• Kolom
  • SALAMATAKAKI #21: Di Balik Berang-berang yang Tak Pulang-pulang

SALAMATAKAKI #21: Di Balik Berang-berang yang Tak Pulang-pulang

Bandung Philharmonic menyiapkan drama musikal dengan naskah dan komposisi yang ditulis sendiri oleh anak-anak. Akan dipentaskan 19 Juli 2023 di IFI Bandung.

Sundea

Penulis kelontong. Dea dapat ditemui di www.salamatahari.com dan Ig @salamatahari

Sesi latihan drama musikal “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang” di Rumah Petik di Rumah Petik dengan piano dan cermin. (Foto: Sundea)

16 Agustus 2023


BandungBergerak.id – Pada suatu petang, 12 Agustus 2023, studio Rumah Petik meriah sekali. Pemain-pemain drama musikal “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang” bersiap-siap melakukan latihan terakhir di sana. Sambil menyaksikan mereka di pintu, ingatanku bergulung-gulung mundur.

Aku terkenang pada proses panjang yang mengantar “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang” kepada hari itu. Rasanya seperti mimpi membayangkan karya tersebut akhirnya sampai ke panggung.

Kelas zoom bersama Kak Ivan Tangkulung dan Kak Chris Kevin dari musikal “Nurbaya. (Foto: Sundea)
Kelas zoom bersama Kak Ivan Tangkulung dan Kak Chris Kevin dari musikal “Nurbaya. (Foto: Sundea)

Baca Juga: Salamatakaki #18: Membangun Parahyangan Orchestra dengan Cinta dan Hormat
SALAMATAKAKI #19: Cerita Random dari Cihanjuang 10
SALAMATAKAKI #20: Aloha Om Supomo, Aloha Senikanji

Lokakarya Penulis dan Komponis Cilik

Hampir dua tahun lalu, di tengah-tengah masa pandemi, Airin Efferin, CEO Bandung Philharmonic, menantang sub sektornya, Program Musik Anak Bandung Philharmonic, membuat pertunjukan musikal yang naskah dan komposisinya ditulis anak-anak.

Setelah dipertimbangkan kami menerima tantangan tersebut. Misi memperkenalkan musik orkestra sejak dini mendorong kami mempersiapkan program pendidikan. Kami merancang kurikulum coaching clinic, mempersiapkan bekal ilmu sekaya mungkin, membuat linimasa bimbingan, kemudian menjaring penulis dan komponis potensial melalui audisi. Singkat cerita, terpilihlah Syakiila S Maulidya (Jombang) dan Bening Untara (Bandung) sebagai penulis serta Bara Matahari Pagi (Sidoarjo), Naomi Olivia (Surabaya), dan Richard Lysander (Bandung) sebagai komponis. Kelimanya — yang sering kusebut The Fabulous Five — masih duduk di bangku SLTP.

Pertemuan daring diadakan setiap akhir pekan. Targetnya The Fabulous Five berkolaborasi menghasilkan drama musikal.

Berhubung program tersebut adalah pengalaman baru untuk kami semua, dalam pelaksanaannya terjadi hal-hal di luar perhitungan. Kurikulum dan target-target yang kami tetapkan tak selamanya sesuai dengan praktik lapangan.

Personil The Fabulous Five mempunyai karakter, latar belakang, dan jadwal sehari-hari yang berbeda-beda. Bara yang home schooling misalnya aktif menggarap musik ketika teman-temannya sedang belajar di sekolah. Sementara jadwal Olivia sangat padat. Kekuatannya, mereka sama-sama mempunyai minat yang sangat besar pada komposisi musik.

Kami sadar kami harus menyediakan lebih banyak waktu dan tenaga. Komitmen memberikan yang terbaik membuat kami merombak kurikulum berkali-kali begitu ada yang terasa kurang maksimal. Jika diperlukan, kami pun dapat dihubungi kapan saja untuk ditanya-tanyai dan berdiskusi dengan anak-anak. Di salah satu akhir pekan, kami mempertemukan The Fabulous Five dengan Kak Ivan Tangkulung dan Chris Kevin dari musikal “Nurbaya” agar anak-anak dapat belajar dari pengalaman mereka.

Kami juga bertukar pikiran dengan orang tua The Fabulous Five. Pada akhirnya setiap anggota The Fabulous Five kami bimbing secara spesifik dan personal. Menariknya, perbedaan sifat The Fabulous Five justru menjadi kekuatan yang membuat mereka saling melengkapi. Syakiila yang gigih, aktif, dan berani dapat menjadi perantara untuk Bening yang penuh ide-ide kreatif namun sedikit pemalu. Sementara Richard yang belum pernah menonton pertunjukan musikal melesat sangat cepat ketika dibimbing secara privat.

Setelah 12 pekan, naskah dan komposisi “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang” rampung. Kisahnya berpusat pada Pak Jajana, kepala keluarga berang-berang, yang tak kunjung pulang dari pasar dan meresahkan keluarganya. Cerita jenaka, komposisi musik yang representatif, dan lirik-lirik berima yang menggelitik, membuat karya musikal tersebut menarik untuk disimak. Apa lagi mengingat karya tersebut ditulis oleh anak-anak pra remaja.  

Pekerjaan Rumah selanjutnya adalah membawa naskah tersebut ke panggung. “Jangan terlalu jauh waktunya,” pesan Pak Nayaka Untara, ayah Bening yang seorang produser film.

Pak Nayaka paham persis pentingnya menjaga hype agar proyek bergerak berkesinambungan sebelum api semangat keburu padam. Kami sepakat. Maka, kami segera mempersiapkan bahan untuk audisi pemeran “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang”.

Kaki Dea. (Foto:Sundea)
Kaki Dea. (Foto:Sundea)

Membawa Naskah ke Panggung

Audisi berlangsung sepanjang Agustus 2022. Melalui proses itu terpilih beberapa pemeran yang hampir semuanya perempuan. Ketika kami siap melangkah, hidup kembali memberikan hal-hal tak terduga. Kerja sama yang sudah direncanakan tak berjalan lancar. Masa transisi pun memaksa kami semua melakukan banyak perubahan.

Rencana membawa “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang” ke panggung tertunda cukup lama. Agar pemeran terpilih tak merasa digantung, kami mengabari situasi kami apa adanya dan tak memaksa mereka menunggu. Kami terharu sekali ketika ternyata teman-teman pemeran bersedia tetap menjadi bagian. Bahkan Prudentia, yang pernah bermain di salah satu pertunjukan kami, “Under Our Sea” (2019), kembali bergabung.

Pru mengakui pertunjukan kai ini lebih berat secara musikal. Namun, ia tetap senang. “Bersyukur, sih, tepatnya, nggak kebayang bisa kerja sama sama kakak-kakak lagi. Belajar banyak banget dan jadi lebih paham besarnya passion orang-orang yang kerja di bidang ini,” ungkap Pru.

Setelah dipertimbangkan matang-matang, akhirnya kami memutuskan menambah tim produksi. Dengan demikian tim artistik dan pembimbing dapat berkonsentrasi penuh pada karya dan kurikulum coaching clinic. Kami ingin pemeran mendapatkan ilmu dan pengalaman terbaik dari kami.

Pelan-pelan rencana membawa naskah ke panggung tersusun kembali. Tim dikuatkan dengan kehadiran Adrie Pramudya dan Nirvana Vania sebagai manajer proyek. Anggaran ditata kembali, program dibuat tetap manis tetapi realistis, jadwal kerja diatur, dan venue dilobi.

Di tengah kebingungan mencari tempat latihan, Rumah Petik di Jalan Andir 188/79 menawarkan ruang. Kami tentu menyambutnya dengan gembira. Cermin besar Rumah Petik memudahkan latihan akting dan tari, sementara piano yang tersedia di sana menjadi instrumen yang sangat mendukung. Dibimbing Kak Mario Hasan untuk akting dan Kak Sylvia Eunike untuk vokal dan tari, dua kali seminggu peserta berlatih bersama di Rumah Petik. Berikut ini adalah pemeran “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang”. Kira-kira adakah wajah yang kamu kenal?

Pemeran drama musikal “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang”. (Foto: Sundea)
Pemeran drama musikal “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang”. (Foto: Sundea)

Sabtu 12 Agustus 2023 adalah jadwal latihan terakhir di Rumah Petik. Untuk pertama kalinya pemeran mengenakan kostum. Aku terharu melihatnya. Di dalam hati aku berdoa dan bersyukur untuk begitu banyak kebaikan yang kami terima di sepanjang perjalanan.

Segenap tim produksi yang sudah lama tak bertemu muka berkumpul pada latihan hari itu. Baru kusadari pandemi sudah meminta waktu banyak sekali. Pandemi menuntut kami mencari jalan-jalan baru untuk bertahan, sekaligus memperkenalkan kami pada kesempatan-kesempatan memperluas diri. Aku mengenang teman-teman cilik dari luar Bandung yang terlibat di program ini.

Sesi latihan drama musikal “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang”di Rumah Petik. (Foto: Sundea)
Sesi latihan drama musikal “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang”di Rumah Petik. (Foto: Sundea)

“Ke Mana Perginya Sang Berang-berang” terasa istimewa karena digarap di dua masa. Tema Corona menjadi pengingat bahwa masa itu pernah kita alami dan menyaksikannya di panggung menyadarkan kita bahwa masa itu telah kita lalui. Aku belajar, terus bergerak selama pandemi seperti melakukan ekspedisi mencari pulau baru. Tak ada penjelajahan tanpa keberanian mengambil risiko. Tak ada yang tahu apa yang kita temukan di depan sana jika kita tak bergerak mengarungi.

“Ke Mana Perginya Sang Berang-berang” dipentaskan 19 Agustus 2023 di Auditorium IFI, Jalan Purnawarman no.32, pukul 14.00 dan 17.00. Kunjungi akun Instagram @bandungphil untuk informasi lebih lengkap. Kami tunggu kehadiranmu sebagai bagian dari perayaan ini, ya.

Kita tahu berang-berang—tokoh utama di karya ini—adalah hewan pengerat. Apakah itu berarti “Ke Mana Perginya Sang Berang-berang” mengeratkan kita yang melewati terang dan gelap bersama-sama?

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//