Membekali Anak-anak SD dengan Dasar-dasar Pencegahan Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual sangat tidak diinginkan terjadi di dunia pendidikan. Kejahatan seksual akan berdampak pada masa depan anak.
Penulis Iman Herdiana26 April 2023
BandungBergerak.id - Pemahaman tentang pencegahan kekerasan seksual perlu ditanamkan sejak dini. Dengan metode tertentu, anak-anak sekolah dasar tidak tabu dikenalkan pada pelajaran penting ini.
Menurut Kemendikbud Ristek, kekerasan seksual merupakan suatu perbuatan yang merendahkan, menghina, melecehkan, hingga berakibat fatal terhadap kondisi psikis korban. Tentunya hal seperti ini sangat tidak diinginkan di dunia pendidikan karena kesempatan untuk melaksanakan pendidikan dengan aman akan hilang.
Dengan latar belakang tersebut, Asrama Putri Kanayakan ITB melakukan sosialisasi terkait dasar-dasar pencegahan kekerasan seksual kepada siswa SDN 103 Coblong Kota Bandung. Kegiatan sosialisasi diawali dengan sebuah materi terkait pengantar pencegahan kekerasan seksual.
“Jadi dijelasin terkait materi pengantar seperti bagian-bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain,” tutur Putri Nur Azizah selaku Penanggung Jawab Pengabdian Masyarakat Asrama Kanayakan, dikutip dari laman ITB, Rabu (26/4/2023).
Dalam pelatihan yang berlangsung Rabu (12/4/2023) itu, peserta dibagi menjadi 3 kelompok besar dengan 1 pendamping dari Asrama Kanayakan. Pendamping tersebut nantinya berperan dari story teller.
“Story telling-nya itu tentang seorang anak yang berusaha menjaga batu kristal dalam dirinya dari serangan monster jahat yang berusaha merebutnya. Batu kristal itu adalah perumpamaan bagi tubuh anak-anak, dan monster adalah para pelaku kekerasan seksual,” jelas Azizah.
Baca Juga: Lagi-lagi Kasus Pelecehan Seksual, Mau sampai Kapan?
Culture Revisited: Menyingkap Kekerasan Seksual di Indonesia
Proses Panjang Memberantas Kekerasan Seksual di Indonesia
Setelah sesi story telling, dengan kelompok yang sama siswa di kelas tersebut menerima materi dengan metode Diskusi Kelompok Terpimpin (DKT). Di dalam sesi tersebut, anak-anak akan menerima pertanyaan terkait kasus yang terjadi di kehidupan nyata.
“Misal mandi bareng temen-temen, diajakin nonton tayangan tidak pantas, dimintai foto tidak pantas oleh teman online, dll,” ujar Azizah.
Dari topik itu, anak-anak akan diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapat masing-masing. Siswa yang berani berpendapat akan mendapat apresiasi berupa botol minum. Acara ditutup dengan sesi dokumentasi bersama anak-anak.
Sebelumnya, Asrama Kanayakan ITB menemui Kepala Sekolah SDN 103 Coblong, Iis Widaningsih. Dalam kesempatan ini, Asrama Kanayakan ITB memberikan cinderamata berupa plakat. Hal ini menjadi penanda bahwa Asrama ITB pernah melakukan pengabdian di sini.
Dari kegiatan yang terlaksana, harapannya anak-anak dan orang tua bisa mengerti bahwa kekerasan seksual itu sangat berbahaya untuk setiap kalangan umur.
“Kalau dari aku si harapannya anak-anak dan orang tua lebih terbuka kalau kekerasan seksual itu membahayakan setiap kalangan umur, terutama anak-anak. Dan itulah kenapa, sekolah diharapkan jadi tempat yang aman dan mendukung untuk anak-anak belajar hal-hal dasar terkait pencegahan kekerasan seksual,” pungkas Azizah.
Kegiatan sosialisasi ini merupakan salah satu pengabdian masyarakat dalam menyambut Pembinaan Terpusat Mei Asrama ITB. Menurut Azizah, kegiatan pengabdian tidak harus memberikan perubahan besar, tapi bisa berupa hal-hal kecil ke masyarakat selama memberi dampak positif.
“Jadi selama ada waktu, tenaga, dan kesempatan untuk mengabdi, kenapa engga,” ujar Azizah.