• Cerita
  • RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #5: Suci dan Takjil Ramadan

RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #5: Suci dan Takjil Ramadan

Sucianti Nurjanah bersama pacar dan dua kakaknya memanfaatkan momen Ramadan untuk mencari uang tambahan dengan berjualan takjil dadakan di pinggir jalan raya.

Suci sedang memilihkan sate suki-suki yang dibeli oleh pembeli untuk kemudian dibakar, di lapak dagangan takjilnya, Jl. Cibangkong, Kec. Batununggal, Jumat (31/3/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul4 April 2023


BandungBergerak.id – Lapak jualan di bawah tenda berwarna biru itu dikerubungi oleh anak-anak. Para pembeli itu semangat memilih sate suki-suki yang ditaruh di dalam wadah besar. Satu tusuknya dihargai Rp. 2.000. Ada beragam sate suki-suki seafood yang dijual seperti crab stick, dumpling, udang keju dan beragam sosis. Usai memilih, mereka menunggu satenya dibakar sambil berbincang dengan teman-teman sebayanya.

Pembeli yang datang tak hanya anak-anak. Kebanyakan ibu-ibu datang untuk membeli risol. Ada dua varian risol, risol dengan isi mayo-telur-daging dan risol dengan isi baso-sosis. Satu risol dibanderol Rp. 3.000. Rencananya isian risol akan ditambah satu varian lagi, risol dengan isi ayam. Sebab, risol selalu habis terjual sejak hari pertama ramadan.

Tiga orang di hadapan pembeli-pembeli itu sibuk. Ada yang membakar suki-suki, ada yang menggoreng risol. Satunya lagi bertugas membungkus makanan, menerima uang dan memberikan kembalian, serta menghimpun sate-sate yang dipilih pembeli untuk dibakar.

Sucianti Nurjanah (24) merupakan pedagang serta pemilik dagangan di lapak ini. Ramadan tahun ini merupakan kali pertama ia jualan takjil. Lapak jualan ini berada di Jl. Cibangkong, Kecamatan Batununggal.

Di deretan jalan tersebut ada beberapa pedagang takjil lainnya, ada yang menjual minuman, mi baso, serta jajanan Korea. Beberapa pedagang menempati lapak yang disediakan oleh karang taruna. Beberapa lainnya membawa meja atau gerobaknya sendiri.

Suci memilih jualan suki-suki karena prosesnya yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan kolak, gorengan, dan menu-menu takjil lainnya. Suki-suki seafood bisa dibakar maupun digoreng. Penyajian pun mudah. Usai dibakar yang dicampur olesan bumbu barbeque, suki-suki itu kemudian ditaruh saos dan mayones.

“Terus bisa dibilang kalo sate seafood kan makanan yang lebih kekinian ya, jadi mengikuti perkembangan zaman aja biar lebih update,” ujar Suci kepada BandungBergerak.id, Sabtu (1/4/2023).

Selain sate suki-suki, risol yang dijualnya merupakan buatan sendiri. Ia dibantu oleh kakaknya untuk membuat risol. Selama berdagang, Suci juga dibantu oleh pacarnya. Saat BandungBergerak.id berada di lapak jualan itu, sekitar pukul setengah enam sore, risol sudah habis terjual.

“Itu yang paling diincar ibu-ibu, Alhamdulillah selalu habis kalau risol,” lanjutnya.

Suasana lapak dagangan takjil milik Suci. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Suasana lapak dagangan takjil milik Suci. (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Baca Juga: RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #4: Hasan masih Menunggu Godot di Pasar Buku Palasari
RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #3: Yani Maryani Konsisten di Balik Mesin Jahitnya
RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #2: Merawat Asa Toleransi Bersama Pendeta di Jamika
RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #1: Masih Berjualan Kaus Bandung, Masih di bawah Teras Cihampelas

Usaha Sampingan Selama Ramadan

Suci bekerja di salah satu pabrik pencelupan kain sebagai Admin Gudang. Dagangan takjil merupakan usaha sampingan selama Ramadan. Ketika Suci bekerja, kakaknya yang membantu membuat risol. Sepulang Suci kerja, mereka kemudian mulai berjualan. Durasi jualannya selama dua jam, jam empat sore hingga jam enam sore.

Adapun sate suki-suki dibeli malam, selepas melaksanakan salat tarawih. Ia ditemani oleh pacarnya untuk berbelanja. Sebab Suci mengaku, usaha sampingan ini dimodali berdua.

Sejak hari pertama Ramadan berjualan, Suci mengaku keuntungan yang didapatkan sangat lumayan. Namun di satu sisi ia juga tidak mengambil keuntungan yang begitu banyak, sebab baru pertama berjualan. Yang penting menurutnya adalah kualitas rasa, jika rasanya enak penghasilan akan mengikuti.

“Kalau omzet per hari, Alhamdulillah kita pernah dapat di Rp. 350 ribu. Karena kan memang kebetulan jam jualannya hanya start di jam empat sampai jam enam aja,” ujar Suci.

Selain omzet yang didapatkan cukup menguntungkan, lapak yang ditempati tidak harus disewa. Suci hanya perlu meminta izin ke Taruna Karya dan membayar sewa meja yang disediakan oleh Taruna Karya.

Satu meja disewa dengan harga Rp. 5.000 per hari. Suci menyewa dua meja untuk kebutuhan berjualan. Selain diberi meja, lapak itu sudah diatapi dengan terpal yang cukup memadai untuk berjualan jika hujan turun.

“Harapannya ya biar rezekinya berkah aja, walaupun emang keuntungan yang didapat gak seberapa. Tapi kan yang kita liat dari momennya, suasana kumpul-kumpulnya. Riweuh dan capeknya juga,” ungkapnya sambil tertawa menutupi obrolan.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//