• Nusantara
  • Menjelajah Rasa Kecap-kecap Nusantara di Unpad

Menjelajah Rasa Kecap-kecap Nusantara di Unpad

Kecap merupakan salah satu produk kuliner khas nusantara. Di Jawa Barat, produsen kecap terkenal adalah Majalengka.

Pengunjung melihat deretan botol kecap di Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran (Unpad) saat pameran kecap dengan tema Pameran Koleksi Kecap Nusantara Rasa Lestari di Jatinangor, Sumedang, Rabu (14/6/2023). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana15 Juni 2023


BandungBergerak.idSedikitnya 150 botol kecap dari berbagai daerah di nusantara ditampilkan dalam Pameran Kecap Nusantara “Rasa Lestari” yang digelar di Teater Pengetahuan, Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor 13-16 Juni 2023. Pameran ini memberikan pengalaman kepada pengunjung untuk menjelajahi kecap yang juga menjadi warisan budaya milik Indonesia.

Sebanyak 150 botol kecap itu merupakan koleksi merk kecap dari sejumlah daerah di nusantara. Melalui pameran ini pengunjung mendapatkan wawasan bahwa produk-produk kecap nusantara memiliki cita rasa khas masing-masing sesuai keragaman latar budaya dan kondisi geografis daerahnya. 

Juga dipamerkan arsip-arsip terkait industri kecap sejak masa lalu baik dalam bentuk digital ataupun fisik. Arsip-arsip digital maupun fisik seperti botol, etiket merk kecap, cap stempel, nota kuitansi, dan buku-buku seputar kecap, dari masa kolonoal yang dimulai tahun 1930 sampai 1988.

Acara juga diwarnai pemutaran film dokumenter tentang kecap, diksui, demo masak, dan lain-lain. Pengunjung pameran juga bisa mencicipi beberapa merk kecap berbeda dari beberapa daerah yang memiliki cita rasa khas masing-masing, dari warna, konsistensi, dan cita rasanya.

“Ini adalah sebuah misi untuk melestarikan rasa yang ada di Indonesia melaui kecap,” kata Ketua Panitia yang juga dosen antropologi FISIP Unpad Hardian Eko Nurseto, dikutip dari laman Unpad, Kamis (15/6/2023).

Dosen yang akrab disapa Seto tersebut menjelaskan, belum banyak masyarakat yang menyadari adanya keberagaraman kecap dari berbagai daerah. Tim pun mencoba mendokumentasikan dan menelusuri sejarahnya.

“Di pameran kali ini kita juga menelusuri sejarah dari kecap manis, dari penelusuran dokumen Belanda sampai ke 1898,” ungkap Seto.

Untuk kecap testing, pengunjung dapat mencoba sekitar 10 kecap berbeda yang ditampilkan. Pengunjung pun dapat melihat perbedaan konsistensi, warna, serta rasa dari masing-masing kecap. Selain itu, pengunjung juga dapat melihat artefak seputar kecap dari tahun 1930 hingga 1988.

“Buat Antropologi, kecap ini bisa bercerita tentang banyak hal dan saya mencoba mewujudkannya di sini,” ujar Seto.

Kecap-kecap yang dipamerkan sebagian besar merupakan koleksi Seto sendiri dan koleksi Hardian Eko Nurseto, kolektor kecap asal Solo.

"Salah satu tujuannya, ingin melestarikan keragaman rasa di Indonesia melalui kecap. Saya riset dengan menelusuri sejarah kecap di Indonesia, hasilnya bisa diakses dalam konten digital di pameran ini. Sebagian kecap yang dipamerkan adalah koleksi saya pribadi dan milik seorang kolektor, Habibie Arifianto, dari Solo," kata Hardian.

Pameran kecap nusantara ini diselenggarakan Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadajaran berkolaborasi dengan Parti Gastronomi serta didukung penuh Direktorat Pendidikan dan Internasionalisasi.

Direktur Pendidikan dan Internasionalisasi Mohamad Fahmi mengatakan, pameran ini juga sebuah upaya untuk mengaktifkan Teater Pengetahuan. Fahmi meyakini bahwa setiap aspek keimuan jika ditampilkan secara menarik dapat membuat orang tertarik untuk mengakses.

“Teater Pengetahuan itu kan sebetulnya niatannya adalah ingin mendokumentasikan seluruh knowledge yang dimiliki oleh umumnya bangsa Indonesia atau khususnya adalah sivitas akademika Unpad. Nanti bisa kita sebarluaskan dan dinikmati oleh kalangan umum sehingga memang pengemasannya itu lebih popular,” ujar Fahmi.

Fahmi pun berharap acara ini akan membawa inspirasi bagi dosen lain untuk mewujudkan acara serupa. Ia yakin bahwa setiap keilmuan di Unpad memiliki cerita yang bisa disampaikan ke masyarakat.

Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Rektor Unpad Rina Indiastuti. Dikatakan Rektor, Unpad terus berkomitmen untuk menerapkan ilmu pengetahuan. Berbagai bidang ilmu yang ada di Unpad memliki hal menarik yang dapat disampaikan pada masyarakat.

“Unpad selain punya tempat atau sebagai gudang ilmu kami ingin sekali juga mendiseminasikan, menyebarluaskan pengetahuan itu bagi masyarakat luas,” kata Rektor.

Menurut Rektor, masyarakat membutuhkan pengetahuan yang kemasannya disusun sesuai dengan karakter masyarakat. Pameran ini pun memanfaatkan teknologi digital sehingga acara dikemas dengan menarik. Rektor pun berharap acara ini dapat didokumentasikan, diputar kembali, dan diperkaya.

“Mari kita buat Unpad menjadi institusi yang betul-betul punya pengetahuan yang kaya dan mudah dinikmati,” ajak Rektor.

Buku tua tentang kecap dalam pameran kecap di Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran (Unpad) di Jatinangor, Sumedang, Rabu (14/6/2023). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Buku tua tentang kecap dalam pameran kecap di Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran (Unpad) di Jatinangor, Sumedang, Rabu (14/6/2023). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Baca Juga: Berjalan Kaki Menceritakan Kuliner Legendaris di Kota Bandung
Keberagaman Indonesia dalam Menu Kuliner
Kesetiaan Nce di Warung Kopi

Kecap Majalengka

Di Jawa Barat, daerah yang memiliki kecap sebagai produk khas kulinernya adalah Majalengka. Bahkan kecap Majalengka dikenal telah melegenda karena cita rasanya yang khas. Usianya telah puluhan tahun. Selain itu, kecap Majalengka terkenal karena tetap mempertahankan cara pembuatan yang tradisional.

Dikutip dari Balai Taman Nasional Gunung Ciremai, ada dua merek kecap yang melegenda di Majalengka, yakni kecap cap Maja Menjangan (MM) dan Segi Tiga. Keduanya buatan asli Majalengka dan diproduksi secara rumahan.

Kecap cap Maja Menjangan (MM) merupakan kecap tertua di Majalengka. Sejak 1940 kecap ini telah ada. Melalui tangan H. Saad, kecap Maja Menjangan (MM) hingga kini masih bertahan dan disukai lidah masyarakat.

Sementara kecap cap Segi Tiga mulai diproduksi pada 1958. Ketika itu ada tiga orang pemrakarsa terciptanya kecap cap Segi Tiga. Mereka adalah H. Lukman, Endek, dan Aman. Dari tiga orang itulah kemudian tercetus merek Segi Tiga.

Dua merek kecap tersebut menawarkan rasa yang sama. Ada kecap asin, manis sedang, dan kecap manis. Pada tiga rasa itu, cita rasa kedelai hitamnya benar-benar terasa. Selain rasa kedelai yang kental, dua merek kecap ini tahan lama. Bahkan bisa bertahan sampai dua tahun. Padahal, dua merek kecap itu dibuat tanpa bahan pengawet.

Agar kecap bisa bertahan lama, sang produsen memiliki cara tradisional. Bukannya mencampurkan bahan pengawet kimia, namun mencampurkan garam dalam jumlah banyak pada olahan kecap saat proses fermentasi. Garam dalam jumlah banyak saat fermentasi mampu menjadi bahan pengawet agar kecap tak mudah basi. Karena masih tradisional, proses pembuatan dua merek kecap ini dilakukan secara manual. Tidak ada mesin yang membantu, hanya tangan para pegawai yang berperan.

Bahkan untuk memasaknya pun masih menggunakan kayu bakar. Begitu juga wadah tempat kecap telah jadi maupun saat penyaringan dan fermentasi. Wadah terbuat dari kayu jati yang dibentuk menyerupai ember. Sementara untuk mengeringkan kedelai, sinar matahari merupakan andalan.

Tak heran, cuaca sangat menentukan produksi kecap di Majalengka. Sebab jika mendung atau hujan, penjemuran kedelai akan memakan waktu. Akhirnya proses produksi memakan waktu lebih lama. 

Dua merek kecap ini bisa ditemui dengan mudah di sentra oleh-oleh atau pasar-pasar tradisional dan kios di Majalengka. Biasanya dikemas dengan botol berbagai ukuran. Ada isi 140, 250, 300, 500 dan 600 mililiter (ml). Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai 3.400 hingga 11.000 rupiah per botol.

*Liputan ini mendapat sokongan reportase dan data dari fotografer BandungBergerak.id Prima Mulia

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//