• Kampus
  • Memahami Peluang dan Tantangan Bekerja di Jepang

Memahami Peluang dan Tantangan Bekerja di Jepang

Garut sebagai salah satu daerah kantong pekerja migran di Jawa Barat. Tantangan atau kendala buruh migran antara lain Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Ilustrasi. Penutupan Pembelajaran Angkatan V dan Pelepasan Peserta Magang ke Jepang di Jawa Barat, 23 Juni 2023. (Foto: Pemprov Jabar)

Penulis Iman Herdiana15 September 2023


BandungBergerak.idJepang menjadi salah satu negara tujuan buruh migran Indonesia. Di samping menawarkan gaji yang lebih tinggi dari upah minimum di dalam negeri, jenis pekerjaan yang tersedia di Jepang sangat beragam. Di sisi lain, tantangan bekerja di luar negeri tidaklah kecil, salah satunya Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Peluang kerja di Jepang terutama terbuka bagi pemuda yang memiliki keahlian, antara lain di bidang perhotelan dan tata boga. Menghadapi peluang ini, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (Unpad) meluncurkan Garut Training Center hasil kolaborasi dengan PT. OS Selnajaya Indonesia di Kampus Unpad di Kabupaten Garut, Selasa, 13 September 2023.

Presiden Direktur PT. OS Selnajaya Indonesia Satoshi Miyajima mengatakan, Garut Training Center dibangun untuk melatih tenaga hhli seperti caregiver atau tenaga di bidang perhotelan dan tata boga untuk bekerja ke Jepang.

“Situasi pasar Jepang sangat sulit untuk mencari tenaga kerja muda dan di Indonesia tenaga kerja muda dan kompeten sangat banyak,” ujar Satoshi Miyajima, dikutip dari laman Unpad.

Program yang akan dilaksanakan selama satu tahun di Garut Training Center meliputi pelatihan bahasa Jepang, pengenalan budaya Jepang, dan kemampuan khusus sesuai bidang. Fasilitas yang ada di Garut Training Center terdiri dari asrama, tenaga pengajar berkualitas, ruang kelas, dan laboratorium.

Selain itu, Fkep Unpad juga menawarkan program pembelajaran dengan Sistem Modul untuk Caregiver yang ingin melanjutkan pendidikan selama bekerja di Jepang.

“Dengan pembelajaran Sistem Modul dan Daring akan meningkatkan kesempatan untuk Caregiver yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan setelah bekerja di Jepang, Caregiver tersebut sudah memiliki kelebihan lainnya,” kata Dekan Fkep Unpad Kusman Ibrahim.

Baca Juga: Buruh Migran Indonesia Terjebak Praktik Penahanan Dokumen
Catatan Kelam Kematian Buruh Migran Indonesia
KBMB Menuntut Malaysia agar Menghentikan Penangkapan Buruh Migran Indonesia

Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)

Menurut data dari Pemprov Jabar, tahun 2022 lalu jumlah buruh migran Indonesia di Jepang baru 40.000 dari 160.000 pekerja dari luar negeri yang dibutuhkan Jepang. Namun di samping peluang tersebut, kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang menimpa buruh migran juga patut diwaspadai.

Direktur Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Bitode SO Wira Indonesia Dadan Muhamad Arifin menuturkan, faktor yang mendorong terjadinya TPPO adalah kendala biaya dan minimnya informasi terkait pekerjaan di luar negeri.

Ia menjelaskan, di Kabupaten Garut banyak warga yang ingin bekerja ataupun magang ke Jepang tapi terkendala biaya. Selain itu juga masih banyak masyarakat yang menerima informasi kurang valid terkait kerja atau magang ke Jepang ini, sehingga masih ada terjadi TPPO dan semacamnya.

Oleh karena itu, Dadan berharap ada dukungan yang konkret dari Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemdakab) Garut terkait beberapa kendala yang banyak dialami oleh warga Garut yang ingin menjadi buruh migran di Jepang.

"Kita harapkan untuk didukung sepenuhnya, karena memang balik lagi nanti selain jadi devisa negara, anak-anak balik ke sini mudah-mudahan bisa membuka lapangan kerja di sini," katanya, dikutip dari laman resmi Pemprov Jabar. 

Pada 23 Juni 2023 lalu, LPK Bitode SO Wira Indonesia menggelar Penutupan Pembelajaran Angkatan V dan Pelepasan Peserta Magang ke Jepang. Ada sekitar 56 peserta magang ke Jepang yang akan diberangkatkan secara bertahap hingga akhir tahun.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//