SALAMATAKAKI #22: Mendaras Aman Pertama
Band Soulm merilis singel terbarunya “Aman Pertama” di taman mungil toko kue The Deli Bakes Bandung. Membawakan ingatan tentang kenyamanan paling lugu dan mendasar.
Sundea
Penulis kelontong. Dea dapat ditemui di www.salamatahari.com dan Ig @salamatahari
29 Agustus 2023
BandungBergerak.id – Petang itu, pada hari Minggu, 27 Agustus 2023, cahaya matahari dan lampu-lampu kecil yang menjuntai dari ranting pohon kemboja tak bersaing. Bersama-sama mereka menerangi taman kecil di toko kue The Deli Bakes, Jalan Prof. Eyckman No. 26, Bandung. Aku seperti dapat mendengar kedua sumber cahaya itu bercakap-cakap.
“Pukul lima sore. Sebentar lagi saya undur diri,” pamit Matahari.
“Tenang, acaranya bakal mulai sebentar lagi, kok, kamu masih sempat nonton,” kata lampu-lampu kecil yang suaranya berdenting seperti kristal.
“Saya sudah pergi ketika rilisan terbaru Soulm dibawakan,” ujar Matahari.
“Tenang, ada si Dea di sebelah situ,” lampu-lampu kecil tiba-tiba mengedipi aku.
Aku tentu saja terbelalak kaget. Kenapa aku? Tanyaku di dalam hati.
“Si Dea mau tulis acara ini untuk Bandungbergerak. Iya kan, De?” tanya lampu-lampu kecil yang ternyata dapat mendengar suara hatiku. “Nanti, sesudah terbit di Bandungberbgerak, kamu tinggal baca, Matahari.”
Aku, yang awalnya datang ke showcase singel terbaru Soulm untuk menonton saja tiba-tiba berubah rencana. Bukan hanya karena di fait accompli lampu-lampu kecil, melainkan karena naluriku menerangi apa yang paling ingin ia ceritakan.
Baca Juga: SALAMATAKAKI #19: Cerita Random dari Cihanjuang 10
SALAMATAKAKI #20: Aloha Om Supomo, Aloha Senikanji
SALAMATAKAKI #21: Di Balik Berang-berang yang Tak Pulang-pulang
Soulm
Sebelum bercerita mengenai acara hari itu, ada baiknya aku memperkenalkan Soulm terlebih dahulu. Band yang usianya belum sampai setahun ini terdiri dari Alex (vokal), Jovial (bas), Philant (kibor), dan Evan (gitar). Meskipun baru mengikrarkan diri sebagai band, keempatnya sudah berkawan baik dan aktif bermusik bersama sejak 2010.
Pada tahun 2018 mereka mendirikan kanal Youtube Pojok Kreator, sebuah platform musik independen yang menjadi wadah teman-teman musisi menampilkan karya-karya mereka di kanal Youtube. Tim Pojok Kreator menyadari sulitnya bergerak sendiri di industri musik, maka mereka berkomitmen membantu teman-teman musisi setulus hati.
Pojok Kreator membantu merekam, membuat video, mempromosikan karya, meramaikan acara-acara musik, dan menjadi sarana untuk memperluas lingkar pertemanan. Semua itu mereka lakukan secara gratis. Salah satu karya yang mereka dukung adalah “Dengar” yang dibawakan oleh penyanyi Gaby Christy untuk Hari Bahasa Isyarat Sedunia.
Pada tahun 2020 datanglah pandemi yang mengguncang segalanya. Kondisi ekonomi tak menentu dan acara musik kehilangan panggung. Di masa itu Pojok Kreator tak lagi aktif, tetapi Alex, Jovial, Philant, dan Evan justru semakin erat di momen-momen kontempelatif tersebut. Mereka terus bermusik dan melahirkan karya-karya yang akhirnya mendorong mereka mengikrarkan diri sebagai band: Soulm.
Soulm berasal dari kata soul yang berarti jiwa. Harapannya setiap lagu yang tercipta lahir dari jiwa yang tulus dan memberi makna pada setiap jiwa. Mereka pun menyadari, kesungguhan melayani melalui Pojok Kreator menghadiahi mereka ilmu, pengalaman, dan jejaring-jejaring yang siap mendukung mereka sama sepenuh hatinya.
Singel pertama Soulm, “Far Away”, yang berbicara mengenai perasaan dimaafkan, telah dirilis pada Juni 2023 lalu dan diperdanakan di Ruang Putih. Karya tersebut pun terpilih sebagai penampil di Festival Musik Rumah 2023. Di The Deli Bakes, Soulm siap merilis singel kedua mereka, “Aman Pertama”. Karya yang dirilis satu persatu ini merupakan cara mereka membilang langkah menuju album mereka yang akan diluncurkan pada akhir tahun 2023.
Showcase “Aman Pertama”
Taman mungil The Deli Bakes tampak hangat oleh penonton yang duduk di rumput seperti piknik. Matahari masih sempat menyaksikan Evan, gitaris Soulm yang malah hadir sebagai pembawa acara, bukan bermain musik. Evan menyapa semua teman yang hadir dan mengucapkan terima kasih dengan simpatik kepada semua pihak yang mendukung Soulm. “We don’t deserve this place,” kata Evan ketika menyampaikan terima kasihnya kepada Bella, pemilik The Deli Bakes, yang membuka tempatnya untuk showcase Soulm.
Matahari pun masih sempat menyaksikan Blau, duo beranggotakan Meta (vokal) dan Abay (gitar), yang membuka acara musik di panggung dengan lagu-lagu santai bernuansa era 80an. Sayangnya, Matahari tak sempat menyaksikan Imam Kelana, penyanyi balada bersuara prima membawakan lagu-lagu sendu, antara lain karya Panji Sakti yang disebut-sebut dinyanyikan untuk mereka yang dadas digerus patah hati.
Soulm hadir di panggung selepas jeda salat Magrib. Sebelum memperkenalkan “Aman Pertama”, Soulm membawakan beberapa karya lain yang punya cerita juga dalam perjalanan bermusik mereka, di antaranya adalah “Suit and Tie” dari Justin Timberlake yang mempersatukan mereka serta sebuah lagu yang belum sepenuhnya selesai dan belum berjudul tetapi rencananya akan dirilis dua bulan lagi. “Working tittle-nya ‘Free’,” ungkap Alex. Lagu penuh syukur itu dikembangkan dari baris sederhana, “I’m alive, I can breathe”. Aku menemukan betapa sederhananya hal-hal yang seharusnya dapat kita maknai sebagai kemewahan.
“Aman Pertama” hadir sebagai puncak acara. Lagu tersebut ditemani oleh artwork garapan direktur artistik Soulm, Jessica Armelia. Ketika ditanya apa yang terpikir oleh Jessica ketika mendengar frasa “aman pertama”, ia lantas teringat pada momen berjemur bersama sang kakek di beranda. “Ini kursi yang semua orang bisa relate,” ujar Jessica sambil menunjuk kursi plastik sederhana yang digambarnya. Sebuah kursi yang mungkin ada di rumah hampir semua orang atau setidaknya pernah diduduki oleh semua orang. Aman pertama adalah sesuatu yang begitu personal sekaligus universal. Ingatan tentang kenyamanan paling lugu dan mendasar.
Setelah berkenalan dengan karya Jessica, kami mendapatkan notes tempel dari panitia acara. Di sana kami diminta menuliskan apa yang muncul di kepala kami ketika mendengar “Aman Pertama”. Ada yang menyebut nama tempat tertentu, nama orang tertentu, anggota keluarga terdekat, bahkan Tuhan. Setelah mengingat “aman pertama” kami dan semua rasa yang diberikannya, kami diajak menyerukan “aman pertama” kami secara serempak. Barulah setelah itu Soulm meniupkan kisah “Aman Pertama”-nya kepada kami semua.
Beranda rumah ku
Si muda nikmati aman mu
Tanpa ragu
Aku mengamati lampu-lampu kecil di pohon yang berkedip-kedip menakjubi penampilan Soulm. Diam-diam aku memanggil mereka dengan suara hati.
Pssst, heh, para lampu kecil, kalau kalian punya aman pertama, nggak, sih?
“Hah? Apa? Oh, ya Matahari, dong,” sahut mereka cepat-cepat karena ingin menikmati lagu Soulm tanpa diganggu. Aku jadi sungkan bertanya lebih jauh. Namun, kepalaku masih dipenuhi pertanyaan-pertanyaan. Mengapa Matahari? Setelah Matahari pergi, masihkah lampu-lampu kecil itu merasa aman? Sebesar apa pengaruh aman pertama pada aman kedua, ketiga, keempat dan seterusnya?
Saat memperhatikan pendar lampu-lampu kecil aku menyadari bagaimana “aman pertama” bekerja. Lampu-lampu kecil belajar menyala dari aman pertamanya. Maka, ketika di kemudian hari sang aman pertama tak lagi dapat menemani, lampu-lampu kecil, yang membawa aman pertama sebagai bagian dari diri dan identitasnya, sudah cukup aman dengan dirinya sendiri. Tak akan ada aman kedua, ketiga, dan keempat, yang ada hanyalah aman pertama yang berubah-ubah wadah mengikuti fase hidup.
Sibuk urusi mau ke mana
Jangan lupa kamu siapa.
“Matahari” dan “lampu-lampu kecil” hanyalah panggilan belaka. Sejatinya mereka adalah “cahaya”. Sama seperti setiap “aman pertama” kita.
Nantikan “Aman Pertama” di Spotify SOULM. Kunjungi juga akun instagram @soulm_id.
Untuk berkenalan dengan venue lucu penuh kue-kue cantik, kunjungi @thedelibakes.