RESENSI BUKU: Kita Semua (Pernah) Tolol dan Hidup ini Harus Dinikmati
“Kalau kamu menghilangkan semua kesalahan yang terjadi di masa lalu, versi dirimu yang sekarang akan hilang,” kata Andreas Kurniawan, dokter spesialis kejiwaan.
Penulis Awla Rajul28 Desember 2025
BandungBergerak - Jika sebelumnya saya disadarkan tentang bagaimana menghadapi dan menjalani kedukaan, kini saya dijejali tentang memandang kehidupan dari kisah seorang pasien yang lebih memilih mati. Satu hal saya amini benar setelah menamatkan buku ini, bahwa kita memang goblok.
Setidaknya kita semua pernah goblok, di masa lalu. Dan jika kita sudah sampai di kesadaran itu, artinya kita tumbuh dan berkembang sebagai manusia. Setidaknya begitu kata Andreas Kurniawan, dalam buku “Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya”.
Kekhawatiran dokter spesialis kedokteran jiwa ini di kata kata pengantar bukunya sedikit saya rasakan selama membaca. Tapi justru setelah menyelesaikan bab-bab awal, saya jadi paham, bahwa lebih baik menyesal karena gagal setelah mencoba daripada menyesal karena tidak pernah mencoba sama sekali. Dan hadirlah buku ini di tangan saya. Artinya Andreas melawan arus dan memilih menyesal tipe yang pertama.
Saya membagi dua benang merah dari buku ini. Pertama, tentang bagaimana menjalani kehidupan yang tengah berjalan ini, yang semakin hari rasanya semakin berat saja, apalagi di negara Indonesia tercinta yang katanya kaya raya. Kedua, berefleksi dari kisah Lalin, seorang pasien yang sudah tidak betah lagi hidup. Di dalam buku kedua poin ini dijelaskan secara bersamaan dalam 11 bab.
Yup, kita semua pernah goblok di masa lalu. Coba kalian buka galeri lama, kenangan di zaman sekolah, misalnya, lalu terbersit di kepala, “aneh juga ya dulu”. Atau kalau kita mengingat-ngingat bagaimana kita berbuat suatu kesalahan di masa lalu ke salah satu teman, sampai jadi gak berhubungan lagi ketika dewasa. Lalu di saat mengingat-ngingat kesalahan dan kenangan ini, kita jadi berpikir, “sepertinya kalau dulu aku tidak begitu mungkin jadinya gak seperti sekarang”.
Kalimat macam itu, menggunakan bahasa kasar, menegaskan kalau kita memang tolol. Kita pasti pernah berbuat bodoh, melakukan hal yang tidak baik kepada seseorang, dan seterusnya. Kita bisa menyadari itu karena sudah ada jarak, dipisahkan waktu, dan memperoleh lebih banyak informasi, data, dan cerita. Karena kalau data yang kita punya sudah sebanyak itu, dulu, ya kejadian tolol itu gak terjadi. Tapi kemudian pilihan kitalah untuk merespons masa kini, bagaimana memandang ketololan di masa lalu. Bagaimanapun kita tumbuh dan berkembang dari kesalahan, kekecewaan, dari luka.
“Kalau kamu menghilangkan semua kesalahan yang terjadi di masa lalu, versi dirimu yang sekarang akan hilang. Kamu menjadi dirimu sekarang karena semua pengalaman dan kesalahan yang terjadi di masa lalu,” tulis Andreas, halaman 144.
Selain perspektif “semua kita memang goblok”, yang berkesan lainnya dari buku ini adalah tentang kita semua pernah jadi orang jahat di cerita orang lain. Dan saya amini benar hal itu. Bacalah lebih detail dalam bukunya tentang ini, kawan. Jujur, saya belum sanggup mengulas tentang itu di sini, kali ini. Satu hal lainnya adalah tentang tumbuh dari rasa sakit yang dijelaskan caranya dalam bab “Tutorial Menanam Bunga Matahari”. Bacalah kawan, saya merekomendasikan buku ini!
Baca Juga: RESENSI BUKU: Hujan, Bandung, dan Kisah Cinta Hema
RESENSI BUKU: Perempuan Melawan Arus Tradisi Kawin Tangkap

Menikmati Hidup
“Ketololan” dalam hidup dan menjadi orang jahat di cerita orang lain lalu direfleksikan melalui kisah Lalin. Berbeda dari buku sebelumnya, Andreas Kurniawan menaruh cerita yang cukup detail tentang Lalin, seorang pasiennya. Andreas bercerita tentang jalannya sesi konseling antara mereka berdua dan mengelaborasinya tentang pelajaran hidup, serta bumbu-bumbu ilmu psikologis yang dijelaskan dengan renyah, mudah dipahami.
Singkatnya, di akhir cerita, Lalin menghubungi lagi temannya. Setelah menimbang baik-buruk yang pernah saling mereka lakukan. Sementara perihal jahat, tergantung dari perspektif mana dulu kita mau memandang. Dalam cerita Lalin, temannya yang jahat. Begitu sebaliknya dalam cerita kawannya.
Dalam hidup, dipandang jahat, aneh, norak, dan lainnya adalah dinamika kehidupan yang tak akan ada habisnya. Akan selalu ada orang yang tidak senang dengan apa yang kita lakukan, meski tidak memberi dampak buruk pada orang itu. Dan mungkin juga memang demikian perannya, “kita selalu butuh orang jahat untuk disalahkan,” tulis Andreas, halaman 37. Kalimat berikut, mungkin bisa menjadi panduan kita menjadi acuh dan fokus pada diri sendiri.
“Bukan tugasmu untuk membuat mereka senang dengan keberadaanmu. Tugas mereka adalah untuk membencimu dan memberi berita buruk tentangmu. Tugasmu adalah untuk membuktikan pada orang-orang lain, terutama yang masih netral, bahwa kamu tidak seperti ini,” halaman 40.
Cerita Lalin memberi keyakinan kepada saya untuk menikmati hidup. Berilah makna yang mendalam pada hidup dan tentukan tujuan yang hendak dituju. Lalin adalah seorang pengguna kursi roda yang merasa hidupnya dipenjara. Padahal impiannya adalah menikmati aurora, yang jelas tak ada di Indonesia. Tapi di akhir cerita, Lalin berubah drastis.
Ia menjadi sosok yang terbuka pada keluarganya dan menjalin kembali hubungan dengan kawan-kawan. Ia memutuskan akan pergi ke luar kota, menemui sahabat lamanya. Ia jadi lebih ingin hidup, menikmati setiap waktu yang entah panjang, entah singkat.
Demikianlah, menikmati hidup. Menikmati hari ini. Tanpa tendesi mengglorifikasi, buku ini cocok untuk kawan-kawan baca, dari seluruh kalangan. Buku ini memberi kesadaran tentang bagaimana menjalani kehidupan, memandang masa lalu, dan bagaimana kita mau diingat setelah mati.
Informasi Buku
Judul Buku : Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya
Penulis : dr. Andreas Kurniawan, SP.KJ
Genre : Mootivation & Self Help
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Cetakan keenam, Mei 2025
Tebal Buku : 205 halaman
ISBN : 978-602-06-8127-6.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp Kami

