• Opini
  • Anak Muda Bisa Apa?

Anak Muda Bisa Apa?

Anak muda sering diukur dari pencapaian instan, bukan proses panjang. Ketika gagal, dicemooh sebagai tidak konsisten. Ketika sukses, dicurigai karena “terlalu muda”.

Fathan Muslimin Alhaq

Penulis konten lepas asal Jakarta

Ada orang-orang yang berperan signifikan dalam dinamika zamannya tapi ditinggalkan begitu saja oleh sejarah. (Ilustrasi: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak)

29 Oktober 2025


BandungBergerak.id – Anak muda bisa apa? Sebuah pertanyaan yang sering muncul dengan nada meremehkan, seolah anak muda hanyalah generasi yang sibuk bermain gawai, membuat tren aneh di TikTok, atau sibuk mengejar validasi digital. Tapi di balik tanya yang sinis itu, tersimpan sesuatu yang lebih besar bahwa ketakutan generasi lama pada semangat yang belum bisa mereka kendalikan, dan harapan akan masa depan yang belum bisa mereka pahami.

Anak muda hari ini tumbuh dalam dunia yang bergerak dengan kecepatan cahaya. Dunia di mana batas antara realitas dan virtual hanya setipis layar ponsel. Di sana, suara mereka menggema lebih cepat dari berita di televisi, dan ide-ide mereka bisa menjelma gerakan sosial hanya dalam hitungan jam. Mereka hidup di era di mana satu thread Twitter bisa mengubah kebijakan, dan satu video bisa menggugah jutaan hati.

Namun, dunia yang serba cepat ini juga menjadi ujian. Anak muda sering diukur dari pencapaian instan, bukan proses panjang. Ketika gagal, dicemooh sebagai tidak konsisten. Ketika sukses, dicurigai karena “terlalu muda”. Padahal, justru di usia muda itulah keberanian masih murni –belum terikat kalkulasi politik atau kepentingan ekonomi.

Lihatlah sekitar. Ada anak muda yang membangun bisnis sosial dari nol, mengolah sampah jadi karya, mengubah keresahan jadi lagu, dan mengorganisasi gerakan lewat layar 6 inci. Ada pula yang memilih jalan sunyi: mendidik anak jalanan, menulis opini, menanam pohon, atau sekadar menolak lupa lewat dokumentasi sejarah. Anak muda bisa mencipta ruangnya sendiri ketika pintu utama tertutup rapat.

Baca Juga: Peringatan Hari Sumpah Pemuda, Memaknai Kembali Semangat Anak Muda Masa Kini
Anak Muda yang Badung
Jejak Delegasi Seniman Jawa Barat di Festival Pemuda dan Pelajar Sedunia 1957

Ruang Kepercayaan yang Terlalu Sempit

Masalahnya bukan mereka tidak mampu, tapi ruang kepercayaan yang terlalu sempit. Dunia kerja masih menilai dari gelar, bukan dari gagasan. Dunia politik masih menilai dari umur, bukan dari integritas. Padahal anak muda bukanlah “cadangan” bangsa –mereka adalah pemain utama yang sedang mempersiapkan formasi baru.

Pertanyaannya, mengapa masih banyak yang ragu? Mungkin karena perubahan selalu menakutkan bagi mereka yang nyaman.

Anak muda membawa ide yang belum teruji, tapi justru di situlah kekuatannya. Mereka tidak takut bereksperimen, tidak takut ditertawakan, dan tidak takut gagal. Dalam setiap kegagalan, ada pembelajaran yang lebih mahal dari sekadar teori.

“Anak muda bisa apa?” –bisa menulis sejarah dengan caranya sendiri. Bisa menolak sistem yang usang tanpa harus membakar segalanya. Bisa membuat kebaruan tanpa kehilangan akar. Anak muda bisa memelopori gerakan sosial tanpa jabatan, bisa mengubah persepsi publik tanpa panggung megah.

Dan ya, anak muda bisa gagal. Tapi kegagalan mereka bukan akhir cerita, melainkan fondasi dari kebangkitan berikutnya. Karena anak muda tidak dibentuk dari kemenangan, melainkan dari keberanian untuk mencoba lagi dan lagi. Suatu hari nanti, mereka yang kini ditertawakan karena “terlalu idealis” akan menjadi mereka yang dikenang karena tak pernah berhenti bermimpi. Dunia tidak pernah berubah oleh mereka yang patuh, tapi oleh mereka yang berani bertanya, “Kenapa tidak?”

Jadi jika masih ada yang bertanya sinis, “Anak muda bisa apa?” Jawabannya sederhana tapi padat yaitu bisa segalanya, asal diberi ruang dan kesempatan untuk tumbuh. Karena anak muda bukan sekadar penerus tongkat estafet; mereka sedang membuat lintasan baru. Mereka bukan masa depan –mereka adalah sekarang yang sedang bekerja, berkeringat, dan bermimpi untuk dunia yang lebih masuk akal dari hari ini.

 

***

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//