SISI LAIN SCHOEMAKER #6: Dukungan AID de Preangerbode untuk Politiek Economische Bond
Dukungan de Preangerbode terhadap Politiek Economische Bond dalam pemilihan Gemeenteraad Bandung berawal dari perseteruan dengan petinggi Sarekat Islam Merah.
Hafidz Azhar
Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung
17 Juli 2023
BandungBergerak.id – Pemilihan Gemeenteraad Bandung pada bulan Juli 1924 tidak menghasilkan titik terang bagi beberapa kandidat yang tidak memperoleh suara tertinggi, terutama kandidat yang berasal dari kelompok Politiek Economische Bond (PEB). Pada pemilihan pertama yang digelar pada 24 Juli itu beberapa kandidat dari PEB mesti memperoleh suara di bawah kandidat lain seperti dari Christian Etichal Party (CEP) dan Indo-Eropeesch Verbond (IEV). Sementara kandidat dari PEB yang mendapat suara paling tinggi diperoleh Wolff Schoemaker dan harus puas berada di posisi ketiga.
Sebelum bergulirnya pemilihan kedua, tiap-tiap kandidat mendapat sokongan dari masing-masing kelompok yang diwakilinya. Jika pada pemilihan ini Wolff Schoemaker mewakili PEB, maka dukungan pun diberikan dari pihak-pihak yang berhubungan erat dengan PEB sebagaimana yang ditunjukkan koran AID de Preangerbode. Koran berbahasa Belanda yang dinakhodai oleh Corn A Craye bersama Bart Daum tersebut mencurahkan dukungannya kepada para kandidat dari PEB. Dukungan itu ditunjukkan, antara lain, berupa propaganda atau ajakan agar para pembacanya tetap waspada terhadap pergerakan kandidat yang berasal dari kelompok lain di luar PEB.
Dalam edisi 27 Juli 1924, misalnya, AID de Preangerbode memuat satu seruan supaya para pembaca ikut memberikan suara pada pemilihan Dewan Kota itu. Di samping itu, koran tersebut juga menunjukkan perkembangan kandidat dari kelompok IEV sebagai calon kuat yang bisa menguasai dewan. Hal ini tentu saja menjadi ancaman bagi kubu PEB, sehingga seruan itu menekankan agar para pembacanya memilih calon-calon yang berasal dari PEB seperti Van Gogh, Ir. Nauta, E Smith, Wolff Schoemaker dan Idih Prawira di Poetra. Kendatipun dalam seruan itu de Preangerbode menempelkan satu nama dari kalangan moderat yang hanya mendapatkan 207 suara pada pemilihan pertama, yakni CJ Nauta.
Baca Juga: SISI LAIN SCHOEMAKER #3: Menjadi Ketua Bandoengschen KunstkringSISI LAIN SCHOEMAKER #4: Menjadi Anggota Dewan Kota BandungSISI LAIN SCHOEMAKER #5: Profil Kandidat Gemeenteraad
Berseteru dengan Kelompok Merah
Dukungan de Preangerbode terhadap PEB bukan tanpa alasan. Pada tahun 1920-an koran berbahasa Belanda yang berdomisili di Bandung itu kerap bersinggungan dengan kelompok merah karena dianggap menjadi bagian Politiek Economische Bond. Indikasi itu terlihat, di antaranya, ketika pemimpin redaksi de Preangerbode, B Daum, konon mempunyai hubungan secara tidak langsung dengan pemimpin redaksi surat kabar Kaoem Moeda, Padmawiganda, yang juga diklaim sebagai antek-antek PEB.
Salah satu kasus yang menyeret Padmawiganda dengan B Daum, yakni ketika petinggi Sarekat Islam Merah di Bandung, S Goenawan, dituduh tidak bertuhan dalam persoalan Pangeran Sumedang yang tidak mendukung jejak kaum revolusioner. Dari tuduhan ini, S Goenawan lalu mengajak debat secara terbuka kepada kedua orang itu. Pertama, kepada Padmawiganda selaku pemimpin redaksi koran Kaoem Moeda. Lewat surat kabar Matahari yang dikelolanya, S Goenawan menyatakan untuk berdebat secara terbuka sebagai pembuktian kepada masyarakat bahwa tuduhan tersebut tidaklah benar. Kedua, kepada B Daum. Dengan pernyataan yang serupa, S Goenawan menangkis tudingan B Daum tersebut sebagai orang yang mengolok-oloknya hingga ia pun jengkel dan mengajak B Daum debat secara terbuka (Matahari, 1922).
Buntut dari peristiwa ini tentu saja menghasilkan polarisasi yang berkepanjangan antara kelompok merah dengan pihak yang pro terhadap kaum menak dan Pemerintah Hindia Belanda. Termasuk dengan kelompok PEB yang disokong kuat oleh media seperti AID de Preangerbode. Sehingga dalam benak rengrengan merah di Bandung, koran berbahasa Belanda itu sudah terhubung secara ideologis dengan PEB. Tak heran, jika pada pemilihan Gemeenteraad yang cukup alot itu, AID de Preangerbode menaruh dukungan kuat kepada para kandidat yang mewakili kelompok PEB. Terbukti, pada saat para kandidat PEB yang suaranya berada di bawah lawannya, AID de Preangerbode turut mempropagandakan calon-calon yang kalah pada pemilihan pertama, termasuk dukungan terhadap Wolff Schoemaker.
Berhati-hatilah, para pemilih.
Jangan lupa besok ikut memilih. Pihak lawan bangkit dengan sekuat tenaga. Jika Anda berdiam diri di rumah, Anda memberi kesempatan bagi IEV untuk memperoleh jabatan kekuasaan di dewan (AID de Preangerbode 27 Juli 1924).
Perolehan suara kedua yang digelar akhir Juli 1924 ternyata tidak membuahkan hasil yang baik bagi pihak PEB. Apalagi tiga orang perwakilan PEB, yaitu Wolff Schoemaker, van Gogh dan E Smith telah mengundurkan diri sebelum pemilihan tersebut kembali berlangsung. Pada edisi malam 29 Juli 1924 AID de Preangerbode memunculkan satu tulisan berjudul De Raadsverkiezing (Pemilihan Dewan) yang juga memuat ihwal hilangnya kekuatan PEB pada pemilihan kedua itu. Mula-mula tulisan itu menyebutkan bahwa pemilihan dewan yang berlangsung di Bandung tersebut menunjukkan kondisi yang tidak pernah terjadi sebelumnya, yakni mengenai kekurangan suara yang hadir. Tulisan tersebut membandingkan bahwa pada pemilihan sebelumnya terdapat suara yang begitu banyak. Sementara pada pemilihan pertama para pemilih hanya menunjukkan kurang dari sembilan ratus suara dari dua ribu orang jumlah pemilih.
Pada pemilihan kedua itu, pihak PEB merasa khawatir dengan ketertinggalan suara dari dua kubu teratas. Dalam tulisan itu dijelaskan juga mengenai statistik pemilihan pertama yang dimenangkan oleh Gerritsen dari CEP dan Darna Koesoemah dari kalangan Bumiputera. Statistik ini menjadi pegangan enam kandidat untuk perolehan suara kedua, terutama bagi kelompok PEB yang suaranya masih terancam akibat tiga wakil terkuatnya van Gogh, Wolff Schoemaker dan E Smith mengundurkan diri. Jika pada perolehan suara kedua sama dengan kondisi sebelumnya, tulisan tersebut menilai bahwa hal itu menjadi kekalahan telak bagi kelompok PEB (AID de Preangerbode, 29 Juli 1924).
Selain berkaca pada pemilihan pertama Dewan Kota, kubu PEB juga dirasa perlu untuk berkaca pada kapasitas internalnya dalam menghadapi tantangan pemilihan maupun dalam dewan. Pertanyaan pun dimunculkan, "Apakah PEB cukup memadai untuk menjalankan urusan elektoral?"
Tulisan tersebut lalu menunjukkan jawaban bahwa kubu PEB mesti meyakinkan kembali tiga kandidat yang telah mengundurkan diri sebagai kekuatan utama agar mereka dapat menguasai dewan kota dalam momentum kemenangan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kelompok PEB di Bandung, bahkan AID de Preangerbode menantikan berbagai inisiatif yang lahir dari PEB selama proses pemilihan suara kedua itu berlangsung dengan nuansa optimis yang dapat menyelamatkan Dewan Kota dari kekuasaan kelompok lain yang lebih mendominasi (AID de Preangerbode, 29 Juli 1924).