• Cerita
  • Tragedi Romeo dan Juliet di Gedung Kesenian Rumentang Siang

Tragedi Romeo dan Juliet di Gedung Kesenian Rumentang Siang

Lakon Romeo dan Juliet karya dramawan William Shakespare disajikan Teater Lima Wajah. Perseteruan dua keluarga mengorbankan anak-anak mereka.

Peran penutup dalam lakon Romeo dan Juliet di Gedung Rumentang Siang, Bandung, Sabtu (19/8/2023). (Foto: Audrey Kayla Fachruddin/BandungBergerak.id)

Penulis Fitri Amanda 22 Agustus 2023


BandungBergerak.idTiba-tiba lampu panggung teater Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung, semerah darah. Petikan gitar dan dentuman drum berlarian mencekam penonton. Nyanyian menggema ke seluruh penjuru ruang pementasan lakon kolosal penuh tragedi karya William Shakespare, Romeo dan Juliet.

“Dari dendam kuno, pecah pertentangan baru. Di mana darah sipil mengotori tangan sipil,” demikian dialog dalam lakon yang dimainkan Teater Lima Wajah, Sabtu (19/08/2023) sore.

Dalam lakon yang dibawakan semi musikal ini, para aktor saling melemparkan dialog dalam bentuk lirik. Ketika ketegangan memuncak, mereka bertukar syair-syair bernada kebencian.

“…. Kami membenci Montague seperti kami membenci neraka.”

“Kami membenci Capulet seperti kami membenci neraka.”

Dialog-dialog tersebut terasa keras sekaligus puitis. Penonton yang memadati Gedung Kesenian Rumentang Siang dapat merasakan intensitas perasaan yang tumpah dari setiap nyanyian.

Melalui lakon Romeo dan Juliet, para aktor berusaha menarik penonton ke Italia awal abad ke-16 yang menjadi setting drama tragedi ini. William Shakespare mengawali kisahnya dengan perseteruan abadi antara keluarga Capulet dan keluarga Montague. Keduanya merupakan keluarga bangsawan yang terlibat dalam sebuah perselisihan panjang yang telah mengakibatkan kematian banyak orang.

Romeo (diperankan aktor Arya, 19 tahun), merupakan anak dari keluarga Montague yang jatuh cinta kepada Juliet (diperankan Wafie, 20 tahun), anak dari keluarga Capulet.

Meskipun Romeo dan Juliet tahu bahwa keluarga mereka bermusuhan, mereka memutuskan untuk tetap memperjuangkan cinta mereka. Banyak sekali tantangan yang menghadang dan berhasil mereka lewati. Mereka percaya bahwa mereka akan terus bersama, tanpa mengetahui akhir mengenaskan menanti mereka.

Pementasan teater ini tak melulu berisi adegan duka. Para aktor menyelipkan komedi-komedi segar yang mengundang penonton tertawa. Tawa-tawa itu hadir seperti angin segar yang menerpa hutan lebat kata-kata.

Adegan dan dialog yang disampaikan para aktor ditopang elemen musikal yang tidak kalah apiknya, memperkuat emosi yang dirasakan oleh penonton. Selain itu, permainan warna-warna lampu latar turut memegang peranan krusial dalam membangun emosi pertunjukan. Seperti lukisan yang tercipta di atas panggung, pencahayaan memiliki kemampuan untuk meresapi setiap sudut panggung dan memencarkan nuansa mendalam.

Saat adegan yang dipenuhi rasa sukacita dan kebahagiaan, warna-warna lampu cerah dan hangat mengiasi panggung. Perpaduan warna merah jambu, ungu, biru mewakili suasana gembira seperti pada saat adegan pesta yang waktu itu dipenuhi dengan tarian dan nyanyian dari para aktor. Cahaya warna-warna ini membantu penonton merasakan kebahagian karakter-karakter di atas panggung dan mengalami momen-momen yang penuh ceria.

Namun, ketika suasana berubah menjadi tegang atau penuh konflik, warna-warna lampu menjadi lebih dramatis. Warna hijau gelap menciptakan suasana melankolis menegangkan. Warna merah menciptakan ketegangan dengan emosi yang meledak-ledak seperti saat lakon menampilkan perseteruan antara keluarga Romeo dan keluarga Juliet. Warna merah juga mendominasi ketika sahabat dari Romeo terbunuh.

Baca Juga: PROFIL KOMUNITAS CELAH CELAH LANGIT
Panggung Pengkhianat dan Pahlawan
Menanamkan Benih Cinta pada Bahasa Daerah di Festival Drama Basa Sunda 2023

Situasi kacau yang terjadi di jalanan Verona menjadi bagian dalam lakon Romeo dan Juliet di Gedung Rumentang Siang, Bandung, Sabtu (19/8/2023). (Foto: Audrey Kayla Fachruddin/BandungBergerak.id)
Situasi kacau yang terjadi di jalanan Verona menjadi bagian dalam lakon Romeo dan Juliet di Gedung Rumentang Siang, Bandung, Sabtu (19/8/2023). (Foto: Audrey Kayla Fachruddin/BandungBergerak.id)

Lakon Paling Susah Dimainkan

Memainkan drama yang sudah banyak dikenal seperti Romeo dan Juliet memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Rintangan ini dihadapi Wafie yang baru bergabung di teater selama setahun. Pemeran Juliet ini mengaku drama Romeo dan Juliet merupakan lakon tersusahnya.

Menurutnya, drama ini dikemas secara segar dan baru. Ia harus berkali-kali diingatkan oleh sutradara dalam pendalaman karakternya.

“Sutradaranya itu ngingetin lagi untuk jadi diri sendiri. Ketika kamu jatuh cinta itu seperti apa, ya kalau misalkan kamu suka bercanda ya bercanda. Benar-benar diingetin lagi, kalau yang jatuh cinta itu kamu bukan Julietnya,” ucap Wafie, usai pementasan, menirukan nasihat sutradara selama proses latihan.

Hal serupa dialami pemeran Romeo, Arya. Lakon ini disutradarai oleh Indrasitas dari Teater Lima Wajah. Dalam penggarapannya, Indrasitas melakukan sejumlah perombakan untuk mengadaptasi naskah Romeo dan Juliet. Arya mengaku harus banyak melakukan diskusi bersama sutradara dalam mendalami karakter Romeo. Contohnya, ia harus mendalami simbol di dalam naskah.

“Si naskahnya kan saduran ya, jadi bukan naskah asli, di translate gitu. Jadi diadaptasi lagi gitu sama kang Indrasitas (sutradara). Nah di situ tuh saya ngobrol lagi sama kang Indra terus gimana sih sosok Romeo ini teh. Di naskah ini tuh memang banyak main simbol, termasuk simbol karakter. Kalau Romeo tuh simbol dari cinta yang gak bisa di-stop, tidak bisa dihentikan,” terang Arya.

Arya yang sudah melakukan dua kali pentas sebagai aktor selama bergabung di teater, mengaku rintangan terbesarnya dalam memerankan Romeo adalah cara dia menggambarkan arti cinta yang terhalang. Ia harus menyelami perasaan Romeo yang menemukan rintangan selama mencintai Juliet.

“Saya kan gak relate yah. Saya belum pernah Alhamdulillah gitu ya belum pernah cintanya kehalang sama keluarga atau hal-hal yang sebesar itu,” kata Arya.

Sutradara Romeo dan Juliet Indrasitas menjelaskan, pementasan Romeo dan Juliet merupakan sebuah proses dalam mengadaptasi dan memahami naskah besar karya William Shakespare.

“Dengan melalui beberapa pendekatan dan diskusi, kami mencari simbol-simbol yang dekat dengan kehidupan sehari-hari kita. Lalu kami coba meracikanya,” terang Indrasitas.  

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//