• Berita
  • Indonesia Rawan Gempa Bumi Merusak, Patahan Lembang tidak boleh Dilupakan

Indonesia Rawan Gempa Bumi Merusak, Patahan Lembang tidak boleh Dilupakan

Berbeda dengan gempa bumi Cianjur yang sumber gempa buminya baru diketahui, patahan Lembang yang membentang di Bandung Raya telah lama disimpulkan aktif.

Pemandangan dari Kampung Muril, Kabupaten Bandung Barat, 28 Agustus 2011. Tanggal tersebut tepat satu dekade kampung ini diguncang gempa bumi patahan Lembang. (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana2 Januari 2023


BandungBergerak.idIndonesia digolongkan sebagai negara rawan bencana geologi, khususnya gempa bumi. Lindu mematikan termutakhir terjadi di Cianjur, Jawa Barat, yang disebabkan patahan atau sesar aktif di daerah Cugenang. Bandung Raya sebagai kota metropolitan terpadat di Jawa Barat tidak lepas dari ancaman gempa bumi dengan adanya sesar aktif patahan Lembang.

Menurut Badan Geologi Kementerian ESDM, gempa bumi Cianjur menelan 635 orang meninggal dan 1.083 orang luka-luka. Gempa bumi bermagnitudo 5,6 ini terjadi 21 November 2022.

Secara makro Badan Geologi mencatat sejak tahun 2000 hingga 2022 telah terjadi sebanyak 5 hingga 26 kejadian gempa bumi merusak (destructive earthquake) di Indonesia, termasuk gempa Cianjur. Kejadian gempa bumi merusak tahun 2022 inni tertinggi kedua setelah tahun 2021 dalam kurun waktu 22 tahun terakhir.

“Kejadian gempa bumi merusak merupakan gempa bumi yang telah mengakibatkan terjadinya korban jiwa, kerusakan bangunan, kerusakan lingkungan dan kerugian harta benda,” kata Plt Kepala Badan Geologi W Wafid, dalam keterangan tertulis yang dikutip Senin (2/1/2023).

Dalam kurun tersebut, kejadian gempa bumi merusak tahun 2022 diawali dengan gempa bumi di Halmahera, Provinsi Maluku Utara tanggal 10 Januari 2022 dan diakhiri oleh kejadian gempa bumi Kuningan, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 22 Desember 2022.

“Kejadian gempa bumi merusak tersebut mengakibatkan jumlah korban jiwa 663 orang meninggal dan 1.563 orang luka-luka,” kata W Wafid.

Sumber Gempa Bumi Baru Teridentifiksi

Kejadian gempa bumi merusak tahun 2022 sebagian besar bersumber dari sesar aktif dan beberapa bersumber dari zona penunjaman bumi. Terdapat beberapa kejadian gempa bumi yang sumbernya belum terdidentifikasi atau terpetakan yaitu:

Gempa bumi Halmahera Utara (10 Januari 2022 dan 18 April 2022), gempa bumi Pasaman (25 Februari 2022), gempa bumi Ketapang (1 Juli 2022), gempa bumi Cianjur (21 November 2022), dan gempa bumi Situbondo (23 November 2022).

Wafid berharap kegiatan penyelidikan gempa bumi harus terus dilakukan terutama dalam mengidentifikasi karakteristik sumber-sumber gempa bumi yang belum teridentifikasi atau terpetakan. Data katalog kejadian gempa bumi merusak dari Badan Geologi akan sangat membantu dalam mengidentifikasi sumber-sumber gempa bumi tersebut.

“Hanya dengan upaya mitigasi dan penataan ruang risiko dari kejadian gempa bumi yang mungkin akan terulang di kemudian hari akan dapat diminimalkan. Selain itu upaya penguatan regulasi kebencanaan di daerah (dalam bentuk Peraturan Daerah atau peraturan lainnya) tentunya turut mendukung upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi. Semoga,” kata Wafid.

Patahan Lembang di Bandung Raya

Berbeda dengan gempa bumi Cianjur yang sumber gempa buminya baru diketahui, patahan Lembang yang membentang di Bandung Raya telah lama diteliti dan disimpulkan sebagai sumber gempa bumi aktif. Tidak ada yang mengharapkan terjadinya bencana, namun realitasnya manusia harus hidup berdampingan dengan risiko-risiko bencana itu. Tak terkecuali bencana geologi gempa bumi.

Dengan kata lain, patahan Lembang menyimpan kekuatan gempa bumi merusak. Rifky Dwi Saputra Rumadan dan Ira Safitri Darwin dari Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung (Unisba), menyatakan patahan Lembang memiki potensi kegempaan yang bisa terjadi kapan saja tanpa diduga.

Kedua peneliti mengutip hasil penelitian Eko Yulianto dari Pusat Penelitian Geoteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang mengatakan potensi gempa yang disebabkan sesar Lembang masih ada.

Hal itu didasari dari rekam jejak sejarah gempa patahan Lembang dengan kekuatan 6,8 skala richter semenjak 2.000 tahun lalu dan berlanjut gempa 6,6 richter yang terjadi sekitar 500 tahun lalu. Selain gempa besar itu, juga tercatat gempa lain berskala kecil dari tahun 1972, 1999, 2000, 2003, 2005, hingga 2011.

Badan Geologi juga mencatat kejadian gempa bumi disebabkan sesar Lembang terjadi pada 28 Agustus 2011 yang mengakibatkan kerusakan rumah-rumah warga di desa Muril Rahayu, Kabupaten Bandung Barat. Sesar ini juga pernah melepaskan energi berkekuatan di bawah 5 SR pada 1999.

Menurut Rifky Dwi Saputra Rumadan dan Ira Safitri Darwin, total panjang sesar Lembang mencapai 29 kilometer dengan titik nol kilometer di daerah Padalarang dengan percepatan geser dari 3 sampai 5,5 milimeter per tahun (LIPI, 2015). Tercatat dari 2009-2015 patahan lembang bertambah panjang kurang lebih 7 kilometer.

“Potensi gempa dari sesar Lembang cukup besar dengan skala magnitudo 6,5 sampai 7 apabila seluruh segmen sesar bergerak,” demikian kata Rifky Dwi Saputra Rumadan dan Ira Safitri Darwin dalam jurnal penelitiannya, diakses Senin (2/1/2023).
.
Patahan Lembang membentang melalui 3 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, yang terpanjang di Kecamatan Lembang, disusul Kecamatan Parongpong dan Kecamatan Cisarua. Berdasarkan foto udara tahun 2015, terlihat dengan jelas daerah-daerah yang dilalui patahan Lembang. Beberapa spot terdapat bangunan yang tepat berada di atas patahan diantaranya Kampung Dago Pakar, daerah wisata Tahura Juanda, Observatorium Bosscha, Sesko AU, Sespim Polri, Detasemen Kavaleri TNI-AD, dan lain-lain.

Daerah lain yang juga dilintasi sesar Lembang adalah Gunung Palasari, Batunyusun, Gunung Batu, Gunung Lembang, Cihideung, dan Jambudipa bagian barat. Wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah pemukiman yang padat dan dapat rawan bencana bila terjadi gempa bumi. Patahan Lembang juga melintasi zona Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Tangkubanparahu.

Rifky dan Ira menyatakan tingkat kepadatan penduduk di wilayah yang dilewati sesar lembang menambah resiko bahaya korban jiwa apabila terjadi gempa besar. Jumlah penduduk terbanyak pada Patahan Lembang berada di Kecamatan Lembang disusul Kecamatan Parompong dan Kecamatan Cisarua, yaitu masing-masing sebesar 188.923 jiwa, 107.418 jiwa dan 72.521 jiwa (Kabupaten Dalam Angka, BPS Kabupaten Bandung Barat 2015).

Data kepadatan penduduk tersebut saat ini tentu berubah semakin banyak mengingat pesatnya perkembangan Bandung Raya. Para peneliti juga mengingatkan pentingnya meningkatkan kesadaran akan risiko bencana patahan Lembang.

“Hasil analisa, seluruh wilayah kajian mempunyai tingkat risiko tinggi terhadap bencana gerakan tanah patahan Lembang yang ditempati oleh 193.784 jiwa. Total luas wilayah berisiko terhadap bencana adalah 8.622,3 hektare,” kata peneliti.

Baca Juga: Di Kereta Pertama ke Bandung
Api Fatimah Bersama Komunitas Bandung Mempertahankan Dago Elos
Indonesia Kekurangan Tenaga Kesehatan, begitu juga Bandung

Patahan Lembang Mengancam Kota Bandung

Kota Bandung yang dihuni sekitar 2,5 juta penduduk, berjarak hanya 10 kilometer dari sesar Lembang. Jelas keberadaan sesar Lembang menjadi ancaman bagi kota padat penduduk ini.

Menurut hasil penghitungan Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) Institut Teknologi Bandung (ITB), potensi kerugian ekonomi akibat gempa bumi yang dipicu gerakan sesar Lembang mencapai 51 triliun rupiah.

Hitung-hitungan tersebut didapat dari nilai kerusakan pada sekitar 2,5 juta rumah tinggal di Kota Bandung dengan 500 ribu rumah di antaranya diperkirakan rusak total. Jumlah kerugian ini belum termasuk sarana perkantoran, sekolah, pasar, dan fasilitas publik lainnya.

Kerusakan tersebut juga diperparah dengan kondisi tanah Bandung yang merupakan hasil endapan danau purba yang bersifat lunak.

Selain Sesar Lembang, Bandung juga dikelilingi sesar gempa bumi lainnya. Di antaranya, patahan Cileunyi-Tanjungsari, patahan Cicalengka, patahan Gunung Geulis, dan patahan Jati. Aktivitas patahan-patahan gempa bumi ini pernah dibahas dalam Geoseminar “Patahan Lembang: Fakta dan Realita” di Auditorium Badan Geologi, Bandung, 7 September 2018.

Patahan-patahan tersebut tercatat pernah menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan kurang dari 5 SR, antara lain gempa bumi Tanjungsari pada tahun 1972 dan 2010, gempa bumi Gunung Halu dan Jati pada 2005, gempa bumi Pangalengan pada 2016, gempa bumi Cicalengka pada 2000 dan 2005, serta gempa bumi Ujungberung pada 2011. Dengan catatan historis ini, mitigasi bencana mutlak diperlukan.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//