Geliat Mudik di Terminal Cicaheum Pascacovid-19
Mudik dengan bus di terminal Cicaheum tampak menggeliat. Walaupun secara umum terminal ini masih sepi jika dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
Penulis Awla Rajul14 April 2023
BandungBergerak.id - Mudik lebaran tahun ini menjadi tradisi yang paling dinanti-nati masyarakat, setelah kebijakan PPKM pencegahan Covid-19 pada tahun-tahun sebelumnya dihapuskan. Namun terminal Cicaheum yang melayani perjalanan bus antarkota-antarprovinsi (AKAP) dan antarkota dalam provinsi (AKDP) masih cenderung sepi pemudik.
Jafar, agen penjualan tiket bus PO Eka dan dan Budiman menyebutkan, puncak mudik di Terminal Cicaheum diprediksi H-3 atau 19-20 April 2023. H-3 merupakan hari yang paling banyak jumlah pemesanan tiket keberangkatan bis di perusahaannya. Selain itu, program mudik gratis yang diselenggarakan pemerintah ke arah timur akan berangkat dari Terminal Cicaheum pada tanggal 20 April.
“Perkiraan sih puncaknya 19-20 April untuk yang AKAP. Kalau yang AKDP itu biasanya, pelajaran dari tahun-tahun sebelumnya itu malah lebih ramai setelah Idulfitri," ungkap Jafar saat ditemui BandungBergerak.id di loket pembelian tiket Terminal Cicaheum, Kamis (13/4/2024).
Ia berharap mudik tahun ini berlangsung ramai. Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang, perusahaan telah menambah jumlah armada bus bantuan, seperti yang dilakukan PO Budiman dan Hiba.
Jafar mengungkapkan, keberangkatan bus di Terminal Cicaheum setiap satu jam sekali dari seluruh PO bus. Keberangkatan bus pertama ada pada pukul empat pagi dan keberangkatan terakhir pada pukul satu malam.
Pasca-Covid-19 tahun 2023, lanjut Jafar, geliat masyarakat menggunakan bus sebagai moda transportasi jarak jauh mulai terlihat. Jauh berbeda dengan pada masa pandemi yang terjadi sejak 2020 ketika bus dan terminal sepi.
“Mulai ada peningkatan meski gak signifikan juga sih, kalau dibandingin tahun-tahun sebelum Covid ya jauh," lanjut Jafar.
Pandemi juga berdampak pada meningkatnya jasa angkutan ilegal atau travel gelap. Saat pembatasan sosial diberlakukan selama pandemi, menurut Jafar masyarakat beralih menggunakan jasa travel tersebut. Hal ini berpengaruh besar terhadap penurunan penggunaan bus.
“Efeknya sampai sekarang ketika sudah dibebasin juga tetap, kan mereka sudah berlangganan selama dua tahun tidak boleh ada aktifitas, jadi jarang yang balik lagi ke bis,” terang Jafar.
Jafar berpesan tahun ini mudik menggunakan bus bisa dilakukan dengan aturan yang relatif tidak ketat. Namun yang harus menjadi catatan bagi pemudik adalah melakukan perjalanan dalam keadaan sehat. Apalagi mudik tahun ini diprediksi akan macet.
Baca Juga: Bagaimana Pendidikan Kita Bisa Maju kalau Para Dosennya Tenggelam dalam Tugas Administrasi?
Ketika Kepentingan Publik Tunduk pada Nama Baik Pejabat
Pengalaman Pahit Mendapat Diskriminasi Nilai Pelajaran Agama di Sekolah
Murah dan Mudah Dijangkau
Pantauan BandungBergerak.id, Terminal Cicaheum belum terlihat ramai. Para pemudik menunggu di kursi-kursi tunggu. Lapangan parkir terminal tampak lengang, belum banyak bis di sana.
Markonono (39) merupakan salah satu pemudik yang akan pulang ke Blora, Jawa Tengah. Ia memilih bis karena mudah dijangau. Berbeda dengan tiket kereta yang sulit dan sering kehabisan tiket. Bis juga dinilai lebih mudah mengakses kampung halamannya.
“Kalau saya naik kereta itu nanti turun dari Ngawi itu masih naik bis tiga kali. Kalau saya naik bis cuma nambah satu kali bis mini sudah sampai ke rumah, lebih mudah," tutur Marko kepada BandungBergerak.id.
Marko merupakan buruh proyek PT. KAI selama 20 tahun. Sekarang ia sedang bertugas mengerjakan proyek stasiun Cicalengka. Ia bisa mudik lebih awal karena mulai Jumat kantor dan proyek sudah berhenti, sehingga ia hendak segera balik ke kampung halaman.
Kelebihan lain dari bis, kata Marko, adalah harga tiketnya yang relatif murah. Kondisi terminal juga cukup nyaman. Tahun ini menjadi mudik pertamanya berangkat dari Terminal Cicaheum.
Masyarakat lain yang menggunakan bis dari Terminal Cicaheum adalah Dyas (23 tahun). Ia merupakan wiraswasta asal Jogja yang bekerja di Bandung. Ia hendak ke Malang bukan dalam rangka mudik melainkan liburan.
Untuk bepergian jauh, biasanya Dyas menggunakan kereta api atau pesawat. Kali ini ia menggunakan bis karena ingin merasakan pengalaman yang berbeda. Ia juga mengaku harga tiket bis lebih terjangkau dibandingkan dengan transportasi lainnya.
“Kepengin naik bis juga mau lihat perkembangan secara manajemen di terminal juga gimana. Karena kayak kereta kan sudah mulai baik ya, nah saya mau tau kalau di bis apakah sama, sekarang tu udah baik apa belum gitu,“ ungkapnya.
Ia membayangkan suasana terminal kumuh dan kurang tertata. Namun apa yang ia bayangkan itu tidak sepenuhnya benar. Suasana di Terminal Cicaheum menurutnya cukup nyaman dan baik, bahkan tidak semenyeramkan yang pernah ia bayangkan sebelumnya.
Dyas membeli tiket ke Malang melalui aplikasi booking online. Pada kesempatan yang akan datang ia berkeinginan untuk mencoba membeli tiket langsung di terminal agar bisa membandingkan antara membeli tiket online dan secara langsung.
“Hati-hati di jalan, jaga kesehatan,“ pesannya kepada pemudik.