SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #35: Mochamad Enoch, E. M. Dachlan, dan Niti Soemantri
Mochamad Enoch, Elon Muhammad Dachlan, dan Niti Soemantri turut membesarkan Sipatahoenan setela pindah dari Tasikmalaya ke Bandung.
Atep Kurnia
Peminat literasi dan budaya Sunda
30 September 2023
BandungBergerak.id – Kali ini saya akan menulis tentang tiga orang tokoh yang pernah menjadi direktur, redaktur, dan administratur Sipatahoenan pada tahun 1930-an. Ketiganya adalah Mochamad Enoch, E. M. Dachlan, dan Niti Soemantri.
Keterlibatan Mochamad Enoch sebagai direktur Sipatahoenan dapat diketahui dari tulisan “Doea poeloeh lima taoen dina kadinesan (29 Juli 1912-29 Juli 1937)” (Sipatahoenan, 31 Juli 1937). Di situ disebutkan sejak dipindahkan ke Bandung (1931) hingga 1936, selama Oto Iskandar di Nata ada di Batavia, Enoch yang menjabat direkturnya (“Ti barang mimiti Sipatahoenan pindah ka Bandoeng (1931) nepi ki taoen 1936 sapandjang djoeragan Oto Iskandar di Nata aja di Batawi, djrg, Moch. Enoch noe ngapalaanana [wd. Directeur]”.
Dari Sipatahoenan tahun 1931, Enoch juga diketahui membantu administrasinya. Pada edisi 16 Juni 1931 disajikan pengumuman redaksi (“Bewara ti Redactie”) yang berisi kabar bahwa redaksi menyatakan administrasi Sipatahoenan selain akan diawasi pengurus Paguyuban Pasundan cabang Tasikmalaya juga oleh Moch. Enoch dari Bandung (“Ajeuna Administratie kadjabi ti ditalingakeun koe Bestuur Tjabang Pasoendan Tasik téh, ditalingakeun deui koe Djrg. Moch. Enoch ti Bandoeng”).
Pengalaman mengelola surat kabar ditulisnya dalam “Nepi ka 10 taoen” (dalam 10 Taoen Dagblad Sipatahoenan, 1933). Dia mengatakan tidak mau berbangga hati saat mengelola Sipatahoenan, karena ia juga mendapatkan bantuan dari mitranya di jajaran direksi (“djisim koering moal rek pandjang tjarita, da bisi kaasoep kana paribasa ngeupeul ngahoeapan maneh, da poegoeh djisim koering pribadi dibantoe koe para kantja dina rengrengan directie ieu soerat kabar, noe moelasarana oge”).
Mochamad Enoch mengatakan semula merasa khawatir dan malas saat hendak menerima kepindahan Sipatahoenan dari Tasikmalaya ke Bandung, sebab ia bukan ahli dalam mengelola surat kabar (“ari tadina mah ngarasa salempang djeung hoream, rek nampa pindahna Sipatahoenan ti Tasikmalaja ka Bandoeng teh, boeboehan lain ahli noe maranti, ngaloeloegoean bedjrif soerat kabar teh”). Namun, karena dikerjakan secara bersama dan diawasi betul-betul, ia menganggap surat kabar tersebut dapat berkembang dengan pesat, bahkan lebih maju daripada sebelum dibawa pindah ke Bandung (“Tapi koe lantaran dipigawena babarengan tea, sarta dititenan noe saenjana, henteu boeroeng bae geuning pinanggih djeung kamadjoeanana, malah djisim koering bisa njeboetkeun, geus leuwih madjoe ti batan samemeh pindah ka Bandoeng”).
Keterlibatan Enoch juga ditulis oleh redaktur E. M. Dachlan dalam tulisan “Notitie” (Sipatahoenan, 20 April 1938). Sebelum menyebut-nyebut Enoch, Dachlan menyatakan “Sipatahoenan dipindahkeunana ti Tasikmalaja ka Bandoeng dina tanggal 15 October 1931” (Sipatahoenan dipindahkan dari Tasikmalaya ke Bandung pada tanggal 15 Oktober 1931). Saat itu, katanya, pimpinan direksi dipegang oleh Mochamad Enoch dan O. Sanoesi, tetapi sejak Oktober 1936 dipegang oleh Oto Iskandar di Nata (“Waktoe harita pimpinan Directie koe Djoeragan Moehamad Enoch djeung Djrg. O. Sanoesi, tapi ti mimiti boelan October 1936, ditjepeng koe Djoeragan Oto Iskandar di Nata”).
Baca Juga: SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #32: Asikin, Abas Nataadiningrat, dan Kosim
SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #33: Bangsa Haen dan Bangsa Herman
SEJARAH SIPATAHOENAN 1924-1942 #34: Rubrik Pagoejoeban Sagawe, Atikan, Pergerakan, dan Pakasaban
E. M. Dachlan
Riwayat singkat E. M. Dachlan bisa dibaca dalam Ensiklopedi Sunda (2000: 174). Di situ dikatakan, ia bernama lengkap Elon Muhammad Dachlan, kelahiran Tasikmalaya tahun 1910. Sejak kecil dia aktif di dunia pergerakan, yaitu di Sarikat Rakyat. Pada usia 14 tahun, tulisannya sudah dimuat dalam surat kabar Soerapati. Ia juga membuka toko buku dan taman bacaan serta menjadi membantu Sipatahoenan. Tahun 1932, ia diangkat menjadi redaktur Sipatahoenan di Bandung dan pada 1934 terkena delik pers sehingga mendapat hukuman tiga bulan.
Kegiatan di dunia keredaksian ia lanjutkan pada 1938 kala menerbitkan majalah tengah bulanan Panungtun Kamajuan dan sejak 1939 memimpin berkala resmi Paguyuban Pasundan, Pasoendan, di samping memimpin mingguan Panerangan yang diterbitkan Bupati Bandung Wiranatakusumah. Zaman Jepang, dia mengelola majalah Pedoman Radio di Bandung dan mendirikan pabrik kopi. Tahun 1943, Elon ditangkap oleh Kenpetai dan dihukum sembilan bulan. Ia sempat juga menjadi pemimpin redaksi Harian Indonesia di Bandung tahun 1948.
E. M. Dachlan mengungkapkan keterlibatannya sebagai redaktur Sipatahoenan dalam tulisan “Notitie” (1938). Di situ, dia mengatakan “Dina rengrengan redactie, ti mimiti tanggal 18 Maart 1932, katambahan koe sim koering nepi ka ajeuna” (pada jajaran redaksi, sejak tanggal 18 Maret 1932 ditambah oleh saya hingga sekarang). Artinya, apa yang disebutkan dalam Ensiklopedi Sunda benar dan hingga April 1938 berarti Elon sudah menjadi redaktur Sipatahoenan selama sekitar enam tahun.
Betul pula bahwa dia terkena delik pers tahun 1934 dan prosesnya berlangsung hingga 1935. Beritanya muncul sejak edisi 18 Oktober 1934, yang menyebutkan hari itu, Elon akan diperiksa di Hoofdbureau van Politie Cicendo setelah sakit. Deliknya sendiri terkait dengan pemuatan tulisan Soekmara Komariah berjudul “Hiroep Oelah Kadjongdjonan” dalam rubrik “Leleson Dinten Minggoe” dan dimuat dalam edisi 28 Juli 1934 (Sipatahoenan, 28 Juli 1934; 20 Oktober 1934; 4 Juni 1935).
Elon diperiksa lagi pada 4 Juni 1935 dan kasusnya sudah dilimpahkan ke Landraad Bandoeng (pengadilan Bandung). Tetapi karena pembelanya Rd. Idih Prawira di Poetra berhalangan, pemeriksaan diundurkan ke 9 Juli 1935. Akhirnya, E.M. Dachlan divonis bersalah pada 6 Agustus 1935 dan diberi hukuman denda sebesar f. 50 atau hukum bui selama dua bulan (Sipatahoenan, 6 Agustus 1935).
Saat menulis biasanya dia menggunakan nama asli E. M. Dachlan seperti yang tampak dalam tulisan “Ngadjadjah Doenja” (Sipatahoenan, 20 Januari 1934), iklan berbentuk puisi “Goegoeritan Tan Tjoei Gin” (18 Mei 1935), “Melak Hoei Koemeli” (29 Januari 1935), puisi “Dangdanggoela Laoet Kidoel (Warisan Djoeragan Kalipah Apo)” (2 Februari 1935), “Sipatahoenan 15 Taoen” (24 April 1938), dan “Mi’radjna K. N. Moehammad s.a.w.” (24 September 1938). Namun, ada pula yang menggunakan inisial EM atau EMD. Tulisan-tulisannya yang menggunakan inisial EM adalah puisi “Wadal Sipatahoenan: Dangdanggoela” (23 Februari 1935), “Oerang Soenda djeung Pakasabanana” (8 Januari 1936), dan “Soerat kabar Inlander …!?” (23 Januari 1936). Sedangkan inisial EMD digunakannya saat mengisi rubrik “Notitie” seperti yang terlihat dari tulisan “Saha anoe rek diobral deui?” (28 April 1938) dan “Moendoet Gratis” (12 April 1938)
Kegiatannya sebagai penjual buku atau pemilik toko buku antara lain terpantau saat mengiklankan buku Qoer’an Soendawijah dalam Sipatahoenan edisi 25 Juni 1936. Di situ dikatakan “Oepami Djoeragan ngintoenkeun artos f. 0.80 ka sim koering, engke ka boemi tangtos nampi 2 djilid boekoe anoe kasebat di loehoer. (ti ngawitan djoez Alip Lam Mim doegi ka tamatna djoez Sajakoeloes”. Saat itu ia menggunakan alamat “Gr. Postweg Oost 123, Bandoeng”.
Iklan buku Qoer’an Soendawijah terus bertahan hingga 1937, ditambah iklan buku Agan Mimi: Masakan Pasi. Buku ini diiklankan pada edisi 8 Januari 1937, dengan narasi: “Da eta mah Agan Mimi, pantes dipikameumeut koe sepoehna oge, djaba ti sae roepi, hade basa teh iasa masak sagala roepi kaolahan. Paingan atoeh, da kagoengan boekoe MASAKAN PASI. Sae mirah, pangaosna moeng f. 0,60. Tampi di boemi”. Alamat yang digunakan E. M. Dachlan diganti menjadi Oude Kerkhofweg 34.
Agaknya E. M. Dachlan terakhir menjadi redaktur Sipatahoenan tahun 1938. Karena pada edisi 9 November 1939 sudah muncul berita “Djadi Redacteur Orgaan Pasoendan: Djrg. E.M. Dachlan”. Pada berita dikatakan, “Noeroetkeun poetoesan vergadering Dag. Hoofdbestuur Pagoejoeban Pasoendan anoe diajakeun peuting tadi di Bandoeng, ditetepkeun (benoemd) kana redacteur officieel orgaan Pagoejoeban Pasoendan Djoeragan E. M. Dachlan, oeroet 1e Redacteur Sipatahoenan” (Menurut keputusan rapat harian Pengurus Besar Paguyuban Pasundan yang diselenggarakan tadi malam di Bandung, Tuan E. M. Dachlan diputuskan untuk diangkat menjadi redaktur berkala resmi Paguyuban Pasundan).
Selain itu, dia menjadi agen Sipatahoenan untuk wilayah Ciparay-Majalaya pada tahun 1939. Ini terlihat dari pengumuman yang dipasang pada edisi 30 November 1939. Di situ dikatakan, “Kangge ngagampilkeun perhoeboenganana para abonne’s Sipatahoenan di wewengkon Tjiparaj sareng Madjalaja, ti ngawitan dinten ieu ‘panagihan artos langganan (adverteerders) di eta wewengkon, didjalankeunanana koe agentschap Sip. p.a. Djr. E. M. Dachlan Tjiparaj” (Untuk mempermudah perhubungan para langganan Sipatahoenan di daerah Ciparay dan Majalaya, mulai hari ini penagihan uang langganan di daerah tersebut akan dijalankan oleh agen Sipatahoenan, yaitu E. M. Dachlan di Ciparay).
Niti Soemantri
Biodata Niti Soemantri dapat disimak dari Orang Indonesia yang Terkemuka di Jawa (1944, 1986: 287). Nama lengkapnya Achmad Niti Soemantri. Ia lahir di Garut pada 20 Agustus 1901. Pendidikannya antara lain Standaardschool (sekolah dasar) dan Normaalschool (Sekolah Guru Sekolah Dasar) yang diselesaikannya tahun 1920.
Kariernya antara lain menjadi guru Standaardschool di Cipanas, Cianjur, antara 1920-1925, merangkap sebagai pembantu tetap mingguan Padjadjaran dan Matahari di Bandung. Antara 1925-1927 dia menjadi guru di Volskschool Cianjur. Ia juga sempat dibuang ke Boven Digul antara tahun 1927 hingga 1931. Sekembali dari Digul, Niti menjadi pembantu tetap Sipatahoenan dan guru Hollandsch Inlandsche School (HIS, Sekolah Dasar Bumiputera berbahasa Belanda) Pasoendan antara 1933-1936. Niti diangkat menjadi anggota dewan Kabupaten Sukabumi dan menjadi college van gecommitteerd-nya antara 1932 hingga 1936 dan anggota dewan Kota Bandung sejak 1 Juni 1942 hingga 1944.
Di perhimpunan-perhimpunan yang diikutinya ia antara lain pernah menjadi wakil pengurus besar Perserikatan Normaal School (PNS) dan pemimpin redaksi Madjallah Soeara Normaal School (1920-1925); anggota Sarekat Rakyat cabang Cianjur (1925-1927); pendiri dan ketua Koperasi Oesaha Desa Soekaboemi (1932); pengurus umum Paguyuban Pasundan, sekretaris Paguyuban Pasundan, Fonds Social Oemoem, fraksi Indonesia di dewan kabupaten, dan pengurus Poesat Koperasi Soekaboemi (1933-1936); ketua Poesat Koperasi Bandoeng dan anggota pengurus umum GAPKI atau Gaboengan Poesat Koperasi Indonesia (1938-1943).
Bila melihat rekam jejaknya, Niti Soemantri sudah menulis dalam bahasa Sunda sejak tahun 1920 dan menjadi pembantu tetap Sipatahoenan sejak tahun 1933 saat bekerja menjadi guru di HIS Pasoendan Sukabumi. Bahkan dia aktif menjadi anggota pengurus besar Paguyuban Pasundan. Rekam jejaknya ini juga terkonfirmasi dalam berita-berita Sipatahoenan tahun 1930-an.
Pada pengumuman “Bewara Agent Sipatahoenan di Soekaboemi” (Sipatahoenan, 20 Oktober 1934) diketahui bahwa Niti Soemantri menjadi agen Sipatahoenan sejak 1 Oktober 1934 yang diberi mandat untuk menagih uang berlangganan (“Ti ngawitan 1 October 1934 panagihan artos langganan didjalankeun deui koe Agent, anoe ditjepeng koe Djoeragan NITI SOEMANTRI, Spoorlaan Soekaboemi”). Namanya sebagai agen Sipatahoenan masih tercatat dalam daftar agen hingga tahun 1935, seperti yang tertera dalam edisi 15 April 1935 dengan alamat “Spoorlaan, Soekaboemi”.
Setahun kemudian, ketika sudah menetap di Bandung, Niti Soemantri diangkat menjadi salah seorang yang membantu administrasi Sipatahoenan. Konteksnya, saat itu Sipatahoenan baru saja memiliki percetakan sendiri sejak Agustus 1936 dan memutuskan pindah kantor ke Bantjeuj 34. Menurut E.M. Dachlan (“Notitie”, Sipatahoenan, 20 April 1938), “Sanggeusna di Bantjeuj, rengrengan redactie katambahan koe Djoeragan Kosim djeung di administratie katambahan deui koe Djoeragan Nitisoemantri” (Setelah pindah ke Banceuy, jajaran redaksi bertambah dengan Tuan Kosim dan di administrasi bertambah lagi dengan Tuan Niti Soemantri).