Meriah Pandawara, Senyap Sariban
Ada beragam inisiatif warga menangani masalah sampah. Lewat kampanye medsos nan meriah khas anak muda atau juga kerja senyap di jalanan.
Ada beragam inisiatif warga menangani masalah sampah. Lewat kampanye medsos nan meriah khas anak muda atau juga kerja senyap di jalanan.
BandungBergerak.id - Tumpukan sampah menutupi permukaan Sungai Cikeruh di pintu air irigasi yang dikenal dengan nama Bendung Bugel di Kampung Sukarame, Desa Cileunyi Kulon, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Selasa, 25 Juli 2023 lalu. Nyaris tak ada air. Dasar sungai retak akibat kekeringan.
Dua orang warga kampung mencari lumut sungai di beberapa bagian badan sungai yang masih ada airnya. Hanya tinggal semata kaki dalamnya. Ilalang mulai tumbuh. Biasanya para penggembala kambing akan segera membawa ternaknya ke dasar sungai yang sudah ditumbuhi rumput liar dan ilalang.
Satu unit alat berat berupa backhoe disiapkan di dekat Bendung Bugel untuk sewaktu-waktu mengangkat sampah dan mengeruk sedimentasi. Selain pintu air pengatur irigasi, Bendung Bugel juga berperan sebagai penjaga gawang untuk mencegah sampah dari wilayah Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung membanjiri Sungai Citarum. Tapi entah kenapa sampah-sampah itu tak diangkat, meski alat beratnya ada.
Pada Rabu, 26 Juli 2023 pagi, puluhan mobil, truk, dan sepeda motor memenuhi pinggiran sungai di Bendung Bugel. Di antara kendaraan berplat hitam, berjajar juga kendaraan dinas dari instansi-instansi yang terkait urusan lingkungan. Ada truk TNI dan Polri dan kendaraan-kendaraan BPBD dan BBWS Citarum.
Hari itu sampah-sampah di Sungai Cikeruh diangkat dengan gegap-gempita. Suasananya mirip perhelatan sebuah festival. Meriah dan berwarna warni, sesuai dengan pakaian dari instansi atau kesatuan masing-masing.
Ratusan orang berkutat untuk mengangkat sampah. Ramai sekali, mirip tradisi nyirib ikan saat acara menguras kolam atau tambak ikan di kampung-kampung. Bedanya, yang disirib kali ini adalah sampah. Sampah plastik, batang kayu, sampah organik, sampah B3, barang elektronik, kasur, furnitur, sampai bangkai binatang, semua ada.
Sampah-sampah itu dimasukkan ke dalam karung-karung besar, kecuali kayu atau batang-batang pohon yang disimpan di pinggir sungai karena bisa dipakai untuk kayu bakar. Karung-karung sampah itu lalu langsung dimuat ke dalam truk, tanpa dipilah dulu. Semua masuk karung dan langsung dibawa truk.
Pandawara Group, yang populer dan dikenal sebagai selebgram dengan aksi-aksi bersih sampah sungai, berada di balik ajakan gotong-royong angkat sampah di Sungai Cikeruh ini. Mereka jauh-jauh hari sudah mengajak warga melalui media sosial.
Dampaknya luar biasa! Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat bersama jajarannya, para pejabat BBWS Citarum bersama jajarannya, dan tentu saja Bupati Bandung dan rombongannya, datang untuk menyaksikan sekaligus memberi dukungan. Seperti yang terlihat di tenda khusus untuk pejabat saat acara ramah-tamah dengan Pandawara Group.
Tim dokumentasi tak kalah sibuknya. Mereka merekam semua aksi bersih-bersih itu lewat berbagai sudut. Dari pinggir sungai, dari atas pintu air, dari titik sejajar di dasar sungai, dan bahkan dari udara. Dalam hitungan menit, foto, video, dan berita perayaan bersih sungai ini berseliweran di media massa digital dan media sosial.
***
Sekitar 18 kilometer dari Sungai Cikeruh, dua pekan setelah aksi bersih sungai yang viral itu, tepatnya pada Rabu, 9 Agustus 2023, di ujung persimpangan dekat simpang Jalan Pahlawan dan Cikutra, Sariban memarkir sepeda tuanya.
Dengan sigap, pria sebuh berusia 80 tahun itu mengambil sapu dan kantung kain berwarna merah yang tergantung di bagian belakang sepeda ontel karatannya. Tanpa basa-basi ia lalu asyik menyapu sampah di sudut-sudut jalan. Tubuh mungilnya dibalut pakaian kerja berwarna kuning dengan jahitan dan tambalan di beberapa bagian. Topi caping melindunginya dari sengatan terik matahari.
Setelah trotoar bersih, aksi solo itu dilanjutkan dengan memungut sampah di saluran air terbuka di pinggir jalan, sebelum menyapu dedaunan rontok dan plastik-plastik di taman penghias trotoar jalan. Plastik kemasan makanan atau minuman dipilah dan dikumpukan dalam kantung kain berwarna merah tadi.
Satu jam lebih Sariban berkutat dengan sampah, sebelum beristirahat di bawah pohon peneduh trotoar. Ia ambil botol air minum dan kudapan ringan.
"Istirahat dulu sampai setengah 12-lah, lalu pulang ke rumah,” tuturnya. “Rumah saya di kawasan Cikondang situ. Deketlah dari sini.”
Bagi sebagian warga Kota Bandung, Sariban atau Abah Iban dikenal sebagai orang yang peduli pada kebersihan lingkungan. Pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) Rumah Sakit Mata Cicendo itu menolak untuk pensiun sebagai juru kampanye atau penyuluh lingkungan. Peran yang sudah ia lakoni sejak tahun 1983, saat masih aktif sebagai pegawai kebersihan di rumah sakit tempatnya bekerja dulu.
Setiap hari Sariban biasa melakukan aksi bersih-bersih lingkungan di Jalan Pahlawan. Aksi ini semakin intens ketika ia masuk masa pensiun di awal tahun 2000 lalu. Ia sering dianggap orang tak waras oleh sebagian warga yang melintas, meski sebagian yang lain tak segan untuk berhenti sejenak dan menyapanya.
Sariban muda hijrah dari Magetan, Jawa Timur ke Kota Bandung pada 1963 dan menjalani hidup ala bonek (bondo nekad). Dari tahun 1965 sampai 1967, ia bekerja sebagai kuli bangunan. Baru pada tahun 1972, Sariban bersekolah lagi lalu melamar pekerjaan di RS Mata Cicendo sebagai petugas kebersihan.
Dari pekerjaan inilah, Sariban mulai bersinggungan dengan masalah kebersihan dan pengelolaan lingkungan. Sambil bekerja, ia mulai melakukan kampanye kebersihan untuk tidak menyampah sembarangan sejak tahun 1983. Ia melakukannya di sekitar Alun-Alun Bandung dan Masjid Agung usai salat Jumat. Sampah bekas bungkus sepatu, sandal, atau makanan yang berserakan di sekitar Alun-alun ia bersihkan sendirian.
“Itu awal saya terjun ke kampanye lingkungan,” ucapnya.
Sejak itu, di setiap libur kerja, Sariban berkeliling kota untuk mengingatkan warga agar tidak membuang sampah sembarangan. Di akhir pekan, ia memilih Gedung Sate untuk menyuarakan kampanyenya. Jika di Dago ada car free day, ia bakalan wara-wiri untuk mengingatkan warga agar tidak menyampah di jalan.
Empat puluh tahun sudah Sariban atau Abah Iban secara konsisten mengampanyekan kebersihan lingkungan. Ia tak butuh pujian. Pokoknya jalan terus. Di usia senja ia terus menyusuri jalanan dan membersihkannya dari sampah.
"Kan kita nggak bisa cuma ngomong dan mengimbau,” tutur Sariban. “Ya harus jadi teladan juga, dengan mempraktikkannya, memberi contoh dengan tindakan nyata di jalanan ini."
Dan persis itulah yang dilakukan Sariban. Tanpa koar-koar, dalam senyap ia terus bergerak. Terus memberi teladan.
COMMENTS