• Kampus
  • Kurangi Pembuangan Tinja ke Cikapundung, Unisba Hibahkan Septic Tank Komunal

Kurangi Pembuangan Tinja ke Cikapundung, Unisba Hibahkan Septic Tank Komunal

Salah satu limbah yang mencemari Sungai Cikapundung ini ialah tinja hasil buang air besar sembarangan atau open defecation.

Septic Tank Komunal di pinggir Sungai Cikapundung, Tamansari, Bandung, hasil hibah FK Unisba, Kamis (21/10/2021). (Dok. Unisba)

Penulis Iman Herdiana25 Oktober 2021


BandungBergerak.idSungai Cikapundung, salah satu sungai terbesar yang melintasi Kota Bandung, kerap dijadikan tempat pembuangan sampah atau limbah. Salah satu limbah yang mencemari sungai ini ialah tinja hasil buang air besar sembarangan atau open defecation. Padahal Kota Bandung menargetkan tahun ini mencapai Open Defecation Free (ODF).

Menghadapi kenyataan masih adanya warga Bandung yang buang air besar sembarangan (BABS), Universitas Islam Bandung (Unisba) meresmikan pembangunan septic tank komunal di RW 7, Kelurahan Tamansari, Kota Bandung. Mengutip laman resmi Unisba, peresmian tersebut dilakukan Selasa (19/10/2021).

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian Milad ke-17 Fakultas Kedokteran (FK) Unisba dan hasil kerjasama dengan Kecamatan Bandung Wetan dalam mewujudkan program Academic Health System (AHS).

Ketua Milad Ke-17 FK Unisba, Mia Kusmiati, mengatakan penyerahan septic tank komunal merupakan salah satu upaya yang dilakukan FK Unisba dalam mengurangi dampak pencemaran lingkungan di wilayah Tamansari, khususnya RW 07. Tahun lalu. Unisba juga telah membangun septic tank komunal pada lokasi lain di Kelurahan Tamansari. Dengan adanya penambahan septic kedua ini, maka angka ODF di Kelurahan Tamansari Wetan kini disebut telah mencapai 80 persen.

“Pembanguan septic tank komunal ini merupakan kontribusi dari akademisi perguruan tinggi untuk Kecamatan Bandung Wetan sebagai lingkungan terdekat dengan Unisba. Insya Allah melalui kegiatan ini kami realisasi menuju desa atau kelurahan sehat berkualitas bisa terwujud,” ujarnya.

Mia berharap langkah yang ditempuh FK Unisba bisa menjadi contoh yang menggerakan pihak lain untuk melakukan hal serupa. Namun, tidak menutup kemungkinan jika ke depan, FK Unisba akan membangun lebih banyak septic tank komunal di kelurahan tersebut guna mewujudkan Kota Bandung yang sehat menuju ODF 100 persen.

“Kami berharap, ini bisa menjadi trigger bagi masyarakat untuk meningkatkan perilaku hidup sehat dan bersih. Mudah-mudahan ini bisa dijadikan contoh untuk tempat lain, bagaimana program pemerintah soal kesehatan didukung banyak pihak mulai dari lembaga pendidikan, warga dan stakeholder lainnya. Namun, jika nanti ke depan tingkat ODF di Kelurahan Tamansari belum mencapai 100 persen akan kami upayakan untuk terjun kembali,” ujarnya.

Septic tank komunal tersebut dibangun untuk warga Kelurahan Tamansari khususnya RW 07 Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung yang hidup di bantaran sungai Cikapundung. Pembuatan septic tank dilatarbelakangi perilaku warga yang kerap membuang tinja ke sungai. Rencahnya edukasi membuat perilaku tersebut dianggap wajar dan aman sehingga menjadi kebiasaan yang terus dilakukan.
Dampaknya, sungai menjadi tercemar limbah tinja, jijik, kotor dan berbau. Hal ini didukung oleh banyaknya warga yang belum memiliki septic tank sebagai saluran sanitasi, serta kurangnya pemahaman akan hal tersebut.

Namun setelah beriperasinya septic tank komunal, kebiasaan BABS ke sungai dinyatakan berkurang. Septic tank yang dibangun jenis jenis biotech BT 26 berukuran 5 meter kubik yang memiliki kapasitas menampung tinja kurnag lebih 20-30 kepala keluarga (KK). Septic tank ini merupakan bantuan dari tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Kedokteran (FK) Unisba yang dibangun sejak 14 Juni 2021 dan selesai 19 Juli 2021.

Anggota tim PKM Unisba, Titik Respati, mengatakan dampak open defecation atau buang air sembarangan jika terus diterapkan di masyarakat adalah terjadinya kontaminasi sumber air dan tanah serta udara, penyakit diare dan cacingan, pneumonia serta hambatan tumbuh kembang anak.

Septic tank komunal tersebut dapat dimanfaatkan oleh beberapa rumah sekaligus dalam mengatasi pencemaran lingkungan dari open defecation. “Sangat bermanfaat terutama untuk rumah di daerah yang mempunyai lahan yang terbatas,” ujarnya.

Cara kerja septic tank komunal, kata dokter FK Unisba tersebut, adalah mengolah limbah kotoran menjadi cairan yang layak dibuang ke sungai atau aliran air lain karena sudah tidak berbau dan tidak berwarna.

“Bakteri pengurai menjadi salah satu komponen penting di dalamnya,” katanya.

Titik menuturkan, limbah akan dikumpulkan melewati bar screen atau saringan kasar untuk menyaring sampah ukuran besar misalnya plastik, daun, kertas dan lainnya. Limbah kemudian mengalir ke bak pengendap awal untuk mengendapkan partikel dan sebagai pengurai Lumpur atau sludge digestion.

Air limpasan akan dialirkan ke bak kontraktor anaerob. Medianya kerikil atau bahan plastik plus bakteri anaerob yang berfungsi menguraikan zat organik. Setelah itu dialirkan ke bak kontraktor biofilter aerob. Terakhir masuk ke bak pengendap untuk kontak dengan khlorin sehingga tidak ada mikroorganisme pathogen dan dapat dibuang dengan aman ke sungai atau saluran umum lain.

Baca Juga: Museum KAA mulai Buka setelah Lama Ditutup Pagebluk
CERITA ORANG BANDUNG (36): Seorang Penjual Batagor, Relokasi, dan Vaksinasi Covid-19
CERITA ORANG BANDUNG (35): Jalan Panjang Sang Pawang Gajah

Warga Perlu Edukasi

Wanda, warga serta bendahara pengurus RW 07 mengungkapkan, warga sangat antusias dan senang ketika memanfaatkan alat ini. Menurutnya, septic tank komunal sangat bermanfaat untuk kehidupan warga terutama dalam kebersihan bantaran sungai.

“Semoga bisa bermanfaat di jangka waktu yang panjang,” ujarnya.

Meski demikian, Wanda mengatakan masih saja ada warga yang melakukan kebiasaan buruk membuang langsung tinja ke sungai. Sehingga diperlukan edukasi masif tentang pentingnya septic tank.

“Warga masih memerlukan edukasi dan diberikan pemahaman yang luas mengenai tata cara dan penggunaan agar benar-benar merubah mindset untuk tidak kembali membuang tinja ke sungai, namun benar-benar membuang tinja hanya kepada septi tank tersebut,” ungkapnya.

Hal senada diutarakan Lurah Tamansari, Dadang Sobandi. Pihaknya bersama kepengurusan setempat, baik RT, RW, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Karang Taruna dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga bersama-sama mengedukasi masyarakat mengenai betapa pentingnya kesehatan lingkungan dan masyarakat sehingga terbiasa berperilaku hidup sehat terutama mengenai keberadaan septic tank.

Masyarakat RW 07, katanya, sangat menerima septic tank komunal karena sosialisasi dilakukan dengan santai, gencar, serta penjelasan yang terus menerus dilakukan sehingga warga menjadi paham fungsinya. Selain juga karena perawatannya yang tidak terlalu memakan biaya karena hanya penguraian bakteri saja.

“Kita pun tidak memformalkan sosialisasi dan edukasinya. Kapan pun kita sampaikan. Warga yang tanya bisa langsung kita jelaskan,” ungkapnya.

Dadang menuturkan, ketika masyarakat diperlihatkan contoh nyata mengenai kegunaan septic tank, tidak sedikit warga yang ingin mempergunakan dan memanfaatkan septic tank tersebut.

Walau begitu, Dadang mengatakan, dengan harga septic tank komunal yang terbilang mahal maka diperlukan kesiapan anggaran. Sehingga pihak Kelurahan Tamansari masih akan terbuka menerima jika FK Unisba kembali membangun dan memasang septic tank komunal ini.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//