• Kolom
  • SISI LAIN SCHOEMAKER #3: Menjadi Ketua Bandoengschen Kunstkring

SISI LAIN SCHOEMAKER #3: Menjadi Ketua Bandoengschen Kunstkring

Charles Wolff Schoemaker memimpin Bandoengschen Kunstkring atau Lingkar Seni Bandung sejak 1921 sampai 1926. Kemudian diangkat menjadi anggota Dewan Kehormatan.

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Buku yang merekam jejak Bandoengsche Kunstkring dari tahun 1905 sampai 1930. (Foto: Dokumentasi Hafidz Azhar)

11 Juni 2023


BandungBergerak.id – Pada tahun 1921, Charles Wolff Schoemaker mulai menjabat sebagai ketua Bandoengschen Kunstkring atau Lingkar Seni Bandung. Kelompok ini merupakan wadah bagi para pegiat seni yang ingin menuangkan kreativitasnya. Didirikan pada 15 Januari, Bandoengschen Kunstkring memiliki tujuan untuk mengapresiasi segala bentuk seni supaya dapat dilihat dan dinikmati oleh masyarakat secara luas. Berbagai produk seni yang dihasilkan oleh kelompok ini, di antaranya, kerajinan anyaman, tenun, batik, ukiran, keris, lampu, patung dan lain-lain. Bahkan semua produk seni tersebut sempat dipampang dalam pameran yang berlangsung pada tahun awal didirikannya, di sebuah tempat yang telah disediakan oleh Bupati Bandung kala itu (Bandoengschen Kunstkring 1905-1930).

Dari segi jumlah anggota Bandoengschen Kunstkring tidak berkembang secara langsung. Malah dari tahun 1905 hingga 1911 para anggotanya, konon, tidak memperlihatkan aktivitas seni yang terlalu menonjol. Akan tetapi pada tahun 1912, muncul kesadaran dari beberapa orang anggota untuk membangkitkan kegiatan seni dan menarik perhatian masyarakat di Bandung. Dengan adanya kebangkitan ini para pengurus Lingkar Seni Bandung ternyata mampu meraih anggota baru seiring dengan dibukanya pameran seni berupa karya-karya dari para pelukis Belanda (Bandoengschen Kunstkring 1905-1930).

Bukan hanya itu. Kebangkitan tersebut memicu juga hadirnya kelompok seni yang lain di luar Bandung. Pada tahun 1916 berbagai lingkar seni yang ada membentuk sebuah kelompok bernama Bond van Nederlandsch-Indisch Kunstkringen. Adapun yang menjadi pemimpin kelompok tersebut, yakni Pieter Adrian Jacobus Moojen, yang pernah menduduki ketua pertama Bandoengschen Kunstkring (Bandoengschen Kunstkring 1905-1930). Sama halnya dengan Charles Wolff Schoemaker, PAJ Moojen juga merupakan arsitek, pelukis dan penulis yang cukup terkenal. Karyanya sempat dipamerkan pada acara pameran pribadi dalam Galeri de Berri di Paris, Perancis, termasuk lukisan pemandangan di Bali yang dibeli untuk museum van den Jeu de Paume (De Indische Courant 28 Maret 1938, Het Nieuws van den dag 25 Maret 1939).

Baca Juga: SISI LAIN SCHOEMAKER #1: Sang Arsitek sebagai Objek Studi
SISI LAIN SCHOEMAKER #2: Dari Banyubiru ke Kota Kembang
BUKU BANDUNG (13): C. P. Wolff Schoemaker sebagai Arsitek dan Seniman, serta Keterlibatannya dalam Partai Sempalan

Memimpin Bandoengschen Kunstkring

Sejak didirikan tahun 1905, Bandoengschen Kunstkring telah beberapa kali berganti ketua. Dimulai dari PAJ Moojen yang memimpin kelompok itu dari 1905 sampai 1906. Kemudian WFM van Schaik dari 1906 sampai tahun 1907. Sementara pada tahun 1907 terjadi kekosongan ketua selama empat tahun. Lalu pada tahun 1912 hingga 1913 Lingkar Seni Bandung kembali dipimpin oleh seorang ketua. Kali ini Ir. MH Dame yang menakhodai kelompok seni itu. Tahun 1914 Bandoengschen Kunstkring kembali berganti pimpinan. Meski tidak berjalan genap selama satu tahun, FAJ Keuchenius membawahi para anggota Lingkar Seni Bandung selama beberapa bulan. Lalu masih di tahun itu, pimpinan beralih di tangan GC TH D’Arnaud Gerkens dari 1914 sampai 1918. Setelah itu ketua diganti oleh Prof. Ir. JN van der Leij dari tahun 1918 sampai 1920. Hingga akhirnya pimpinan Bandoengschen Kunstkring jatuh di pundak Charles Wolff Schoemaker dari tahun 1921 sampai 1926 (Bandoengschen Kunstkring 1905-1930).

Konon, menurut laporan De Locomotief 16 April 1927, berhentinya Wolff Schoemaker sebagai ketua Bandoengschen Kunstkring disebabkan oleh pengunduran dirinya. Akan tetapi pada tahun 1927 dia diangkat sebagai dewan kehormatan dalam kelompok seni di Bandung itu. Hal ini juga diperkuat dalam rekam jejaknya yang tercatat Bandoengschen Kunstkring 1905-1930, bahwa pada tahun 1927 Schoemaker mulai menjabat sebagai anggota dewan kehormatan.

Ditariknya Schoemaker menjadi anggota dewan kehormatan disebut-sebut lantaran jasanya yang besar terhadap Bandoengschen Kunstkring selama ia menjabat sebagai ketua. Dengan demikian, para pengurus Lingkar Seni Bandung bersepakat untuk menganugerahkan Schoemaker menjadi anggota dewan kehormatan, meskipun ia tidak banyak berpartisipasi ketika menduduki jabatan itu (Bandoengschen Kunstkring 1905-1930).

Saat berkiprah di Bandoengschen Kunstkring Wolff Schoemaker juga tidak sendiri. Ia didampingi oleh para pengurus lainnya yang memegang jabatan sekretaris dan bendahara. Pada tahun 1921 sampai 1922 Ir. JAK van Hasselt mendampingi Schoemaker sebagai sekretaris Bandoengschen Kunstkring. Adapun yang menjadi bendahara, yaitu SD Kuypers dari tahun 1920 hingga 1924. Pada tahun 1922, sekretaris harus beralih ke tangan Ir. FRL Nauta. Jabatan ini tidak berlangsung lama dengan diganti oleh Dr. O Damste dari 1922 sampai 1923. Setelah itu jabatan sekretaris beralih pada GKW Bakker dari tahun 1923 sampai 1924. Satu tahun berselang kursi sekretaris harus berada dalam kekosongan. Lalu pada tahun 1925 sampai kepemimpinan Schoemaker berakhir sekretaris dipegang oleh CA Graye (Bandoengschen Kunstkring 1905-1930).

Sama halnya dengan sekretaris, bendahara yang mendampingi Schoemkaer pun selalu berganti. Setelah SD Kuypers memegang jabatan sampai tahun 1924, bendahara selanjutnya diisi oleh Ir. B Visman kendati tidak berjalan lama. Setelah itu JHR G Verspyck menduduki jabatan tersebut tidak sampai satu tahun. Kemudian pada tahun 1925 bendahara diisi kembali oleh TH E Stufkens. Namun tidak disebutkan apakah Stufkens memimpin jabatan ini sampai tahun 1926. Yang jelas pada tahun 1926 kursi bendahara beralih kepada nama yang lain. Kali ini SD Kuypers kembali menduduki jabatan tersebut tanpa disebutkan sampai kapan ia menduduki kursi bendahara, bahkan setelah Schoemaker tidak lagi menjadi ketua (Bandoengschen Kunstkring 1905-1930).

Sejak berdirinya tahun 1905, Bandoengschen Kunstkring terhitung telah banyak menyelenggarakan berbagai acara. Selain pameran seni, ada juga konser musik, pertunjukan tari dan balet serta tonil. Bahkan Lingkar Seni Bandung pernah mengundang kelompok Braga untuk menampilkan pertunjukan tonilnya. Selain itu ada juga Caroline van Dommelen, Hazenberg dan Brondgeest yang sudah lima kali tampil. Ditambah beberapa penampilan tunil lainnya yang sempat meramaikan rangkaian acara dalam kegiatan yang digelar oleh Bandoengschen Kunstkring (Bandoengschen Kunstkring 1905-1930).

Di samping acara yang berhubungan dengan pertunjukan seni, Bandoengschen Kunstkring juga pernah menggelar kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah. Dalam acara ini, Wolff Schoemaker juga sempat menjadi pembicara sebanyak empat kali (Bandoengschen Kunstkring 1905-1930). Bukan hanya itu. Pada salah satu kegiatan yang mengundang Ir. H. Maclaine Pont untuk membicarakan tradisi arsitektur Jawa, Wolff Schoemaker juga hadir di situ untuk mengomentari pembahasan arsitektur. Menurutnya konsep arsitektur tidak dapat didifenisikan secara terang seperti halnya konsep indah. Ia menjelaskan bahwa arsitektur merupakan karya yang mesti memiliki tampilan dalam jenisnya, serta memiliki kualitas khusus dalam desain, rasio massa dan ruang. Begitu pun dengan kualitas pada struktur yang harus memberikan ekspresi mencolok pada gagasan atau makna bangunan. Pendapat ini ditujukan kepada Maclaine Pont terkait arsitektur Jawa yang bagi Schoemaker sendiri hanya menggambarkan suatu konstruksi bangunan kayu yang dihias (AID de Preangerbode, 29 September 1923).

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//