Prasasti Cikapundung Tenggelam dalam Dinding Kota
Penemuan Prasasti Cikapundung di Kampung Cimaung heboh di tahun 2010. Kini dilupakan, terhimpit tembok-tembok rumah. Dibumbui cerita mistik.
Penulis Prima Mulia3 Agustus 2023
BandungBergerak.id - Bongkahan batu kali kelabu itu tergeletak begitu saja di antara dinding-dinding rumah warga di RT 07 RW 07 Kampung Cimaung, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, yang berada di pinggir Sungai Cikapundung, Rabu (2/8/2023). Air menetes dari tali-tali jemuran pakaian yang berada di atas batu bertulis yang dinamai prasasti Cikapundung.
Tak ada papan petunjuk atau apa pun di sekitar batu bahwa benda ini adalah prasasti bersejarah yang diduga berasal dari abad ke-14. Kondisi batu tertimbun tanah dan semen sebagian karena berada di jalur gang permukiman dan terhimpit dinding rumah-rumah penduduk.
Warga yang bermukim di sekitar batu prasasti itu juga tak begitu mengetahui dan tak terlalu peduli jika benda tersebut adalah sebuah batu bertulis. Beberapa orang malah mengaitkannya dengan hal-hal berbau klenik.
"Saya baru tahu ini namanya batu prasasti, yang saya tau batu ini sudah ada sejak dulu, batunya tak bisa diangkat. Entah kenapa juga saya seperti suka lihat ada orang atau sesuatu yang masuk atau diam di sekitar batu ini di waktu-waktu tertentu, pokoknya batu ini bukan batu sembarangan," kata Ari (45 tahun), warga yang tinggal di Cimaung.
Warga lainnya, Elis (70 tahun), mengatakan batu bertulis tersebut sudah ada sejak tahun 1950-an. Dahulu batu ini teronggok di samping pohon mangga yang kemudian ditebang karena lahannya hendak dibangun rumah.
"Tahun 50-an sudah ada batu ini, tapi batunya dulu ukurannya kecil, tidak sebesar ini, nggak tau juga kok bisa membesar. Saya kira iseng aja anak-anak jaman dulu mengukir batu kali ini," kata Elis.
Baca Juga: Babak Baru Polemik Stasiun Cicalengka, Tim Ahli Cagar Budaya Turun Tangan
Tertib Administrasi Aset Sekolah
Catatan BPK terhadap Laporan Keuangan Pemkot Bandung
Heboh di Tahun 2010
Batu tulis atau prasasti ini menarik perhatian media massa pada tahun 2010. Lokasinya berada di samping rumah Oong Rusmana. Prasasti ini berukuran panjang 178 centi meter, lebar 80 centi meter, dan tinggi 55 centi meter. Saat ini ukurannya susut hampir separuhnya karena itu tadi, semakin terhimpit permukiman.
Keberadaan batu prasasti ini menarik perhatian Wakil Wali Kota Bandung waktu itu, Ayi Vivananda, dan peneliti dari Balai Pelestarian Penginggalan Purbakala Judi Wahyudin yang datang ke lokasi. Mereka meminta warga untuk mengamankan keberadaan batu prasasti ini.
Peneliti Madya Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Nandang Rusnandar waktu itu mengatakan, batu beraksara Sunda kuno tersebut bertuliskan unggal jagat jalmah hendap, yang artinya semua manusia di dunia akan mengalami sesuatu.
Pada waktu yang sama, peneliti utama Balai Arkeologi Bandung Luthfi Yondri mengungkapkan, tulisan Sunda kuno pada prasasti itu mengandung makna tersendiri. Dilihat dari gambar telapak kaki pada prasasti, yang umum ditemukan di beberapa situs di Jawa Barat, para ahli menafsirkannya sebagai lambang daerah kekuasaan dari raja. Semua pembacaan sementara dari batu prasasti tersebut tentu memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikannya.
Luthfi menjelaskan, penelitian terhadap prasasti memerlukan perbandingan dengan semua bentuk aksara yang ada. Sejak diekspos luas tahun 2010 lalu, menurutnya belum ada penelitian lanjutan Prasasti Cikapundung ini.
“Saya waktu itu meninjau ke lokasi bersama almarhum Hasan Djafar, beliau ahli prasasti," kata Luthfi Yondri melalui pesan WhatsApp.
Kondisi batu Prasasti Cikapundung saat ini benar-benar hilang di antara tegakan rumah-rumah warga. Tahun 2010 area di sekeliling batu prasasti masih cukup lapang, saat ini nyaris tak ada lagi sisanya. Ukiran aksara pada batu yang mulai rapuh itu makin tak jelas, apalagi gambar telapak kakinya yang sudah sulit terlihat.
Separuh dari panjang bagian batu prasasti yang semula hampir dua meter panjangnya sudah tenggelam tertimbun semen gang dan terhimpit dinding rumah. Satu lagi bukti sejarah peradaban di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Kota Bandung bakal lenyap sebelum terungkap.