• Berita
  • Dukungan Pemerintah terhadap Koperasi di Kota Bandung masih Minim

Dukungan Pemerintah terhadap Koperasi di Kota Bandung masih Minim

Dari ribuan koperasi di Kota Bandung, mayoritas anggotanya generasi tua. Anak muda enggan mengurus koperasi.

Pedagang di Pasar Cihaurgeulis, Kota Bandung. Pelaku UMKM menjadi penopang ekonomi nasional. Mereka terpukul pandemi Covid-19. (Iqbal Kusumadirezza/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana13 Juli 2023


BandungBergerak.idKoperasi di Indonesia menyandang julukan soko guru perekonomian. Sayang, lini usaha dengan asas kekeluargaan ini cenderung ditinggalkan. Para pengurus koperasi lebih banyak diisi oleh orang-orang berumur. Anak muda jarang yang menekuni koperasi, begitu juga di Kota Bandung.

Asep Mulyana dalam Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia menyatakan, koperasi di Kota Bandung memiliki target pasar yang tinggi terutama untuk permintaan produk kreatif. Namun peneliti dari Universitas Padjadjaran (Unpad) ini mencatat dukungan pemerintah pada kopersi di Kota Bandung masih lemah.

“Kelemahan koperasi Kota Bandung adalah kurangnya dukungan peran pemerintah terhadap industri kratif, SDM yang kurang berpengalaman, siap kerja, dan sulitnya regenerasi SDM, kekurangan permodalan, sering terjadi plagiatisme yang merugikan pelaku koperasi,” tulis Asep Mulyana, diakses dari laman researchgate, Kamis (13/7/2023).

Tantangan lainnya, koperasi  di  Indonesia  belum  mencapai  kondisi  idealnya  karena  belum  adanya perlindungan  dan  dukungan usaha  yang  optimal  yang  disebabkan  oleh  beragam persoalan  klasik,  seperti  lemahnya  kualitas  sumber  daya  manusia,  keterbatasan modal,  networking, teknologi penanganan usaha, dan pemasaran produk.

Asep membeberkan data  Kementerian  Koperasi  dan  UMKM  menunjukkan  pada  2012,  total  UMKM mencapai 56,5 juta unit atau setara dengan 99,9 persen dari total unit usaha di Indonesia, sedangkan  jumlah  koperasi  di  Indonesia  mencapai  200.808 unit. 

Di  Kota  Bandung sendiri,  esensi  dan  eksistensi  usaha  kecil  dan  koperasi  dalam  perekonomian  Kota Bandung tidak perlu diragukan lagi. Usaha kecil dan koperasi yang tersebar di Kota Bandung telah mampu menyerap sumber daya dan tenaga kerja lokal.

Salah satu bantuan yang dibutuhkan koperasi di Bandung adalah pembinaan. Masalahnya, pembinaan yang mereka dapatkan relatif masih belum dapat memenuhi harapan para pelaku koperasi Kota Bandung.

“Sebagian besar pelaku koperasi kreatif Kota Bandung mengharapkan pembinaan yang berkesinambungan dan terarah. Sedangakan pembinaan yang dilakukan oleh para pembina lebih banyak mengarah pada aspek teknis/produksi,” tulis Asep.

Dandan Irawan dalam jurnal “Kajian Empirik Koperasi Kota Bandung” yang dipublikasikan di repository.ikopin.ac.id membeberkan data Dinas Koperasi dan UKM Kota Bandung pada tahun 2021. Dari 2.451 koperasi di Kota Bandung, hanya sekitar 731 koperasi dinyatakan sebagai koperasi aktif.

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa koperasi yang terbukti sudah lebih dari dua tahun berturut-turut tidak melaksanakan Rapat Akhir Tahun (RAT) jumlahnya cukup banyak, dan berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku koperasi tersebut dapat diusulkan untuk dibubarkan.

Koperasi yang tidak aktif tersebut akan masuk ke program pembinaan. Namun Dandan Irawan menilai pembinaan ini tidak efektif dalam memeberikan dukungan pada koperasi yang dibina.

“Koperasi yang tidak memenuhi syarat pembubaran dimasukkan ke dalam program pembinaan, namun dari hasil pembinaan tersebut kurang menggembirakan, masih banyak koperasi yang direkomendasikan untuk dibubarkan,” tulis Dadan.

Baca Juga: Yang Muda yang Keroncong, Konser Tjong Night di UPI Bandung
Sejumlah SD Negeri di Bandung Sepi Peminat, Korban Pelabelan Sekolah Favorit?
Menolak Penggusuran Pasar Banjaran, Warga Gelar Longmars dan Doa Bersama

Dipandang Kolot

Data terkini, di Kota Bandung terdapat sekitar 718 koperasi yang aktif. Padahal yang terdaftar mencapai 2.442 koperasi. Dari koperasi yang ada di Kota Bandung tersebut kebanyakan diurus oleh generasi senior.

Koperasi Ahli Muda Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Diskop UKM) Kota Bandung Erna Abdillah mengatakan belum banyak koperasi yang anggotanya berasal dari kaula muda. Kebanyakan pengurus koperasi di Kota Bandung berisikan generasi tua.

"Kolotnial-lah istilahnya. Di Kota Bandung itu banyaknya yang mengelola koperasi berusia di atas 50 tahun," tutur Erna, dikutip dari siaran pers Pemkot Bandung.

Menurutnya, bisa jadi dari kaca mata anak muda zaman sekarang koperasi itu tidak kekinian dan ketinggalan zaman. "Bangunannya juga seperti mau roboh. Pengurusnya juga sudah aki-aki, nini-nini," lanjutnya.

Erna mengklaim terus melakukan sosialisasi tentang pentingnya koperasi sampai tingkat kelurahan dan sekolah-sekolah. Menurutnya, mengenalkan koperasi harus sejak dini, misalnya melalui permainan.

"Memang belum optimal, tapi kita terus berupaya untuk menggencarkan sosialisasi ini ke masyarakat,” ungkapnya.

Sebenarnya sudah ada juga koperasi mahasiswa berasal dari generasi milenial yang peduli terhadap kemajuan koperasi. Namun, secara jumlah memang tidak sebanyak koperasi dewasa yang umum.

Koperasi di Kota Bandung  sebenarnya memiliki peran penting dalam menopang perekonomian. Hanya saja sejauh ini koperasi menyumbang pendapatan daerah relatif kecil. Meski demikian, koperasi berperan penting pada masa krisis, misalnya saat pandemi kemarin.

"Pascapandemi hampir dari setengahnya sudah naik lagi omzetnya. Walaupun pengaruhnya masih kecil terhadap pendapatan daerah. Bahkan, aset koperasi se-Kota Bandung itu mencapai 2 triliun rupiah," jelas Erna.

Ia berharap koperasi di Bandung bisa semaju koperasi di luar negeri. Hari Koperasi Nasional yang jatuh 12 Juli kemarin diharapkan menjadi momentum kebangkitan koperasi. 

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//