Pasar Sarijadi: Renovasi Berujung Sepi

Pemkot Bandung merenovasi Pasar Sarijadi agar terlihat bersih dan modern. Hanya dalam hitungan bulan setelah peresmian, satu demi satu pedagang dan pembeli pergi.

Iis Siti Maryam, salah seorang pedagang di Pasar Sarijadi yang masih bertahan, Jumat (28/5/2021). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Penulis Emi La Palau27 Oktober 2021


BandungBergerak.id - Umi (88) duduk termenung di depan meja jualannya di Pasar Sarijadi, Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Ia menunggu pelanggan. Buka sejak pukul 7 pagi, menjelang siang, baru ada 3 kantong arang yang terjual.

“Sepi dagang, tiap hari begini terus, tidak ada orang. Paling meunang rerebuhan, paling laku satu atau dua,” ujar Umi.

Di usia yang semakin tua, Umi masih bersemangat untuk berjualan. Pasar sudah menjadi rumah keduanya. Sejak Pasar Sarijadi berdiri pada 1986, dia sudah berjualan bersama sang suami. Ketika itu, Umi berjualan beras dan buah-buahan. Kini setelah ditinggal sang suami 14 tahun silam, dia berganti berjualan alat-alat dapur.

Umi menjadi salah satu pedagang yang paling lama berjualan di Pasar Sarijadi. Dalam ingatannya, pasar begitu ramai. Banyak pembeli, meski kondisi dulu tampak sederhana layaknya pasar tradisional pada umumnya. Geliat aktivitas jual beli begitu lancar. Tentulah hasil dagang di pasar sudah cukup untuk menghidupi ketiga anaknya yang saat ini telah hidup mandiri.

Kini, semua itu hanya tinggal kenangan. Sejak pagi, tak ada riuh tawar-menawar di pasar. Pembeli yang datang hanya satu dua orang.

Berjualan perabot dapur tidak memiliki pelanggan, tidak seperti sayuran. Umi dituntut semakin sabar. 

“Gak ada yang belanja, atuh kesel (kadang-kadang) nungguin pelanggan,” ungkapnya.

Umi berjualan hanya sampai pukul 12 siang. Beruntung hari ini ia bisa membawa pulang uang 21 ribu rupiah, dari hasil 3 kantong arang yang dijual seharga 7 ribuan rupiah per kantong.

Hasil penjualan itu digunakan Umi untuk mencukupi biaya makannya sehari-hari. Wanita paruh baya itu kini hidup seorang diri. Semua anaknya telah memiliki kehidupan berkeluarganya masing-masing.

Kondisi Pasar Sarijadi yang tampak sepi itu mulai terjadi ketika pasar selesai direnovasi pada tahun 2017 lalu. Ketika itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengagas Pasar Sarijadi menjadi pasar tematik, pasar direnovasi menjadi semimodern. Namun tidak butuh waktu lama setelah diresmikan, sekitar tiga bulan, pasar mulai ditinggal oleh pembeli.

“Rada ramai dulu mah, sebelum direnovasi,” ujar Umi.

Iis Siti Maryam (47), salah satu pedagang di sana, menghitung hanya tersisa 14 pedagang yang masih aktif berjualan. Kehawatiran pedagang atas kondisi pasar makin sepi terbukti setelah pasar selesai direnovasi. Iis termasuk yang tak suka kondisi pasar setelah renovasi.

Ia misalnya mengeluhkan bentuk bangunan Pasar Sarijadi yang baru. Dari arah jalan, orang yang lewat tidak mengira bangunan itu pasar.

“Coba pasang ondel-ondel Ancol di depan (gerbang) biar ada yang tahu ini pasar,” ujar Iis.

Bangunan Pasar Sarijadi kini lebih mirip bangunan pabrik. Sebagian menyangka pabrik garmen. Tak hanya itu. Kontur jalan menuju pasar yang menanjak juga jadi sasaran protes pedagang.

“Kan harusnya pasar bisa dikunjungi bayi sampai nenek-nenek. Kalau ibu-ibu lansia kan banyak yang sakit kaki, akit lutut,” ujar Iis.

Area ruang dagang yang membuatnya tidak terlindungi saat hujan deras diseratai angin kencang. Kini bangunan pasar sudah mulai banyak yang bocor karena minim perawatan.

“Kalau pejabat kan ga tahu, kita yang merasakan, sampai punggung sakit, masuk angin. Kalau hujan angin basah, kerupuk teh basah, angin sampai ke punggung. Kalau kios dibangun bukan seperti ini, gak akan kesakitan masuk angin,” ujar Iis.

Iis tak menampik bangunan Pasar Sarijadi memang enak dilihat, dan terlihat bersih. Tapi bagi pedagang yang terpenting barang jualannya laku.

“Memang bangunannya bagus enak, bersih, tapi kan bukan dari bagus saja, pedagang mah. Dari omset, dari perlindungan untuk orang dagang,” ujarnya.

Pedagang yang masih bertahan berjualan di sana seperti Iis mayoritas pedagang yang sudah berjualan turun temurun. Iis misalnya meneruskan usaha orang tuanya. Ia terus bertahan karena tidak ada pilihan lain. Dari pasar, mereka yang tersisa bisa hidup dan menyekolahkan anak-anak mereka.

“Waktu pasar butut bisa sekolahin anak, tapi sekarang-sekarang ini haduh, kalau makan bisa, tapi kita gak hanya makan harus punya tabungan,” ujar Iis.

Dede Rohman (53), salah satu pedagang di pasar itu sudah berjualan sejak awal pasar itu dibangun. Perempuan paruh baya terus bertahan kendati pasar semakin hari semakin sepi dan modalnya terus tergerus. Ia masih memiliki dua tanggungan anak sekolah.

Hari-hari di pasar bagi para pedagang Pasar Sarijadi hanya menyisakan harapan akan geliat pasar bisa kembali seperti dahulu.

“Banyak bersyukur, banyak-banyak istigfar kalau sudah kayak gini, stres (kadang-kadang), sabar teh ada batasnya, mau sampai kapan,” ujar Dede.

Pasar Sarijadi yang semakin sepi membuat warga sekitar enggan berbelanja di sana. Yuli (38), salah satu warga yang tinggal di dekat pasar tersebut termasuk yang enggan berbelanja di pasar tersebut karena minimnya pilihan belanjaan yang tersedia. Ia yang sehari-hari berjualan ringan dan Sembako, memilih belanja di Pasar Cibogoh yang letaknya lebih jauh.

“Karena kurang komplet. Kalau misal ada grosiran ngapain jauh-jauh, karena tidak ada, jadi ke pasar Cibogoh. Kalau sayur-sayuran sekalian juga belinya di Cibogoh karena sudah sekalian,” ujar Yuli.

Warga yang lain, Eti Rohaeti (57 ) juga punya alasan yang sama. Beberapa bahan makanan yang dicari tidak selalu tersedia di Pasar Sarijadi seperti ikan dan bahan makanan lainnya. Meski begitu, Eti sesekali masih berbelanja di Pasar sarijadi.

Umi, salah seorang pedagang di Pasar Sarijadi yang sepi pascarenovasi, Jumat (28/5/2021).  (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)
Umi, salah seorang pedagang di Pasar Sarijadi yang sepi pascarenovasi, Jumat (28/5/2021). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Baca Juga: Pasar Cihapit: Dari Kamp Tawanan Jepang ke Pasar Rujukan
Mengenal Kecamatan Bojongloa Kidul: Ada Pasar Sepatu Terbesar di Bandung
Pasar Cihaurgeulis: Revitalisasi di tengah Protes dan Tangis
Pedagang Pasar Baru Resah Tak Berpenghasilan selama PPKM Darurat
Pasar Cicadas: Mereka yang Terlunta-lunta di Bahu Jalan

Pasar Kontemporer Terancam Terbengkalai

Renovasi Pasar Sarijadi telah menjadi rencana sejak Wali Kota Dada Rosada. Ketika itu rancangan gedung pasar akan berbentuk huruf L, dan jaminan pasar tetap tampak dari jalan dan mudah dijangkau. Namun rencana itu berubah.

Wali Kota selanjutnya, Ridwan Kamil, meneruskan rencana tersebut. Tapi dia mengganti desainnya dengan mengusung konsep eco green.

Renovasi Pasar Sarijadi telah berlangsung pada tahun 2016. Tahun 2017 rampung dan langsung diresmikan sebagai pasar yang memiliki bangunan semi modern 3 lantai. Di dalamnya terdapat 163 ruang, termasuk 12 unit kos-kosan.

Lantai dasar khusus untuk pedagang basah yang menjual sayuran, buah-buahan, ikan, daging, dan sejenisnya. Lalu lantai satu untuk para pedagang keringan seperti sembako, dan toko kelontong. Di antara dua lantai tersebut dimanfaatkan untuk menampung pedang oleh-oleh pasar, seperti kue basah.

Khusus lantai dua bagi pedagang produk pakaian, fesyen, dan aksesoris. Di tangga penghubung menuju lantai empat juga dipasang meja untuk pedagang cemilan, serta kue kering. Lantai tiga, food court. Sementara lantai 4 yang paling atas hanya diperuntukkan bagi hunian. Hanya ada empat kamar yang disewakan di sana.

Kepala Pasar Sarijadi, Raras Citra Rasmi mengungkapkan, desain pasar meniru konsep apartemen di Belanda yang memadukan hunian dengan pasar. Itu sebabnya terapat 12 hunian yang disewakan pada bangunan baru pasar itu.

Rancangan tersebut dimaksudkan agar penghuni kamar sewaan tersebut tidak tidak perlu jauh-jauh untuk berbelanja. Tinggal turun ke pasar. Tapi rencana tinggal rencana. Hingga saat ini seluruh hunian yang tersebar mulai dari lantai 2 hingga 4 tidak laku disewakan.

PT CBS sebagai pihak ketiga, sempat mengelola Pasar Sarijadi tak lama setelah renovasi. Geliat jual beli di pasar sempat berjalan hanya beberapa bulan. Seiring waktu, pasar malah makin sepi.

Pedagang yang mengisi pasar kala itu rata-rata penghuni baru. Satu-satu hengkang. Pihak ketiga yang dipercaya mengelola pasar juga ikut-ikutan hengkang meninggalkan pasar.

Pedagang yang masih bertahan hanya pedagang lama Pasar Sarijadi. Tahun 2018 tercatat hanya tersisa 19 pedagang yang masih aktif berjualan di pasar tersebut.

Kini PD Pasar Bermartabat Kota Bandung mengambil alih pengelolaan pasar yang didesain kontemporer itu. Tak banyak yang bisa dilakukan pengelola baru pasar tersebut.

Padahal warga sempat membantu promosi dengan menggelar berbagai aktivitas di area pasar. Ibu-ibu PKK misalnya sempat rutin mengadakan kegiatan senam di sana. Tapi pandemi menghentikan aktivitas itu

“Karena pandemi terhenti,” ujar Raras.

PD Pasar Bermartabat sudah menyiapkan rencana demi menggenjot promosi Pasar Sarijadi. Tahun 2021 ini, PD Pasar akan menggandeng Interval, event organizer (EO), yang akan melakukan aktivasi ruang dagang.

Kini sebagian bangunan pasar terbengkalai. Pengelola pasar hanya fokus membersihkan ruang beberapa lantai di ruang dasar. Ruang dagang di lantai 2 dan 3 misalnya tak tersentuh.

“Sekarang pegawai kebersihan hanya dua orang. Tidak bisa seluruh bangungan (dibersihkan), sedangkan yang aktif di lantai dasar saja. Untuk lantai satu dua tiga, itu berkala (dibersihkan),” ujar Raras.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//