• Cerita
  • CERITA ORANG BANDUNG #68: Jalan Sunyi Pak Sariban

CERITA ORANG BANDUNG #68: Jalan Sunyi Pak Sariban

Sariban usianya sudah 80 tahun. Masih semangat membersihkan sudut-sudut Kota Bandung yang penuh sampah.

Sariban atau kini lebih dikenal disapa Abah Iban, saat ditemui di Jalan Pahlawan, Kota Bandung, Rabu (9/8/2023). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Prima Mulia10 Agustus 2023


BandungBergerak.idPak Sariban atau kini lebih dikenal disapa Abah Iban, mendorong sepeda ontelnya menyusuri Jalan Pahlawan, Kota Bandung, Rabu (9/8/2023). Berhenti dekat ujung simpang Jalan Pahlawan Cikutra, Sariban memarkir sepedanya. Dengan sigap ia mengambil sapu taman sambil menenteng kantung kain berwarna merah. Beberapa saat kemudian pria sepuh bertubuh mungil itu sudah asyik menyapu sampah di sudut-sudut jalan.

Di sepeda onthelnya terpasang poster sebagai bagian dari kampanye kebersihan lingkungan. Ada keranjang di bagian depan berisi perkakas kerja, botol air minum, dan bungkusan makanan. Di bagian belakang ada dua keranjang sampah, sapu, dan kantung khusus sampah plastik.

Setelah trotoar bersih, ia lanjut memungut sampah di saluran air terbuka di pinggir jalan, lalu diteruskan dengan menyapu dedaunan rontok dan plastik-plastik di taman penghias jalan. Plastik kemasan makanan atau minuman dipilah dan dikumpukan dalam kantung kain berwarna merah tadi.

Satu jam lebih Sariban berkutat dengan sampah, setelah itu ia beranjak ke sepedanya, mengambil botol minuman, lalu istirahat di bawah pohon peneduh trotoar.

"Istirahat dulu, barang setengah jam, sampai setengah 12-lah, lalu pulang ke rumah. Rumah saya di kawasan Cikondang situ, deketlah dari sini," katanya.

Di usianya yang ke-80 tahun, Sariban, pensiunan PNS rumah sakit mata di Kota Bandung itu menolak pensiun dari kampanye terkait lingkungan dan kebersihan kota. Tubuh renta dengan kulit keriput tak menghalanginya untuk berbuat baik pada lingkungan.

"Saya sudah jadi juru kampanye atau penyuluh lingkungan sejak tahun 1983 sampe sekarang. Tak ada kata pensiun," katanya.

Giat bersih-bersih ini dilakukannya pada pukul setengah delapan pagi sampai jelang beduk zuhur. Setelah itu ia pulang ke rumah, dan kembali lagi ke jalan sekitar pukul 4 sore sampai menjelang magrib. Keseharian Sariban memang lekat dengan kebersihan lingkungan dan masalah sampah.

Ia biasa bersih-bersih lingkungan di Jalan Pahlawan setiap hari sejak masuk masa pensiun di awal tahun 2000 lalu. Sariban bercerita ia kerap dianggap orang tak waras oleh sebagian warga yang melintas, tapi sebagian warga  yang mengenal sosok pahlawan lingkungan ini tak segan untuk berhenti sejenak hanya untuk menyapa.

Setiap hari Sariban "ngantor" di emperan Jalan Pahlawan. Bukan tanpa alasan ia memilih Jalan Pahlawan.

"Karena jalan ini jalan perjuangan. Kebersihan lingkungan itu harus diperjuangkan, dengan cara menghimbau dan memberi contoh. Menghimbau lewat ajakan pada masyarakat dan poster-poster seperti di sepada itu. Memberi contoh dengan cara saya nyapu dan bersihkan sampah-sampah seperti di Jalan Pahlawan ini," beber Sariban.

Baca Juga: CERITA ORANG BANDUNG #65: Kesetiaan Nce di Warung Kopi
CERITA ORANG BANDUNG #66: Personel Bengkel Ubeng Siap Membantu Pemotor yang Kebanjiran di Bojongsoang
CERITA ORANG BANDUNG #64: Empat Puluh Tahun Aah Asia Berjualan Tahu Tempe

Sariban atau kini lebih dikenal disapa Abah Iban, saat ditemui di Jalan Pahlawan, Kota Bandung, Rabu (9/8/2023). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Sariban atau kini lebih dikenal disapa Abah Iban, saat ditemui di Jalan Pahlawan, Kota Bandung, Rabu (9/8/2023). (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Hijrah ke Bandung

Persinggungan Sariban dengan masalah sampah dan lingkungan bermula di Kota Bandung. Tahun 1963, Sariban muda hijrah dari Magetan, Jawa Timur ke kota ini. "Pokoknya jadi bonek (bondo nekad),” katanya.

Tahun 1965 sampai 1967 ia sempat kerja sebagai kuli bangunan. Baru tahun 1972 ia sekolah lagi kemudian melamar kerja ke rumah sakit. “Diterima di RS Mata Cicendo sebagai petugas kebersihan," katanya.

Dari situlah ia mulai bersinggungan dengan masalah kebersihan dan pengelolaan lingkungan. Sambil bekerja, ia mulai melakukan kampanye kebersihan untuk tidak menyampah sembarangan sejak tahun 1983, khususnya di sekitar Alun Alun Bandung dan Masjid Agung usai salat Jumat.

Masa itu sehabis jumatan di Masjid Agung, banyak sampah berserakan di Alun Alun. Mulai dari bekas bungkus sepatu, sandal, atau makanan. Melihat pemandangan memprihatinkan itu, Sariban merasa tergerak.

“Ya saya bersihkan saja sendiri, sambil saya beri pengertian pada warga di sana. Itu awal saya terjun ke kampanye lingkungan," kenangnya.

Sejak itu, saat libur kerja Sariban terbiasa keliling kota untuk menyebarkan kampanye tidak buang sampah sembarangan.

“Kalau bisa jangan disuruh, harus dari hati. Sampahku tanggung jawabku, sampahmu tanggung jawabmu, Pak Sariban akan mewariskan lingkungan yang bersih, bukan lingkungan yang kotor, untuk anak-anak cucu nanti," katanya.

Aktivitas ini dilakukannya sampai sekarang. Di akhir pekan Sariban memilih Gedung Sate untuk menyuarakan kampanyenya. Jika di Dago ada car free day ia bakalan wara-wiri untuk mengingatkan warga agar tidak menyampah di jalan selama pemberlakuan car free day.

Empat puluh tahun sudah Sariban atau Abah Iban konsisten dengan kampanye lingkungan melalui gerakan menghimbau dan memberi contoh. Ia bergerak dalam senyap. Mau diperhatikan pejabat, mau diberi penghargaan, tak peduli, pokoknya jalan terus.

Di usia senjanya ia tetap menyusuri jalanan memastikan kampanyenya bisa didengar masyarakat banyak dengan harapan  tak ada pencemaran sampah di perkotaan, minimal di lingkungan dekat rumahnya di Jalan Pahlawan itu.

"Kan kita nggak bisa cuma ngomong dan menghimbau. Ya harus jadi teladan juga, dengan mempraktekannya, memberi contoh dengan tindakan nyata di jalanan ini," katanya.

Ya, menangani sampah yang membutuhkan keteladanan. Sariban telah menunjukkannya dengan turun langsung ke lapangan di tengah hiruk-pikuk kota yang kadang mengabaikannya. Ia terus memberi contoh tanpa berniat pencitraan atau direkam media sosial.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//