• Berita
  • Memahami Mitigasi Bencana dengan Menyusuri Sesar Lembang

Memahami Mitigasi Bencana dengan Menyusuri Sesar Lembang

 Mitigasi bencana gempa menjadi kewajiban semua kalangan, bukan urusan mahasiswa geologi semata. Masyarakat termasuk mahasiswa mesti melek mitigasi ini.

Penelusuran sesar Lembang oleh mahasiswa komunikasi FISIP Unpas, Bandung, Sabtu (18/3/2023). (Sumber Foto: Unpas)

Penulis Iman Herdiana24 April 2023


BandungBergerak.idMitigasi bencana gempa bukan semata urusan mahasiswa geologi. Mahasiswa jurusan ilmu-ilmu sosial pun mestinya melek dengan mitigasi bencana. Semangat mitigasi bencana ini yang mendorong mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Unpas mengikuti kegiatan susur Sesar Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Seperti diketahui, sesar Lembang atau patahan Lembang merupakan salah satu sumber gema di wilayah Bandung Raya. Telah lama patahan gempa ini diteliti dan disimpulkan sebagai sumber gempa bumi aktif.

Titik awal penelusuran sesar Lembang diawali di Jalan Kinderdorf dan berakhir di Observatorium Bosscha. Perjalanan ini melewati hutan-hutan utara yang dikenal hijau dan asri, meski belakangan ini terdesak pembangunan.

Ketua Relawan Penanggulangan Bencana Lembang (RPBL) Anna Joestiana menjelaskan, selama di perjalanan, mahasiswa diperkenalkan dengan Sesar Lembang dan optimalisasi mitigasi bencana.

“Rekan-rekan RPBL yang memandu tracking juga menunjukkan keindahan jalur tracking Lembang atau biasa disebut Mikawanoh Lembur,” jelas Anna Joestiana, dikutip dari laman Unpas, Sabtu (8/4/2023).

Kegiatan susur Sesar Lembang ini menempuh jarak kurang lebih 7 kilometer dengan waktu tempuh 8 jam. Walaupun perjalanan cukup jauh dan medan yang dilalui lumayan licin akibat hujan, tapi antusias mahasiswa bisa menyeimbangkan perjalanan. Perjalanan pun terasa tidak melelahkan.

Penelusuran sesar Lembang tersebut bagian dari Pelatihan Optimalisasi Mitigasi Bencana bersama Karang Taruna se-Kecamatan Lembang, Sabtu (18/3/2023). Kegiatan ini merupakan pengembangan dari mata kuliah Komunikasi Krisis Bencana, anggota Karang Taruna, dan pejabat setempat.

Tim PKM FISIP Unpas M. Fazri Candra menuturkan, pola kegiatan berbentuk penyampaian materi oleh BMKG mengenai potensi bencana dan kesiapsiagaan warga di wilayah Kabupaten Bandung Barat dalam menghadapi bencana.

Anna Joestiana juga menyampaikan tentang penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas yang dilanjutkan dengan sesi simulasi.

“Tujuan diadakannya simulasi ini agar peserta memahami apa saja bentuk ancaman, kapasitas, dan asal usul desa Lembang pada saat asesmen yang dilaksanakan hari berikutnya,” kata dia.

Kegiatan PKM baru ditutup pada Jumat (31/3/2023) dengan pameran foto saat susur Sesar Lembang dan pengukuhan Forum Karang Taruna Kecamatan Lembang oleh Ketua Pelaksana PKM FISIP Unpas Mochammad Iqbal.

Baca Juga: Menengok Patahan Lembang melalui Hutan Bambu
Menelisik Potensi Gempa Bandung Raya
Menunggu Gebrakan Badan Pengelola Cekungan Bandung

Sesar Lembang

Para ahli telah menyimpulkan bahwa patahan Lembang menyimpan kekuatan gempa bumi merusak. Potensi kegempaan sesar Lembang bisa terjadi kapan saja tanpa diduga. Hasil penelitian Eko Yulianto dari Pusat Penelitian Geoteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan rekam jejak sejarah gempa patahan Lembang.

Tercatat, patahan Lembang pernah bergerak menghasilkan kekuatan 6,8 M pada 2.000 tahun lalu dan berlanjut dengan gempa berkekuatan 6,6 M yang terjadi sekitar 500 tahun lalu. Selain gempa besar itu, juga tercatat gempa lain berskala kecil dari tahun 1972, 1999, 2000, 2003, 2005, hingga 2011.

Badan Geologi juga mencatat kejadian gempa bumi disebabkan sesar Lembang terjadi pada 28 Agustus 2011 yang mengakibatkan kerusakan rumah-rumah warga di desa Muril Rahayu, Kabupaten Bandung Barat. Sesar ini juga pernah melepaskan energi berkekuatan di bawah 5 SR pada 1999.

Penelitian mencatan, total panjang sesar Lembang mencapai 29 kilometer dengan titik nol kilometer di daerah Padalarang dengan percepatan geser dari 3 sampai 5,5 milimeter per tahun (LIPI, 2015). Tercatat dari 2009-2015 patahan lembang bertambah panjang kurang lebih 7 kilometer.

Patahan Lembang membentang melalui 3 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, yang terpanjang di Kecamatan Lembang, disusul Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Cisarua. Berdasarkan foto udara tahun 2015, terlihat dengan jelas daerah-daerah yang dilalui patahan Lembang. Beberapa spot terdapat bangunan yang tepat berada di atas patahan diantaranya Kampung Dago Pakar, daerah wisata Tahura Juanda, Observatorium Bosscha, Sesko AU, Sespim Polri, Detasemen Kavaleri TNI-AD, dan lain-lain.

Daerah lain yang juga dilintasi sesar Lembang adalah Gunung Palasari, Batunyusun, Gunung Batu, Gunung Lembang, Cihideung, dan Jambudipa bagian barat. Wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah pemukiman yang padat dan dapat rawan bencana bila terjadi gempa bumi. Patahan Lembang juga melintasi zona Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Tangkubanparahu.

Tingkat kepadatan penduduk di wilayah yang dilewati sesar lembang menambah resiko bahaya korban jiwa apabila terjadi gempa besar. Jumlah penduduk terbanyak pada Patahan Lembang berada di Kecamatan Lembang disusul Kecamatan Parompong dan Kecamatan Cisarua, yaitu masing-masing sebesar 188.923 jiwa, 107.418 jiwa dan 72.521 jiwa (Kabupaten Dalam Angka, BPS Kabupaten Bandung Barat 2015).

Data kepadatan penduduk tersebut saat ini tentu berubah semakin banyak mengingat pesatnya perkembangan Bandung Raya. Para peneliti juga mengingatkan pentingnya meningkatkan kesadaran akan risiko bencana patahan Lembang.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//