambil belokannya, lalu berbelok lagi ke arah kiri menuju Jalan Cinulang.
Menyusuri Jalan Cinulang, kita nantinya akan melewati sebuah lapang bola dengan dominasi tanah merah. Warga menyebutnya Lapang Candi. Ada juga yang menyebutnya Lapang Keroncong. Pemandangan dari lapang ini terbuka hampir 360 derajat. Kita bisa berhenti sejenak untuk melihat bentang alam atau landscape Pegunungan Cicalengka dan Nagreg, serta Cekungan Cicalengka dan Cekungan Bandung.
Dari Lapang Candi, perjalanan dilanjutkan dengan melewati dua tempat wisata, yaitu Wisata Alam Curug Sindulang atau Curug Cinulang dan Cicalengka Dreamland. Kita lalu berbelok ke arah kiri menuju Kampung Cicadas dan berlanjut ke Kampung Jambu Aer. Di Kampung inilah terdapat basecamp untuk mendaki Gunung Kerenceng.
Kampung Jambu Aer ternyata juga sudah ada sejak dulu. Dalam peta yang diterbitkan oleh Belanda tahun 1910, nama kampung ini sudah tertera.
Memanfaatkan layanan internet, kita tinggal memasukkan kata kunci “Gunung Kerenceng lewat Jambu Aer” di mesin pencari. Rute dan peta yang kita butuhkan akan segera tersaji.
Mendaki Gunung Kerenceng
Walau letak Gunung Kerenceng dan Gunung Kareumbi berdekatan, yang lebih sering didaki adalah Gunung Kerenceng.
Ada beberapa jalur pendakian yang bisa menjadi pilihan untuk mencapai puncak Gunung Kerenceng. Selain jalur Kampung Jambu Aer, Desa Sindulang, ada juga jalur Kampung Situhyang, Desa Tegalmanggung atau jalur Kampung Cibuntu. Kita juga bisa memilih perjalanan yang lebih jauh dengan lebih dahulu melewati puncak Gunung Kareumbi, biasanya dimulai dari Kampung Cilimusjangkung.
Jalur yang paling populer adalah Kampung Jambu Aer. Di basecamp-nya, pendaki bisa membayar biaya registrasi 5 ribu rupiah per orang, parkir motor 5 ribu rupiah per unit untuk pendakian tektok (pulang pergi dalam satu hari) dan 10 ribu rupiah untuk berkemah. Sementara itu, untuk parkir mobil, tarifnya 10 ribu rupiah untuk tektokan dan 20 ribu rupiah untuk berkemah.
Lokasi basecamp Jambu Aer berada di ketinggian 1.120 meter di atas permukaan laut, sedangkan tinggi puncak Gunung Kerenceng adalah 1.742 mdpl. Berarti beda ketinggian (gain elevation) yang harus ditempuh sekitar 622 meter, sementara panjang perjalanan yang harus ditempuh kurang lebih 3.3 kilometer.
Perjalanan pendakian diawali dengan menyusuri jalan betonan yang menanjak dan cukup panjang, cocok sebagai pemanasan. Setelah itu, jalur akan mengecil menjadi jalan setapak dengan melewati perkebunan sayuran. Ada kebun tomat, kol, jeruk lemon, dan cabe. Di kanan dan kiri jalan setapak itu, mengalir selokan dengan airnya yang jernih. Sesekali ada jembatan kecil dari bambu yang harus diseberangi. Kebun sayuran ini akan menemani kita sampai menjelang tiba di pos 1.
Selepas pos 1, perjalanan akan membawa kita memasuki kawasan hutan dengan vegetasi pohon yang cukup rimbun. Terdapat empat pos pendakian Gunung Kerenceng dengan jarak antarpos bisa ditempuh dalam 30-45 menit, tergantung irama langkah dan frekuensi berhenti.
Setelah melewati pos 4, kita akan menemui tanjakan yang cukup terjal dan panjang, dikenal dengan nama Tanjakan Baeud. Dalam Bahasa Sunda, baeud artinya cemberut. Tanjakan ini memang cukup menguras tenaga, membuat para pendaki cenderung susah diajak ngobrol. Seperti orang yang sedang cemberut!
Selepas Tanjakan Baeud, kita menjumpai tanjakan punggungan menuju puncak. Melewati tanjakan ini, pendaki mesti ekstrakonsentrasi dan hati-hati. Jalan setapaknya sempit, dan di samping kiri dan kanannya terdapat jurang yang curam.
Tak lama berselang, titik puncak pun bisa dicapai. Kondisi kawasan puncak Gunung Kerenceng berupa hamparan terbuka yang tidak terlalu luas. Cukup untuk menampung sekitar 10 orang saja.
Jika cuaca cerah, dari puncak kita bisa melihat jajaran gunung lainnya. Di utara, ada Gunung Tampomas dan Gunung Pangukusan, sementara di timur terlihat Gunung Calancang, Gunung Munggang, Gunung Sanggabuana, dan Gunung Ciremai. Di selatan, ada Gunung Mandalawangi, Gunung Beuticanar, dan Gunung Cikuray, sementara di barat tampak Gunung Patuha, Gunung Tambakruyung, serta gunung- gunung yang bedekatan seperti Gunung Geulis, Gunung Manglayang, Gunung Jambu, dan tentu saja Gunung Kareumbi.
Selain dari puncak, gunung-gunung terdekat bisa juga kita lihat dari awal jalur pendakian. Ada Gunung Buleud dan Gunung Cinini serta Gunung Bujung yang menghiasi pandangan.
Turun dari gunung, kita bisa beristirahat dahulu di basecamp. Ada beberapa suvenir menarik yang dijual, seperti cangkir alumunium, stiker, dan gantungan kunci.
Baca Juga: GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #46: Pasir Pangukusan yang Terlupakan, Titik Pandang Patahan Lembang nan Menawan, dan Hutan Bambu Arcamanik yang Unik
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #45: Gunung Cadaspanjang dan Gunung Puncak 2020 Ciwidey, Bagian Sejarah Batalion Siluman Merah Divisi Silliwangi
GUNUNG-GUNUNG DI BANDUNG RAYA #44: Gunung Geulis Jatinangor, Gunung Cantik di Timur Sesar Cileunyi-Tanjungsari
Sesar Cicalengka dan Potensi Bencana Gempa
Pegunungan K2 (Kareumbi-Kerenceng) di Bandung timur berada di jalur lintasan Zona Sesar Cicalengka. Kelurusan Sesar Cicalengka ini mengarah barat daya–timur laut. Analisa tektoniknya, garis kelurusan sesar berawal dari kaki pegunungan sebelah timur laut, kemudian melintasi lereng Gunung Kerenceng dan mengarah ke Desa Sindulang, terus lurus ke Desa Narawita dan mengarah ke Majalaya. Kelurusan (lineaments) adalah cerminan morfologi yang teramati di permukaan bumi sebagai hasil dari aktivitas gaya geologi dari dalam bumi.
Dalam catatan, pernah terjadi beberapa kali gempa di sekitar sesar ini. Hal ini tidak mengherankan karena memang Sesar Cicalengka termasuk ke dalam lima sesar aktif di Bandung Raya, selain Sesar Lembang, Sesar Jati, Sesar Legokkole, dan Sesar Cileunyi-Tanjungsari.
Gempa bumi yang tercatat antara lain terjadi pada tanggal 18 Agustus tahun 2000, 21 Desember 2003, 25 Desember 2004, dan 2 Februari 2005. Besar magnitudonya di kisaran M 3-4,4.
*Tulisan kolom Gunung-gunung di Bandung Raya merupakan bagian dari kolaborasi bandungbergerak.id dan Komunitas Pendaki Gunung Bandung (KPGB)