Pemuda Bandung Menuntut Tindakan Nyata Pemerintah dalam Mengurangi Dampak Krisis Iklim
Tuntutan darurat iklim disampaikan lewat Aksi Global Climate Strike Bandung 2023. Bandung heurin ku tangtung!
Penulis Tofan Aditya16 September 2023
BandungBergerak.id - Koalisi Aksi Global Climate Strike Bandung 2023 menuntut pemerintah membuat kebijakan yang pro terhadap lingkungan. Kebijakan selama ini cenderung mengutamakan investasi yang mengeruk sumber daya alam dan mengabaikan kelestarian lingkungan.
Tuntutan tersebut diserukan sedikitnya oleh 18 pemuda yang tergabung dalam Koalisi Aksi Global Climate Strike Bandung 2023 di di Taman Dago Cikapayang, Bandung, Jumat, 15 September 2023. Dalam aksi yang dimulai pukul 08.55 WIB itu para pemuda berdiri melingkar sambil memegang poster berwarna mencolok di tangan mereka.
Di hadapan mereka, Wanggi Hoed dengan megafon menjelaskan teknis aksi kampanye dan mulai membakar kembali semangat massa aksi yang telah berkumpul sejak pukul 08.00 WIB itu. Mereka kemudian memulai langkah “Seni Jalan Kaki untuk Iklim”. Dalam satu barisan rapi, mereka mengangkat poster tinggi-tinggi. Di bahu jalan, mereka menyuarakan keresahan mereka terkait iklim kepada setiap pengendara dan pejalan kaki yang melihat.
“Ingin mengajak kepada masyarakat, kawan-kawan semua, untuk turut berperan bahwa persoalan hingga hari ini semakin kompleks. Keadilan iklim ini berarti menyangkut juga mengenai hak asasi yah, bahwa ruang hidup kini, di mana pun sudah mulai terancam,” ucap Aqli Syahbana, salah satu peserta aksi yang ikut berjalan kaki dari Taman Dago Cikapayang.
Bandung Heurin ku Tangtung adalah seruan yang digaungkan oleh Koalisi Aksi Global Climate Strike Bandung 2023. Kalimat yang diambil dari sebuah cacandran masyarakat Sunda itu dulunya merupakan analogi geografis Bandung yang dilingkupi oleh gunung-gunung di tiap mata angin.
Namun sekarang, cacandran tersebut dapat dimaknai sebagai kota yang semakin menyempit, baik oleh bangunan pun manusia. Solusi atas dampak yang dihadapi mesti dipikirkan bersama. Maka dari itu diperlukan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap lingkungan.
“Jangan sampai mereka (pemerintah) lebih mengedepankan para investor untuk terus mengekstraksi mineral-mineral di bumi Indonesia ini, namun mengabaikan hak hidup bagi yang lain, tidak terkecuali, tidak hanya menusianya, namun juga hak hidup bagi tumbuhan, bagi binatang, dan bagi lainnya,” jelas Aqli yang bergiat di komunitas Masyarakat Kreatif Kampoeng Tjibarani.
Setelah menempuh jarak 1,6 kilometer, mereka tiba di Simpang Dago. Setelah istirahat sejenak, massa aksi kemudian membagi kelompok. Lalu, masing-masing kelompok berdiri di tiap sudut persimpangan jalan, memancing perhatian dari setiap pengendara yang sedang menanti lampu merah.
Setelah kurang lebih setengah jam, massa aksi kembali melanjutkan perjalanan. Di Jalan Siliwangi, massa aksi masih tetap mengangkat posternya tinggi-tinggi. Ketika melewati tumpukkan sampah di Babakan Siliwangi, mereka semua mendekat. Dua orang dengan masing-masing memegang poster bertuliskan “REVITALISASI SISTEM TATA KELOLA SAMPAH” dan “RUNTAH DI MANA-MANA BANDUNG LANGGANAN DARURAT SAMPAH” berdiri di depan gunungan sampah. Momen tersebut diabadikan, membuktikan apa yang mereka suarakan memang relevan dengan kondisi hari ini.
“Karena kan kalau bumi sakit, kita juga ikut sakit. Contohnya, udara tercemar kita sakit juga. Jadi mulai dari hal-hal kecil aja lah,” terang Nunu, salah satu massa aksi lain yang merupakan mahasiswa Universitas Komputer Indonesia.
Seni Jalan Kaki untuk Iklim dilanjutkan. Pukul 10.27 WIB, massa aksi tiba di titik akhir rute perjalanan: Taman Cibarani. Seluruh massa aksi beristirahat sejenak. Aksi Global Climate Strike Bandung 2023 belum selesai.
Sekitar pukul 13.30 WIB, agenda aksi kampanye dilanjutkan. Mula-mula diawali dengan diskusi ringan terkait masalah iklim. Aqli Syahbana memimpin jalannya diskusi. Di samping kiri dan kanannnya duduk Wanggi Hoed, seniman pantomim cum aktivis, Zizi, dari XR Indonesia, dan Taufik, mahasiswa Pencinta Alam dari ISBI Bandung.
Selain diskusi, adapula penampilan seni untuk menyuarakan perlawan terhadap iklim dari Samanesna, Ratimaya, Ukefox, Abah Om Tris, Wanggi Hoed, dan Seni Reak Juarta Putra. Setelah penampilan, seluruh agenda ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap.
Rencananya, aksi terkait iklim ini tidak akan berhenti di sini. Ke depannya, akan hadir aksi-aksi kreatif dengan nada-nada serupa.
“Karena yang susah tuh memulai sama konsisten, bener nggak? Kalau sudah memulai mah tinggal kita belajar konsisten saja, coba aja lagi terus-terus kayak gini. Siapa tau kita lebih menggaet masa yang lebih banyak lagi, lebih berakarlah. Amiinn,” tutup perempuan berusia 23 tahun tersebut.
Baca Juga: Seruan Darurat Iklim dari Jalanan Kota Bandung
Dampak Bencana Perubahan Iklim Diperkirakan Lebih Dahsyat dari Pandemi Covid-19
Seruan Darurat Iklim dari Bandung Berisik, COP 26 Momentum Omong Kosong Pemimpin Dunia
Mosi tidak Percaya
Krisis iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi manusia saat ini. Perubahan iklim telah menyebabkan bencana alam yang merusak, cuaca ekstrem yang tidak terduga, dan ancaman serius terhadap ekosistem alam yang mengancam kelangsungan hidup kita dan generasi mendatang.
Kota Bandung, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, tidak luput dari dampak perubahan iklim. Cuaca yang semakin ekstrem telah mempengaruhi mata pencaharian masyarakat, sumber daya air yang semakin berkurang, dan ancaman terhadap keberlanjutan lingkungan. Masa depan hidup warga masyarakat semakin terancam oleh berbagai gangguan kesehatan akibat polusi tanah, udara dan sungai, imbas terulangnya penanganan sampah yang buruk di TPA Sarimukti.
Aksi Global Climate Strike adalah sebuah gerakan global yang mengajak seluruh masyarakat, terutama generasi muda, untuk bersatu dalam upaya menyuarakan tuntutan terhadap pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar untuk bertindak lebih serius dalam mengatasi krisis iklim yang merusak bumi. Aksi Global Climate Strike adalah gerakan global yang didorong oleh generasi muda untuk memperjuangkan perubahan nyata dalam mengatasi krisis iklim.
Koalisi Aksi Global Climate Strike Bandung 2023 menyerukan mosi tidak percaya kepada pemerintah dan perusahaan besar. Melalui Aksi Global Climate Strike Bandung 2023, anak-anak muda ini menyatakan sikap sebagai berikut:
1. Mendesak pemerintah segera mengambil tindakan nyata terkait krisis iklim di Indonesia dan berbagai daerah lainnya.
2. Mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan konkret dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dengan memperkuat kebijakan lingkungan yang berkeadilan dan ekosistem yang berkelanjutan, berdasarkan yang diamanatkan undang-undang.
3. Menuntut pemerintah, institusi negara, perusahaan besar dan stakeholder baik skala lokal maupun nasional terkait kedaruratan iklim, seperti ; darurat sampah (plastik), polusi udara, pencemaran sungai dan laut serta alihfungsinya hutan-hutan adat juga perdagangan satwa liar agar segera mendapat perhatian lebih serius dalam penanganannya.
4. Menuntut segala bentuk penjaminan kebebasan berekspresi warga sipil agar bisa berkontribusi lebih leluasa dalam kehidupan berdemokrasi di situasi krisis iklim ini, terutama menjelang tahun politik 2024.
5. Mengajak semua masyarakat di Bandung dan daerah lainnya, untuk bersama memperjuangkan hak ruang hidup bagi seluruh rakyat dan mewujudkan keadilan iklim bagi masa depan generasi mendatang.
* Simak tulisan-tulisan lain Tofan Aditya, atau tulisan-tulisan lain tentang Krisis Iklim