RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #8: Baju Lebaran Ari untuk Bekal Mudik ke Minang
Ari membuka lapak PKL di kawasan toko Jl. Trunjojoyo Bandung menjelang Lebaran. Berharap untung dengan berjualan pakaian dan baju Lebaran untuk bekal mudik.
Penulis Awla Rajul19 April 2023
BandungBergerak.id – “Ayo boleh masuk lihat-lihat dulu,” teriak Ari (29 tahun) kepada calon pembeli yang melewati lapak dagangannya.
Lapak dagangannya berukuran 2 x 2 meter persegi. Di setiap sisinya tergantung kaus, kemeja, hoodie, crewneck, dan jaket dengan warna-warna yang beragam. Di dalam lapaknya itu juga ada tumpukan pakaian-pakaian yang terikat rapi, stok pakaian yang akan dijual.
Ari merupakan salah satu pedagang pakaian yang membuka lapak pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Trunojoyo. Kawasan itu ramai dan menjadi magnet berbelanja baju Lebaran setiap akhir Ramadan tiba. Ada sekitar 60 hingga 70 lapak PKL yang menjual pakaian pria dan wanita, mulai pakaian anak-anak hingga dewasa.
Tahun ini merupakan tahun ketiga Ari berjualan di kawasan Trunojoyo. Sebelumnya ia sempat berjualan pakaian lebaran di kawasan Cilaki. Biasanya ia mulai berjualan di minggu-minggu akhir Ramadan. Ia mengaku baru mulai berjualan di lapak di Trunojoyo sejak Sabtu, (8/4/2023).
Tahun 2023 ini merupakan tahun pertama masyarakat Indonesia terbebas dari bayang-bayang pandemi, kebijakan pembatasan sosial dicabut. Masyarakat dibebaskan untuk mudik, salah satu tradisi masyarakat Indonesia merayakan Hari Raya Lebaran, Idul Fitri.
Namun kondisi ini tidak sepenuhnya menguntungkan bagi pedagang baju Lebaran seperti Ari. Kebebasan mudik seperti sediakala, membuat masyarakat lebih memprioritaskan keuangannya untuk mudik daripada membeli baju lebaran. Belum lagi beberapa perusahaan maupun pegawai sudah cair tunjangan hari raya (THR).
Menurut Ari, pengalaman tahun-tahun sebelumnya, seminggu sebelum Lebaran biasanya kawasan itu sudah ramai dikunjungi para pembeli yang berburu baju baru. Ia menilai kondisi tahun ini belum seramai tahun lalu.
"Walaupun pandemi mendingan tahun kemarin kayaknya. Sekarang kan mudiknya udah bebas, kebanyakan orang udah mikirnya mudik," ungkap Ari dengan logat khas Padang ketika ditemui di lapaknya, Jumat sore (14/4/2023).
Meski begitu, Ari tetap bersyukur dengan dagangannya yang juga tetap laku. Ari menjual pakaian pria yang diberi merek Kacimosh. Selain membuka lapak menjelang lebaran seperti ini, ia rutin menjual pakaian melalui aplikasi daring, utamanya di Tiktok dan aplikasi belanja lainnya.
Usaha pakaian ini merupakan usaha temannya, ia ikut menjualnya. Ari mengaku seluruh pakaian yang dijual merupakan buatan produksi sendiri.
"Alhamdulillah udah ada pelaris. Lumayan," kata Ari.
Walaupun kondisi yang dinilainya cenderung tak seramai tahun lalu, ia berharap dagangannya bisa laku dan tak banyak menyisakan barang. Sebab keuntungan berjualan ini akan dipakai untuk mudik dengan istrinya ke Tanah Minang.
"Harapannya tahun ini bisa mudik juga, kalau sepi gak bisa mudik. Pokoknya gak bawa barang aja pulang tahun ini. Biasanya tahun kemarin gak ada bawa barang lagi, paling pajangan aja, udah bawa uang lah. Sekarang jangan sampe bawa barang pulangnya," ungkap Ari dengan logat khas Padang sambil bercanda.
Baca Juga: RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #7: Aan Aminah Masih Terus Berjuang
RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #6: Kisah Fiona, Transpuan yang Menginginkan Hidup Mandiri
RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #5: Suci dan Takjil Ramadan
RAMADAN SETELAH PAGEBLUK #4: Hasan masih Menunggu Godot di Pasar Buku Palasari
Dagang Offline Lebih Untung
Ari membeberkan, hoodie dan crewneck menggunakan bahan katun fleece dengan besaran gramasi 300. Bahan jenis ini merupakan salah satu jenis yang lazim digunakan di pasaran. Katun fleece merupakan bahan yang terbuat dari campuran katun dan polyester. Salah satu keunggulan dari bahan jenis ini adalah hidrofobik, tidak mudah menyerap air sekaligus cepat kering.
Bahan jenis ini beragam besaran gramasinya, mulai 240 GSM, 280 GSM, 300 GSM, hingga yang paling besar adalah 360 GSM. Ari mengungkapkan jika katun fleece dengan gramasi 360 akan sulit laku. Sebab harganya yang sudah terbilang mahal. Makanya ia memilih jenis 300GSM, ketebalannya sesuai dengan kondisi Bandung dan harganya ramah di kantong.
Saat ditemui di lapaknya, selain berbicara dengan logat khas Padangnya, suara Ari serak. Suara seraknya bukan tanpa sebab. Sebelum membuka lapak di Trunojoyo, sejak pagi pukul tujuh, ia melakukan siaran langsung di TikTok untuk menjual pakaian-pakaiannya.
Dalam sehari ia melakukan siaran langsung di TikTok dalam tiga sesi, jam tujuh hingga jam sembilan, jam 10 hingga jam satu siang, sesi terakhir jam dua hingga tiga siang. Usai sesi terakhir itulah ia langsung membuka lapak dagangannya di Trunojoyo.
Meski rutin berjualan secara daring, Ari mengaku kondisi bulan Ramadan seperti sekarang lebih menguntungkan berjualan secara langsung. Sebab perputaran uang jelas dan lebih cepat. Berbeda dengan jualan daring yang harus menunggu barang tiba ke tujuan terlebih dahulu baru uang bisa dicairkan.
“Kalau bulan puasa dibandingkan dengan hari biasa lebih mending jualan offline, uangnya jelas dan perputaran uang tu lebih cepat,“ beber Ari.
Ari tetap harus semangat berjualan baik melalui daring dan luring. Tujuannya mudik ke kampung halaman harus tercapai. Ia bergurau, orang-orang sudahlah cair THR dan mulai mudik, ia masih harus berdagang yang tidak seramai tahun lalu.
“Kalau sepi khawatirnya gak bisa mudik, orang-orang udah pada mudik,“ ungkapnya sambil tertawa.
Di Trunojoyo, kebanyakan konsumennya adalah anak-anak muda dengan rentang usia 20 hingga 30 tahun. Ia menyampaikan merek pakaiannya bisa dibeli langsung di lapaknya di Trunojoyo atau bisa dibeli melalui daring di TikTok Shop maupun aplikasi belanja lainnya.