Menanamkan Benih Cinta pada Bahasa Daerah di Festival Drama Basa Sunda 2023
Festival Drama Basa Sunda 2023 diikuti 13 kelompok teater dari Jawa Barat. Sebelumnya, festifal ini sempat absen karena pandemi Covid-19.
Penulis Syifa Ananda10 Agustus 2023
BandungBergerak.id - Seorang ibu memanggil anaknya dengan nada kesal dalam bahasa Sunda. Sang anak pun datang tergesa-gesa menghampiri ibunya.
“Aya naon atuh mamah?” tanya anak.
“Mamah teh bade kaluar heula, inget pesan mamah tong hilap ganti baju, tong ngizinan baturan lalaki masuk ka imah, tong,” pesan ibunya.
Namun sebelum ibunya selesai bicara, si anak langsung memotong, “Tong hilap ngerjakeun PR. Atos hafal mamah.”
Ibunya kemudian pergi keluar rumah. Anak tersebut memanggil beberapa balon imajinatifnya yang sering ia ajak bicara. Kepada balon-balon itu si anak bercerita dengan nada kesal bahwa lama kelamaan ia merasa cape menghadapi omelan-omelan ibunya.
Balon yang mendengarkan curhatan itu menyarankan bahwa ibu si anak harus kembali mengenal cinta setelah sekian lama ditinggal oleh suami, ayah si anak. Balon berkata, cinta bisa merubah sesuatu yang sedih menjadi indah.
Kisah anak dan ibu tersebut menjadi salah satu lakon yang tampil di atas panggung Festival Drama Basa Sunda 2023 di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung. Festival teater ini berlangsung satu pekan, mulai Senin (7/8/2023) sampai dengan Minggu (13/8/2023).
Lakon bertajuk “Karunya si Mamah” karya Nazarudin Azha itu dimainkan kelompok Teater Ananta dari SMK Maarif Terpadu Cicalengka. Kelompok ini menjadi peserta pertama yang juga menjadi satu-satunya penampil pada hari pertama Festival Drama Basa Sunda.
Siswa-siswi dari SMK Ma’arif Terpadu Cicalengka juga turut hadir di Rumentang Siang untuk menjadi penonton dan meramaikan penampilan dari sekolahnya. Tepuk tangan meriah dan dukungan terus diberikan kepada sekolah asalnya.
”Penampilannya seru, bagus. Semoga terus sukses dan bisa jadi juara,” ucap Risma dan Dea selaku perwakilan penonton dari SMK Ma’arif Terpadu Cicalengka, Senin (7/8/2023).
Lakon bertajuk “Karunya si Mamah” menunjukkan kebutuhan asasi manusia, yaitu cinta. Seorang istri yang lama ditinggal pergi suami membutuhkan kasih sayang. Di saat yang sama, sang anak menolak ayah baru hadir di kehidupannya. Si anak takut ayah tirinya tak sayang padanya.
Namun balon-balon mengingatkan anak itu agar tidak mementingan ego sendiri. Menurut balon, ibunya yang telah membesarkannya sendirian sejak kecil juga butuh sentuhan kasih sayang dari seorang kekasih.
Hati anak itu akhirnya luluh. Ia membayangkan ibunya bersama dengan preman kampung. Tetapi khayalan ini tidak akan membuat ibunya bahagia.
Lalu ia membayangkan ibunya kencan dengan teman lama ibunya. Ternyata sang ibu dan lelaki tersebut pernah saling jatuh cinta sebelum menikah dengan ayah si anak yang kemudian meninggal itu.
Pucuk di cinta ulam pun tiba. Suatu hari anak itu memergok ibunya sedang menelepon seseorang dengan nada mesra.
“Mamah tadi nelepon saha?”
“Aya, baturan mamah pas sakola,” jawab ibunya sambal tersenyum malu. “Mamah bade kaluar heulanya, bade ketemu sareung baturan mamah.”
Melihat ibunya yang menjadi lembut dan kembali ceria akhirnya sang anak mengerti bahwa ia tidak bisa egois pada ibu yang telah menyayanginya. Anak pun merasa bahagia jika melihat ibunya juga bahagia dengan lelaki pilihannya.
Baca Juga: JEJAK-JEJAK LITERASI DI BANDUNG #1: Pasar Palasari di Persimpangan Zaman
Limbah Cair TPA Sarimukti yang Mengalir ke Sungai Citarum Masuk Kategori Bahan Beracun Berbahaya (B3)
Menyikapi Viralnya Video "Aliran Sesat" di Bandung yang Menyudutkan Kelompok Syiah
Melestarikan Bahasa Daerah
Festival Drama Basa Sunda 2023 diikuti 13 kelompok teater yang berasal dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kota Tasik, Bogor, Sumedang, Subang, Karawang, Pangandaran. Sebelumnya, festifal drama ini sempat absen selama tahun-tahun pandemi Covid-19.
“Festival Drama Basa Sunda ini dibilang yang ke-21 kali pasca covid, seharusnya ini ke-22 kali cuma kemarin pas covid sempet 3 taun mungkin tertunda,” terang Aam Zaman selaku ketua pelaksana FDBS 2023, kepada BandungBergerak.id.
Terdapat lima naskah yang bisa dimainkan peserta festival, antara lain naskah “Karunya si Mamah”. Kelompok drama diberi kebebasan memilih salah satu naskah untuk dimainkan di atas panggung Gedung Kesenian Rumentang Siang.
Mereka memperebutkan piala bergilir yang akan menjadi kebanggaan yang nantinya mengharumkan nama teater serta sekolah mereka. Piala pemenang FDBS ini diberi secara bergilir, namun jika sekolah tersebut menjadi pemenang selama dua kali berturut-turut maka piala tersebut sepenuhnya diberikan kepada pemenang.
Sama seperti tahun-tahun sebelum pandemi, Festival Drama Basa Sunda mengusung misi melestarihan bahasa daerah, yaitu bahasa Sunda. Lewat acara ini diharapkan bahasa Sunda diperkenalkan melalui pertunjukan drama. Lebih jauh, para peserta yang merupakan generasi muda agar tetap memakai bahasa daerah dalam kehidupah sehari-hari, sehingga bahasa daerah tak tertinggal bahasa Asing.
Dalam perjalanannya, Festival Drama Basa Sunda rutin diselenggarakan setiap tahun. Pada tahun pertama diperuntukkan untuk seluruh siswa di Jawa Barat, sedangkan tahun kedua terbuka untuk umum.
Tahun ini FBDS diselenggarakan untuk pelajar se-Jawa Barat. Sedikitnya ada dua sasaran yang dibidik dalam DFBS, yakni berlatih seni peran dan penuturan bahasa Sunda yang baik dan benar.
Namun terdapat penurunan peserta yang drastis pada penyelenggaraan acara tahun ini dibanding sebelum pandemi menyerang berbagai negara di dunia. Diharapkan pada tahun-tahun berikutnya jumlah peserta dapat meningkat.