Transparansi Keuangan ala Klub Sepak Bola Punk Football Riverside Forest FC
Riverside Forest FC bersama suporternya, Bird Dead Brigade (BDB), selalu menyampaikan laporan keuangan secara berkala di Instagram mereka.
Penulis Iman Herdiana12 Agustus 2023
BandungBergerak.id - Pertengahan Juli lalu, admin Riverside Forest FC mengumumkan laporan keuangan periodiknya. Klub yang mengusung punk football asal Bandung ini memberikan contoh tentang pentingnya sebuah transparansi keuangan. Pemerintah patut meniru.
“Saatnya kami kembali menyampaikan Laporan Keuangan klub Riverside Forest FC periode Juni-Juli 2023,” demikian bunyi pengumuman yang diunggah di Instagram Riverside Forest FC, diakses Sabtu (12/8/2023).
Admin berharap dengan laporan keuangan ini dapat meningkatkan kepercayaan para suporter dan menjadi pengingat tentang pentingnya bersinergi antara manajemen, pemain, dan suporter.
“Terima kasih atas kepercayaan kalian terhadap klub antah berantah ini dan tetaplah menjadi pengawas kami. Jika ada kata-kata di laporan keuangan yang kurang dipahami, bisa bertanya di kolom komentar,” tutup admin Riverside Forest FC.
Komentar pun bermunculan, semuanya bernada positif. “Gass terus birdies,” demikian salah satu komentar suporter Riverside Forest FC yang menamakan diri Bird Dead Brigade (BDB).
Laporan keuangan itu merinci segala pengeluaran klub. Mulai dari yang terkecil seperti biaya laundry 50.000 rupiah, air mineral 100.000 rupiah hingga yang termahal dengan nama item apparel sales 32.486.960 rupiah.
Transparansi keuangan tersebut tampaknya sulit dilakukan bagi klub-klub sepak bola profesional baik di tanah air maupun di luar negeri. Di sisi lain, laporan keuangan ini menandakan adanya ikatan yang kuat antara klub dan suporternya.
Bagi Riverside Forest FC, sepak bola tanpa suporter buat apa? Ngapain para pemain bermain sebaik mungkin sampai meraih juara kalau tidak punya suporter atau tidak ada suporter yang menontonnya.
“Ga bisa dipisahkan klub bola sama suporternya,” kata Yusuf Kahfi alias kang Ucuf, salah satu anggota Bird Dead Brigade, dikutip dalam Podcast Suara Pinggiran BandungBergerak.id.
Dalam Podcast yang dimoderatori reporter BandungBergerak.id Delpedro Marhaen itu, kang Ucuf juga menyinggung soal transparansi keuangan klub. Menurutnya, Riverside Forest FC 100 persen dibiayai suporternya melalui penjualan merchandise maupun kencleng yang diedarkan setiap kali klub ini bertanding.
Baca Juga: Meriah Pandawara, Senyap Sariban
PROFIL RIVERSIDE FOREST: Membangun Sepak Bola Rakyat di Tangga Batu Tamansari
Riverside Forest dan Sepak Bola yang Lain
Ucuf menegaskan, manajemen Riverside Forest FC bertanggung jawab dalam penggunaan dana suporter. Suporter harus tahu untuk apa saja dana dari mereka itu.
Terlebih biaya menjalankan klub tidak kecil. Untuk klub punk football yang main di kompetisi amatir saja bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta per bulan. “Ini tanggung jawab besar bagi kita. Sampai 1.000 perak (rupiah) kita cantumin karena uang suporter. Intinya tanggung jawab uang orang,” katanya.
Ucuf mengaku tidak menyangka mendapat apresiasi besar dari suporter. Setiap kali mengedarkan kencleng udunan di tribun-tribun penonton, selalu banyak yang menyumbang dengan nominal beragam.
“Ada uang merah dan biru, sampai segitunya kan ngeri,” katanya.
Ngeri dalam artian manajemen harus benar-benar bisa mempertanggungjawabkan penggunaan dana penonton. Manajemen harus menghindari penyalahgunaan dana sehingga diperlukan laporan keuangan berkala.
Jika transparansi tidak dibangun Ucuk khawatir nantinya malah akan mencoreng punk football yang hidup dari udunan, bahkan mencoreng nama Bandung sendiri sebagai kota kelahiran Riverside Forest.
“Itu yang menarik, ada satu tradisi (laporan keuangan). Kalau di Instagram yang komen, katanya melampaui instansi pemerintahan soal transparansi. Riverside Forest telah memberi contoh pada pemerintahan,” komentar Delpedro Marhaen.
Laporan keuangan hanyalah satu isu yang dibahas dalam Podcast Suara Pinggiran bersama kang Ucuf Riverside Forest. Masih banyak isu lain yang juga dibincangkan secara hangat, mulai dari hubungan klub dengan suporter atau Bird Dead Brigade, sejarah funk football, kampanye atau kritik yang kerap diusung Bird Dead Brigade ketika klub kesayangannya main, dan seterusnya.