• Cerita
  • Menggugat Makna dalam Diam, Cara Pantomim Mengekspresikan Trauma

Menggugat Makna dalam Diam, Cara Pantomim Mengekspresikan Trauma

Kisah di balik video musik Wild Flowers besutan Alya Nurshabrina bersama seniman pantomim Wanggi Hoed. Menggugat trauma dan kompleksitasnya dengan diam.

Alya Nurshabrina (tengah), ditemani Mirsi Nira Insani (kiri) dan Anes (kanan), sedang bercerita terkait trauma dan musik video Wild Flowers pada Rabu (29/3/2023) sore di Red Raws Center. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Penulis Tofan Aditya3 April 2023


BandungBergerak.id – Pada tahun 2019, Alya Nurshabrina mengunjungi Yayasan Pulih untuk berkonsultasi dengan psikolog. Pasalnya, sudah bertahun-tahun Alya sulit terlelap. Andaikata bisa tertidur, Alya sering mengalami mimpi buruk, mengigau dan berteriak. Kala itu, Alya merasa terlelap sama lelahnya dengan terjaga.

Menyandang gelar Miss Indonesia 2018 bukan berarti tanpa masalah. Senyum yang Alya perlihatkan di hadapan kamera tidak selalu mengartikan bahwa dirinya baik-baik saja. Banyak kejadian-kejadian dalam hidup Alya yang mengakibatkan ia mengalami trauma yang kompleks.

"Salah satunya juga, aku pernah ada di hubungan pacaran yang mantan aku itu juga toxic, kayak gitu. Dia melakukan kekerasan," terang Alya ketika diwawancarai di Pasar Antik Cikapundung pada Selasa (28/3/2023).

Alya menyadari bahwa dirinya tidak boleh selamanya terkurung dalam trauma. Dengan bantuan psikolog, Alya mulai mencoba melawan rasa takutnya. Perlahan, Alya mulai memberanikan diri untuk keluar dari tekanan.

Sejak SMA, Alya terbiasa melukis untuk mengekspresikan perasaannya. Tapi kala itu, Alya tak mampu untuk menggoreskan kuasnya. Alya kemudian mencari jalan lain untuk meluapkan emosinya. Salah satu jalan yang dia ambil adalah dengan menulis. Berbagai jenis tulisan ia buat, mulai dari puisi, esai, hingga lagu.

"Aku harus bisa memutarbalikkan situasi gimana caranya aku merasa aku survive, bukan korban doang," ucap perempuan berusia 27 tahun tersebut.

Satu-satunya karya yang Alya terbitkan terkait traumanya adalah lagu berjudul Wild Flowers. Lagu ini Alya tulis pada tahun 2021 dan baru masuk dapur rekaman dua tahun setelahnya. Pada 22 Maret 2023, bertepatan dengan Hari Pantomim Dunia, musik video untuk lagu Wild Flowers resmi dirilis. Wanggi Hoed, seniman pantomim asal Bandung, menjadi pengisi dari musik video tersebut.

Lagu ini menceritakan tentang perasaan takut, bingung, dan iri kepada orang lain yang tidak mengalami trauma, pengalaman pribadi Alya selama bertahun-tahun. Bersama Wanggi Hoed, Alya mencoba menampilkan potret ketidakberdayaan yang pernah ia alami sendiri.

“Karena namanya penyakit itu harus disembuhkan, nggak boleh di cuekin, ngga boleh di diemin aja, nggak boleh di anggurin,” tutur Alya di akhir wawancara.

Suasana foto bersama antara pembicara, pengunjung, dan penampil dalam perayaan Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung pada Rabu (29/3/2023). (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)
Suasana foto bersama antara pembicara, pengunjung, dan penampil dalam perayaan Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung pada Rabu (29/3/2023). (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Baca Juga: Ramadan Pertama Mahasiswa Perantau di Bandung
RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #4: Hasan masih Menunggu Godot di Pasar Buku Palasari
Jangan-jangan di Bandung Banyak Reklame tak Berizin, Mudah Roboh, dan tidak Membayar Pajak?
Membicarakan Pantomim, Kolaborasi, dan Ruang: Kisah dari Tiga Daerah

Di Balik Trauma dan Musik Video Wild Flowers

Bertempat di Red Raws Center, Pasar Antik Cikapundung, Alya Nurshabrina, penyanyi, perupa, dan Miss Indonesia 2018, bercerita terkait trauma yang ia tumpahkan dalam musik video Wild Flowers pada Rabu (29/3/2023). Alya tidak sendiri. Dalam bincang seni bertajuk Ada Apa dalam Musik Video “Wild Flowers” Alya Nurshabrina x Wanggi Hoed tersebut, Alya ditemani oleh Mirsi Nira Insani, Litbang Komisi Film Bandung, sebagai pembicara dan Anes, pemerhati budaya, sebagai moderator.

Alya memulai cerita dengan proses kreatif dari lagu Wild Flowers. Sebagai upaya penyembuhan trauma, pada tahun 2020, Alya mulai mengisi hari-harinya dengan bercocok tanam. Di masa-masa pemulihan ini, Alya mulai lebih peka dengan lingkungan di sekitarnya. Salah satu yang menjadi perhatian Alya adalah bunga liar. Alya merasa iri dengan bunga liar yang ia temui.

“Oh bunga liar itu bisa tiba-tiba tumbuh loh. Gara-gara memang tanahnya itu memadai, tanahnya itu tuh sehat, lingkungannya sehat. Kok kayanya beda yah, aku nggak ngerasa aku bisa tumbuh seperti dia gitu,” ujar Alya yang sempat berkuliah di program studi Hubungan Internasional Universitas Parahyangan.

Terkait musik video, Alya bercerita bahwa pengambilan gambar dilakukan sendiri dengan bermodalkan kamera dari ponsel pintar miliknya. Untuk mewakili perasaan terjebak, Taman Labirin Balai Kota Bandung dipilih sebagai lokasi pengambilan gambar. Sementara untuk membahasakan trauma yang abstrak, Alya menggandeng Wanggi Hoed dan seni pantomim sebagai pengisi musik videonya.

Meski proses produksi berlangsung sederhana, Alya merasa senang lantaran lagu dan musik video buatannya mendapatkan respons positif dari teman-temannya. Menurut perempuan yang banyak terlibat di isu sosial ini, aksi pantomim dari Wanggi Hoed berhasil menggugah trauma yang dihadapi oleh orang-orang tanpa menggunakan kata-kata.

“Setelah di-publish videonya, temen-temen kuliah aku sama temen-temen kerja aku pada nge-WhatsApp, Alya aku dah nonton, aku nangis,” ujar Alya sambil menirukan respon teman-temannya tersebut.

Merespons musik video Wild Flowers, Mirsi mengungkapkan bahwa pemilihan seni pantomim sebagai medium untuk mengekspresikan trauma dan kompleksitasnya adalah keputusan yang tepat. Bagi Mirsi, diam lebih memberikan makna daripada kata-kata.

Sinema sendiri, menurut Mirsi, berada di antara seni dan realitas. Sinema dapat merepresentasikan realitas lebih dalam dan lebih luas, mengacak-ngacak persepsi, mempermainkan emosi dan imajinasi, dan menggugat realitas. Seni pantomim yang ditampilkan oleh Wanggi dalam musik video Wild Flowers berhasil menggugat makna dari diam.

“Ya sama seperti korban-korban kekerasan seksual atau orang-orang lain yang memiliki berbagai macam trauma, sering kali diam itu menjadi ekspresi dari segala kompleksitas tersebut,” ucap perempuan yang sudah terjun di dunia film sejak tahun 2008 ini.

Mirsi mengatakan bahwa sangat mungkin musik video Wild Flowers dapat menyentuh perasaan banyak orang. Hal tersebut dikarenakan pantomim dapat menyampaikan pesan kepada siapa pun tanpa terhalang oleh keterbatasan bahasa.

“Karena trauma itu tentang rasa, maka dibahasakannya tentu melalui rasa lagi, dan pantomim ini dia menurut saya adalah sebentuk bahasa rasa,” pungkas Mirsi.

Pembacaan puisi berjudul Rahim Makrifat Sunyi oleh Navida Suryadilaga dalam perayaan Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung pada Rabu (29/3/2023) di Red Raws Center. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)
Pembacaan puisi berjudul Rahim Makrifat Sunyi oleh Navida Suryadilaga dalam perayaan Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung pada Rabu (29/3/2023) di Red Raws Center. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung dan Agenda Selanjutnya

Bincang seni bertajuk Ada Apa dalam Musik Video “Wild Flowers” Alya Nurshabrina x Wanggi Hoed adalah satu dari rangkaian perayaan Hari Pantomim Sedunia 2023 di Bandung pada Rabu (29/3/2023). Selain Alya dan Mirsi, perayaan hari ini diisi pula oleh penampilan musik dari Miranti Dewi yang membawakan lagu Cinta Bikin Gila, Biang Gosip, dan Mari Membaca.

Selain penampilan musik, ada pula pembacaan puisi oleh Navida Suryadilaga dan Tiara (Semesta Tidak Buta). Navida membawakan puisi berjudul Rahim Makrifat Sunyi dan Tiara membawakan puisi berjudul Topeng. Kedua puisi yang dibacakan adalah karya dari mereka sendiri.

Pada perayaan ke-12 Hari Pantomim Sedunia di Indonesia ini diisi pameran poster yang diselenggarakan sejak tanggal 20 Maret sampai 20 April 2023 di Red Raws Center, Pasar Antik Cikapundung, Lantai 3 Blok FC 1, Bandung. Agenda selanjutnya dari perayaan yang juga mengenang 100 tahun Marcel Marceau dan 125 tahun Etienne Decroux ini akan diisi oleh pemutaran dan diskusi film dokumenter Marcel Marceau pada 8 April 2023.

 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//