• Kolom
  • SISI LAIN SCHOEMAKER #13: Kedatangan Khalid Sheldrake

SISI LAIN SCHOEMAKER #13: Kedatangan Khalid Sheldrake

Kunjungan Khalid Shaldrake ke Jawa pada Desember 1933 mendorong kemunculan gelombang spirit keislaman yang kuat terhadap kalangan umat Muslim di Hindia Belanda.

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Dr. Khalid Sheldrake ketiga dari kiri bersama para pelajar yang tergabung dalam Jong Islamitenbond di Hotel du Pavilon. (Sumber: Dokumentasi Pemandangan, 19 Desember 1933)

28 September 2023


BandungBergerak.id – Pada 3 Maret 1934, koran berbahasa Belanda, De Tribune, menyajikan sebuah berita mengenai Wolff Schoemaker. Berita itu berisi tentang kepindahan Wolff Schoemaker ke dalam agama Islam yang dihubungkan dengan kunjungan Dr. Sheldrake ke Bandung beberapa saat sebelumnya. Dr. Sheldrake sendiri merupakan presiden Islamic Western Association (Asosiasi Islam Barat) yang massanya berjumlah sekitar 7000.000 orang.

Di samping itu, De Tribune juga mencantumkan judul tulisannya, “Is dit ook Politiek?”, seolah-olah memancing sebuah pertanyaan bahwa beralihnya Wolff Schoemaker ke agama Islam tidak terlepas dari motif politis untuk memperoleh kepercayaan masyarakat Indonesia yang beragama Islam. Sekalipun hal ini diarahkan pada peran Dr. Sheldrake yang dianggap memicu timbulnya solidaritas kaum Muslim di Hindia Belanda sekaligus disebut-sebut memberikan pengaruh terhadap Wolff Schoemaker untuk memeluk agama Islam.

Konon, pada tanggal 27 Juni 1933, Dr. Scheldrake bersama wakil presiden Asosiasi Islam Barat, Khalid Simson, tiba di Singapura dengan tujuan untuk berkunjung ke seluruh negara-negara Asia Timur. Perjalanan tersebut berjalan menggunakan kapal uap Chenonceaux Perancis sekaligus merupakan agenda yang dirancang untuk menjalin kontak antara umat Muslim di Asia dengan rekan sesama Muslim di negara-negara Barat. Selain itu, Dr. Sheldrake memanfaatkan kesempatan ini untuk berkomunikasi dengan berbagai organisasi Islam di seluruh dunia, berkaitan dengan acara Konferensi Muslim Eropa yang akan digelar di Jenewa, Swiss (De Locomotief 1 Juli 1933).

Enam bulan berselang, tepatnya bulan Desember 1933, Dr. Scheldrake tiba di Hindia Belanda. Setelah itu ia pun berencana akan berkeliling pada berbagai daerah seperti Bandung, Solo dan Yogyakarta untuk memberikan ceramah. Agenda pertamanya dimulai di Batavia. Atas permintaan kalangan Muslim di Batavia, Khalid Sheldrake memberikan ceramah ihwal tujuan dan rencana ke depannya, yang juga akan membahas persoalan Islam dan Kemanusiaan. Ceramah tersebut berlangsung di gedung teosofis Blavatsky Park Koningsplein West pada 22 Desember (Het Nieuws van den dag 20 Desember 1933, Bataviaasch Nieuwsbad 22 Desember 1933).

Kedatangan Khalid Sheldrake bersama wakilnya, Khalid Simson ke Hindia Belanda disambut hangat oleh masyarakat Muslim. Surat kabar Pemandangan edisi 19 Desember 1933 bahkan memuat satu artikel di halaman bagian paling depan yang berisi ucapan selamat datang kepada kedua tamu kehormatan itu. Dalam artikel tersebut redaktur Pemandangan menulis:

Saudara seiman yang sangat dihormati. Izinkan kami menyampaikan kepada Anda dan rekan Anda yang berharga, Tuan Khalid Simson, salam hormat dan sambutan hangat dari kami atas nama Islam. Kami sadar, kedatangan Anda telah membangkitkan kembali komunitas Muslim di Batavia yang tidak sabar menunggu dan sangat berhati-hati, bahkan juga telah menarik banyak orang dari berbagai daerah di pedalaman yang secara khusus datang ke Batavia untuk melihat dan mendengarkan Anda.

Sementara itu, kedatangan Dr. Sheldrake bersama wakilnya disambut juga oleh suatu komite yang dinamakan Comite Penjamboetan. Saat kapal yang ditumpangi dua petinggi Asosiasi Islam Barat itu tiba di pelabuhan Tanjung Priok, ketua Comite Penjamboetan, Moh. Alatas, menaiki kapal bersama beberapa anggotanya. Semua keperluan Dr. Sheldrake dan Khalid Simson diurus oleh Comite Penjamboetan. Lalu diajaklah kedua orang itu oleh Moh. Alatas dan ketua umum Jong Islamitenbond, Kasman Singodimedjo, untuk berkeliling Batavia (Pemandangan, 19 Desember 1933).

Baca Juga: SISI LAIN SCHOEMAKER #10: Tentang Urusan Tanah
SISI LAIN SCHOEMAKER #11: Menjadi Anggota Nederlandsch Instituut van Architecten
SISI LAIN SCHOEMAKER #12: Menjadi Mentor Sukarno

Sheik of the British Muslims

Khalid Sheldrake sendiri kerap dipanggil dengan sebutan Sheik of the British Muslims lantaran perannya dalam memimpin jutaan orang pada Asosiasi Islam Barat. Konon, ia mulai masuk Islam pada tanggal 14 Juli 1903, dengan mengirimkan surat keterangan ke Konstantinopel yang kala itu merupakan pusat pemerintahan Islam masa Sultan Abdulhamid. Pada tahun 1925 Khalid Sheldrake diangkat menjadi presiden Asosiasi Islam Barat. Selain rencananya untuk mengelilingi negara-negara Asia, Khalid Sheldrake ingin melanjutkan penerbitan sebuah majalah Islam bernama The Minaret, bila dirinya telah kembali ke Inggris. Pada tahun 1928, majalah tersebut sempat diusahakan untuk terbit. Tetapi, menurut informasi, bahwa The Minaret terpaksa mesti diberhentikan karena masalah yang memicu majalah itu terhenti (Pemandangan, 19 Desember 1933).

Asosiasi Islam Barat yang dipimpin oleh Khalid Sheldrake telah mencatat jutaan orang yang  memeluk agama Islam. Menurut penjelasan Sheldrake, 7 juta orang dari Eropa sudah mengucapkan syahadat, meskipun jumlah ini tidak tercatat sepenuhnya. Mereka kebanyakan berasal dari negara Turki, Rusia dan Hungaria, bahkan di Hungaria sendiri jumlah tersebut cukup banyak sekitar satu setengah juta orang. Itu pun belum termasuk di Inggris, yang jumlahnya kurang dari 300.000 orang pemeluk. Selain itu, di bawah  perlindungan His Exalted Highness den Nizam van Hyderabad, Aga Khan dan Haji Jamal Mohamed Mohiuddin Sahib, Asosiasi Islam Barat telah memiliki berbagai cabang di seluruh dunia. Sementara Konferensi yang digelar di Jenewa dan kedatangan Dr. Sheldrake diklaim tidak mengandung muatan politik (Pemandangan, 19 Desember 1933). Hal ini berbeda dengan apa yang dimunculkan oleh De Tribune, yang mempertanyakan bahwa kunjungan Dr. Sheldrake termasuk beralihnya Wolff Schoemaker ke dalam agama Islam mengandung motif politik.

Demikianlah, kunjungan Dr. Khalid Shaldrake ke Pulau Jawa tidak saja memunculkan gelombang sambutan di kalangan umat Muslim, tetapi juga dianggap turut memberikan spirit keislaman yang kuat terhadap kalangan umat Muslim. Sebelum memberikan ceramah di Blavatsky Park, Khalid Sheldrake sempat mengunjungi Rumah Piatu Muslimin yang dikelola oleh seorang perempuan bernama Nyonya Goenawan. Kedatangannya itu tentu membuat Nyonya Goenawan merasa sangat senang karena tempatnya telah dikunjungi oleh tokoh yang sedang menjadi sorotan Muslim di seluruh dunia.  Selain itu, presiden Asosiasi Islam Barat tersebut juga bertamu ke rumah Wiranatakusumah, di Jalan Kebon Sirih, Bandung, tetapi  tidak diketahui apa saja yang dibicarakan dalam kunjungannya itu (Pemandangan, 19 Desember 1933).

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//