Peringatan Gelombang Ketiga Covid-19 dari RSHS
Protokol kesehatan pencegahan Covid-19 mesti terus digencarkan dalam menghadapi kemungkinan gelombang ketiga Covid-19, walaupun kini jumlah kasus sedang landai.
Penulis Iman Herdiana26 Oktober 2021
BandungBergerak.id - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung telah melalui puncak gelombang Covid-19 pada Juni-Juli kemarin. Tentu rumah sakit pusat rujukan se-Jawa Barat ini tidak ingin mengalami kembali gelombang wabah yang nyaris melumpuhkan fasilitas-fasilitas kesehatannya. Protokol kesehatan pencegahan Covid-19 mesti terus digencarkan, walaupun kini jumlah kasus sedang landai.
Namun, epidemolog telah memprediksi gelombang ketiga Covid-19 masih mengancam Indonesia, termasuk Jawa Barat, selama virus SARS CoV-2 masih terus menular dan bermutasi. Gelombang ketiga Covid-19 diprediksi akan terjadi antara Desember 2021 dan Januari 2022. Prediksi didasarkan pada keramaian masyarkat yang biasa terjadi libur panjang pergantian tahun.
“Betul kita mendengar (prediksi gelombang ketiga Covid-19), mencermati dugaan tadi, bahwa lonjakan Desember itu bisa saja terjadi,” kata Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang RSHS, Yana Akhmad, melalui keterangan resmi di RSHS, Bandung, Selasa (26/10/2021).
Menurutnya, RSHS juga mengalami lonjakan pasien Covid-19 pada saat pergantian tahun 2020 ke 2021 lalu. Lonjakan jumlah pasien Covid-19 dipicu karena kerumunan dan rendahnya ketaatan pada protokol kesehatan.
“Kami pengalaman akhir tahun itu pun demikian, jadi itu (gelombang ketiga) sangat mungkin. Tapi walaupun demikian, kami berharap itu tidak terjadi. Tapi kami harus mempersiapkan, dan persiapan ini kami sudah punya pengalaman di lonjakan yang kemarin,” ungkap Yana Akhmad.
Walau RSHS telah siap mengantisipasi kemungkinan gelombang ketiga Covid-19, Yana berharap berbagai pihak, pemerintah dan masyarkat, melakukan pencegahan-pencegahan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan 3M atau 5M. Masyarkat juga diharapkan antusias mengikuti program vaksinasi Covid-19. Menurutnya, jika semua warga divaksin, maka akan terjadi kekebalan komunal yang membuat virus tidak lagi mendapatkan tempat untuk menular dan bermutasi.
“Semua pihak yang terkait, masyarakat, pemerintah, harus semuanya berjuang melawan atau beradaptasi dengan Covid-19 ini sehingga kita bisa mencegah lonjakan yang terjadi,” katanya.
Baca Juga: Nakes Terpapar Covid-19 terus Bertambah, RSHS Butuh SDM Tambahan
RSHS Tambah Kapasitas Tempat Tidur Covid-19 Menjadi 231 Unit
Pasien Covid-19 Gejala Berat di IGD RSHS Mencapai 90 Persen
Situasi Covid-19 RSHS
Saat ini, jumlah pasien Covid-19 RSHS sudah jauh berkurang dibandingkan Juni dan Juli lalu, bulan di mana gelombang kedua Covid-19 terjadi dan menyapu seluruh layanan-layanan kesehatan di seluruh Jawa Barat. Per hari ini, IGD RSHS memeriksa dua orang pasien dalam status suspek Covid-19. Sedangkan di ruang rawat inap terdapat 9 pasien positif Covid-19 yang menjalani perawatan.
“Dari tempat tidur yang 130 (unit), jadi kami BOR-nya sudah di bawah 1 persen atau 0,07 persen saat ini,” kata Yana Akhmad.
Sebagai perbandingan, Juni lalu RSHS pernah mengaktifkan 224 tempat tidur khusus untuk pasien Covid-19 yang tingkat keterisian (BOR)-nya mendekati 100 persen. Dengan kata lain, rumah sakit pelat merah ini penuh oleh pasien Covid-19. Dari jumlah tempat tidur Covid-19 tersebut, terdapat 40 tempat tidur IGD yang khusus menangani pasien Covid-19 gawat darurat. Waktu itu, tempat tidur Covid-19 IGD tersebut terisi hampir 100 persen.
Menghadapi serbuan pasien Covid-19 itu, RSHS kembali menambah jumlah tempat tidur Covid-19 menjadi 928 unit. Tempat-tempat tidur pasien non-Covid-19 dikonversi menjadi tempat tidur Covid-19.
Bahkan pada periode yang sama, tercatat ada 212 orang pegawai RSHS yang terpapar Covid-19. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan paparan pada bulan Mei 2021. Dari 212 pegawai, sebanyak 171 orang adalah tenaga kesehatan, dan sebanyak 41 orang tenaga non-kesehatan.
Terpaparnya garda depan Covid-19 membuat RSHS kekurangan banyak SDM. Rekrutmen relawan pun harus dilakukan. Tak hanya itu, RSHS juga mengalami krisis oksigen medis. Dari 400-an tabung oksigen yang ada, semuanya terpakai dan habis hanya dalam hitungan hari.
Sementara perusahaan pemasok oksigen medis kelabakan melakukan pasokan. Para pemasok menghadapi lonjakan permintaan dari rumah-rumah sakit yang juga mengalami krisis oksigen medis. Bahkan saat itu RSUD Ujung Berung Kota Bandung menutup IGD-nya karena krisis oksigen medis ini.
Kini, badai tersebut sudah berlalu dan diharapkan tak kembali lagi. Jumlah tenaga kesehatan yang ditugaskan di ruang-ruang Covid-19 RSHS telah dikurangi, begitu juga jumlah tempat tidur Covid-19.
“Kalau waktu saat lonjakan Juni-Juli, otomatis karena lonjakan dan ada intruksi dari Kemenkes, kami sudah meningkatkan dari 928 TT (tempat tidur), maka kita gunakan 40,5 persen (dari total TT di RSHS),” katanya.
Sekarang, semua fasilitas dan SDM Covid-19 telah kembali normal. Namun jika gelombang ketiga Covid-19 benar-benar kembali, RSHS akan kembali mengaktifkan fasilitas-fasilitas tersebut.
“Walaupun nakesnya sudah direlokasi, tapi kita tetap siap apabila ada lonjakan. Ruangan itu akan berfungsi kembali, tempat tidur untuk mengantisipasinya. Jadi tidak perlu membangun lagi, demikian dengan fasilitasnya,” paparnya.
Berkurangnya jumlah pasien Covid-19 tak hanya di RSHS, melainkan terjadi juga di rumah sakit lainnya. Ini terlihat dari pusat data Covid-19 Kota Bandung di mana jumlah kasus aktifnya 149 orang (bertambah 9 kasus dibandingkan data sebelumnya). Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan data Juni-Juli yang pernah tembus 10 ribu kasus positif aktif.