• Cerita
  • Malam Nyanyian Menguatkan Pedagang Pasar Banjaran

Malam Nyanyian Menguatkan Pedagang Pasar Banjaran

Acara “Malam Nyanyian untuk Pedagang Pasar Banjaran” sebagai solidaritas untuk pedagang yang terancam proyek swastanisasi.

Wida (40) pedagang kelontong di Pasar Banjaran sedang menyampaikan suara hatinya di tengah panggung lingkaran lilin pada Malam Nyanyian untuk Pedagang Pasar Banjaran, di Alun-Alun Banjaran, Kamis (15/6/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul21 Juni 2023


BandungBergerak.idPuluhan massa yang terdiri dari muda-mudi Banjaran, kolektif solidaritas, dan para pedagang pasar berkumpul di tengah Alun-Alun Banjaran, Kabupaten Bandung. Mereka mengitari lingkaran lilin yang dijadikan sebagai panggung utama. Cahaya lilin itu begitu kentara di bawah gelapnya malam. Nyanyian-nyanyian pemusik dan teriakan-teriakan massa menjadi orkestra pada Malam Nyanyian untuk Pedagang Pasar Banjaran.

Mereka mulai berkumpul di Alun-Alun Banjaran sejak pukul lima sore untuk memberikan dukungan dan semangat kepada para pedagang Pasar Banjaran yang terkena swastanisasi. Beberapa orang mengusung payung hitam khas Aksi Kamisan. Adapun Mpe Error, salah satu perwakilan solidaritas, bertindak memandu kegiatan. “Jangan diam!” teriak Mpe Error dalam orasinya. “Lawan!” jawab massa aksi.

Orasi pembukaan aksi solidaritas untuk pedagang Pasar Banjaran itu cukup singkat. Lantas, tiga orang musikus mengambil alih panggung. Suasana mulai mencair. Ketiga musikus mengambil peran masing-masing, satu orang bermain gitar sambil bernyanyi, satu orang memainkan petikan, satunya lagi memainkan musik pendamping.

Mereka membawakan empat hingga lima lagu sampai selesai ketika azan magrib berkumandang. Massa tak beranjak dari Alun-Alun Banjaran. Acara puncak masih mereka nantikan.

Mpe Error, perwakilan solidaritas, menyebutkan agenda Aksi Kamisan dan Malam Nyanyian untuk Pedagang Pasar Banjaran dibuat untuk menghibur warga sekaligus dukungan moril agar para pedagang pasar tidak patah semangat memperjuangan haknya.

“Kasusnya itu belum beres, dari pengadilan juga belum beres. Tapi kenapa ada penggusuran, ada intimidasi, kenapa? Tapi saya gak mau ngebahas itu, pinginnya menghibur warga biar gak down, biar semangat tetap jualan. Dari saya untuk warga, jangan diam, lawan,” terang Mpe Error yang enggan menyebutkan nama aslinya.

Revitalisasi Pasar Banjaran sudah direncakan oleh Pemkab Bandung sejak lama. Melalui laman LPSE Kabupaten Bandung, ada beberapa paket tender yang sudah dilakukan. Paket Kajian Analisis Masalah Dampak Lingkungan (Amdal) Pasar Banjaran anggaran dilakukan sejak tahun 2016. Sementara perencanaan renovasi Pasar Baleendah, Banjaran, Majalaya, Margahayu, dan Ciwidey dilakukan pada 2020, diikuti perencanaan dan review perencanaan renovasi Pasar Ciwidey, Banjaran, Margahayu, dan Baleendah.

Baca Juga: Revitalisasi Pasar Banjaran Merugikan Para Pedagang, hanya Menguntungkan Pemodal
Proses Hukum Pasar Banjaran masih Berjalan, Revitalisasi Harus Dihentikan
Pasar Banjaran Melawan

Empat musisi memainkan gitar pada Malam Nyanyian untuk Pedagang Pasar Banjaran, di Alun-Alun Banjaran, Kamis (15/6/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)
Empat musisi memainkan gitar pada Malam Nyanyian untuk Pedagang Pasar Banjaran, di Alun-Alun Banjaran, Kamis (15/6/2023). (Foto: Awla Rajul/BandungBergerak.id)

Lingkaran Lilin dan Orasi Pedagang

Malam semakin gelap. Lilin-lilin yang diatur membentuk lingkaran mulai dinyalakan. Massa kembali berkumpul membentuk lingkaran di bagian luar lilin. Sebagian massa berdiri, sebagian lainnya duduk bersila tanpa beralaskan apa-apa.

Di dalam panggung lingkaran lilin itu, Mpe Error menyebutkan bahwa kegiatan ini bukan provokasi. Kegiatan dilakukan dengan damai yang bertujuan untuk memotivasi para pedagang untuk mempertahankan haknya.

Mpe Error lalu mempersilakan Farhan Caplin (23), anak seorang pedagang di Pasar Banjaran untuk menyampaikan kronologi cerita yang dialami para pedagang pasar. Farhan memulai obrolannya dengan semangat membara, semerah warna kemeja flannel yang ia kenakan.

Farhan menegaskan, para pedagang keberatan dengan adanya pihak ketiga. Belum lagi, usai dibangun, kabarnya, kios yang dibayar oleh pedagang bukanlah hak milik pedagang, melainkan hanya hak guna pakai saja.

“Maka kami punya slogan, tolak swastanisasi Pasar Banjaran,” teriak Farhan Caplin sambil mengepalkan tangan. “Jangan diam!” lalu dijawab lantang oleh massa, “lawan!”

Sejak bergulirnya proses revitalisasi Pasar Banjaran, lanjut Farhan, tidak ada proses musyawarah dengan pedagang. Hal ini dinilai karena pihak Pemda ingin mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan pihak ketiga (swasta). Maka dari itu, Farhan menegaskan para pedagang pasar lebih baik melawan dan berjuang daripada tunduk dalam keterpurukan.

Usai Farhan Caplin menguasai panggung lingkaran lilin, salah seorang massa yang memakai celana jeans, jaket ojek daring, dan sebagian wajahnya tertutup, maju membacakan puisi.

Panggung itu lantas bergantian diisi aksi-aksi personal maupun musikus yang menyanyikan lagu-lagu pembangkit semangat dan lagu-lagu perlawanan. Mang Kidung, salah satunya, menyajikan lagu dengan lirik menyindir:

Apa gunanya revitalisasi pasar
Kalau hanya untuk para pemodal
Apa gunanya (4x)

Musikus lain bernyanyi bersama para pedagang dengan lirik seperti ini:

Tetaplah Tangguh
Menjadi perempuan
Karena kau diciptakan untuk membebaskan pasar Banjaran

Nasihat disampaikan Abah Trisna, bahwa kita tentu saja boleh marah, boleh kritis, tapi tetap harus punya akal sehat. Namun ia menguatkan agar solidaritas rakyat harus terus ada dan jangan mudah terprovokasi.

Sekitar pukul delapan lewat, suasana lingkaran di tengah Alun-Alun Banjaran itu makin hangat. Semakin banyak para pedagang yang berdatangan. Para pedagang perempuan antusias bernyanyi, merekam, bertepuk tangan, hingga melambaikan tangan.

Salah seorang pedagang perempuan, Wida (40), memberanikan diri menyampaikan suara hatinya. Ia menegaskan, para pedagang tidak menolak revitalisasi Pasar Banjaran selama dilakukan menggunakan dana APBN atau APBD. Artinya, tidak boleh ada swastanisasi.

Wida merupakan pedagang kelontongan. Ia lahir di Pasar Banjaran. Makanya ia mengaku merasa ngeri melihat kondisi yang sedang terjadi di pasar sekaligus kampung halamannya itu.

“Kami sebenarnya tidak menolak revitalisasi, hanya kami ingin menggunakan dana APBD,” terang Wida sambil dijawab sorakan semangat dari massa. “Kami menyetujui adanya revitalisasi, tetapi jangan pasar sehat tapi dibikin sakit”.

Para pedagang Pasar Banjaran bukanlah orang-orang kaya yang hidup serba berkecukupan. Mereka mayoritas kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sehari-hari, kata Wida, mereka menggantungkan hidup dari hasil jualan di pasar.

“Kalau tidak ada yang dirugikan untuk apa kami menolak?” tegas Wida menutup obrolannya diiringi ucapan terima kasih atas acara solidaritas yang menguatkan dan memberi semangat pada para pedagang pasar.

Kehangatan malam nyanyian untuk pedagang pasar Banjaran itu memuncak saat vokalis dan gitaris The Panasdalam ikut serta. Usai acara, massa membubarkan diri. Para pedagang berkumpul di posko Kerwappa untuk saling menguatkan dengan tenaga dan semangat terisi kembali oleh acara Malam Nyanyian untuk Pedagang Pasar Banjaran.  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//