• Kolom
  • SISI LAIN SCHOEMAKER #14: Beralih ke Islam

SISI LAIN SCHOEMAKER #14: Beralih ke Islam

Wolff Schoemaker menyatakan dirinya masuk Islam di hadapan Khalid Sheldrake di Bandung. Ia kemudian mengumumkan nama Islamnya yakni Kemal Wolff Schoemaker.

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Berita mengenai Wolff Schoemaker yang telah memeluk Islam pada koran Algemeen Handelsblad 27 Januari 1934. (Sumber: Dokumentasi Hafidz Azhar)

6 Oktober 2023


BandungBergerak.id – Dalam Arsitektur Tropis Modern: Karya dan Biografi C.P. Wolff Schoemaker, C.J. van Dullemen mencatat bahwa beralihnya Wolff Schoemaker ke dalam agama Islam sudah dilakukan sejak tahun 1915. Keterangan ini sangat keliru, mengingat ada beberapa keterangan yang menyebutkan jika masuknya Wolff Schoemaker dalam agama Islam baru terjadi di tahun-tahun belakangan. Tentu saja informasi ini dapat dilacak pada koran-koran sezaman seperti yang dimuat dalam Algemeene Handelsblad 27 Januari 1934, De Indische Courant 13 Januari 1934, De Telegraaf 29 Januari 1934, dan De Standaard 29 Januari 1934 seraya mengutip dari AID Preangerbode. Koran-koran tersebut melaporkan bahwa Wolff Schoemaker telah masuk Islam beberapa tahun sebelumnya di Kairo.

Tidak hanya itu, beralihnya Schoemaker ke dalam agama Islam disahkan secara langsung di hadapan Khalid Sheldrake yang kala itu sedang berada di Bandung. Selain itu, dalam momen ini pula Schoemaker menyandang nama Islamannya, yakni Kemal Wolff Schoemaker.

Koran Sipatahoenan edisi 10 Januari 1934 juga turut memberitakan kepindahan Schoemaker ke dalam Islam. Dalam media tersebut dilaporkan bahwa Comite Penjamboetan Dr. Khalid Sheldrake di Bandung memberi informasi jika Wolff Schoemaker secara sah telah memeluk agama Islam di hadapan Khalid Sheldrake. Dengan disaksikan oleh kalangan umat Muslim yang lain, Wolff Schoemaker telah menempuh pengucapan dua kalimat syahadat.

Baca Juga: SISI LAIN SCHOEMAKER #11: Menjadi Anggota Nederlandsch Instituut van Architecten
SISI LAIN SCHOEMAKER #12: Menjadi Mentor Sukarno
SISI LAIN SCHOEMAKER #13: Kedatangan Khalid Sheldrake

Salat Jumat Bersama Dr. Khalid Sheldrake

Bukan hanya itu, Sipatahoenan 13 Januari 1934 melaporkan rekaman mengenai kehadiran Schoemaker saat dirinya sedang melaksanakan ritual salat Jumat. Wolff Schoemaker ditemani Dr. Khalid Sheldrake bersama wakilnya, Khalid Simson terlihat melakukan salat Jumat di sebuah kauman di Bandung. Kendati demikain, kemunculan ketiga tokoh tersebut malah menimbulkan nuansa keanehan di tengah umat Muslim yang lain berkaitan dengan pakaian yang dikenakan oleh Schoemaker, Sheldrake dan juga Simson. Dalam ritual salat Jumat ini, ketiganya tampak memakai celana panjang yang menutupi mata kaki, sehingga tampilan itu dianggap berbeda dari apa yang sering dikenakan masyarakat Muslim Bumiputera pada umumnya.

Sakoemaha geus diterangkeun dina ieu soerat kabar, jen ajeuna Prof. Kemal Wolff Schoemaker geus ngagem agama Islam. Djoemaah kamari andjeunna djeung Dr. Khalid Sheldrake nja kitoe deui Mr. Simson geus arangkat ka kaoem ngadon netepan Djoemaah. Koe lantaran atjan djadi kabiasaan di kaoem Bandoeng aja noe saralat dipantalon, tangtoe bae henteu saeutik anoe hookeun, kawawoeh ieu mah lain bangsa Indonesia (Sebagaimana telah diterangkan dalam surat kabar ini, bahwa sekarang Prof. Kemal Wolff Schoemaker sudah memeluk agama Islam. Jumat yang lalu dirinya bersama Dr. Khalid Sheldrake juga Mr. Simson berangkat ke mesjid untuk menjalankan salat Jumat. Karena belum menjadi kebiasaan di mesjid Bandung ada yang salat mengenakan pantalon, tentu saja tidak sedikit yang merasa keheranan lantaran bukan dari tradisi masyarakat Indonesia) (Sipatahoenan, 13 Januari 1934).

Kebersamaan Wolff Schoemaker dengan Dr. Khalid Sheldrake dan Mr. Simson memang tidak terlepas dari kunjungan dua tokoh dari Asosiasi Islam Barat tersebut ke Bandung. Dalam Sipatahoenan 11 Januari 1934 dilaporkan telah berlangsung acara penyambutan Dr. Khalid Sheldrake di gedung Societeit Ons Genoegen pada 10 Januari malam. Antusias warga membuat gedung besar itu berjejalan karena ingin melihat perawakan dua tokoh Islam dunia yang ketika itu tengah menjadi kesohor. Selain itu kegiatan tersebut juga dihadiri oleh para pejabat seperti Bupati Bandung, R.A.A. Wiranatakusumah V, perwakilan dari Volksraad, Kemal Wolff Schoemaker yang disebutkan baru saja memeluk Islam, Ir. V Leeuwen dari Nederlandsch Indische Theosofie Vereeniging (NITV), Wakil Penasihat Urusan Pribumi, Polietieke Inlichtingen Dienst (PID), HH. Albreght, Asisten Wedana, Djanatakum Natasubrata, mantri polisi bernama Rachmat, serta para pejabat dan pemuka lainnya.

Masuk Islam karena Alasan Keyakinan yang Kuat

Penting untuk diperhatikan, bahwa beralihnya Schoemaker ke dalam Islam, konon, disertai dengan alasan keyakinan yang kuat. Alasan itu dapat dijumpai dalam acara pertemuan yang digelar oleh Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Cicalengka pada 15 Juli 1934. Pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh NU Cicalengka dan pejabat setempat turut menghadirkan juga Kemal Wolff Schoemaker bersama tokoh Islam lain dari Bandung. Dalam kesempatan itu Wolff Schoemaker berpidato dan menjelaskan alasan dirinya memeluk agama Islam. Di samping itu Schoemaker mengungkapkan bahwa ia telah memeluk agama Islam sejak sepuluh tahun sebelumnya, saat ia tengah berada di Mesir. Poin utama pada pidato Schoemaker ini, yaitu, bahwa ia mempunyai ketertarikan terhadap agama Nabi Muhammad SAW itu. Menurutnya agama Islam mengandung keluhuran dan keagungan bila dibandingkan dengan agama lainnya. Pidato ini pun terekam dalam Sipatahoenan 17 Juli 1934.

Saenjana djisim koering geus aja 10 taoenna meloek agama Islam teh, njaeta ngawitan di Mesir. Pangna djisim koering ninggalkeun agama ti karoehoen koering, doemeh djisim koering pohara katarikna koe agama Nabi Moehammad s.a.w. teh. Djisim koering boga kajakinan tina kaloehoenganana, kaagoengan agama Islam, estoe henteu aja agama anoe bisa ngelehkeun (Sebetulnya sejak 10 tahun yang lalu saya sudah memeluk agama Islam saat berada di Mesir. Alasan saya meninggalkan agama dari nenek moyang saya, sebab saya begitu tertarik oleh agama Nabi Muhammad SAW. Saya mempunyai keyakinan dari keluhungannya, keagungan agama Islam, bahkan tentu saja tidak ada agama yang bisa mengalahkannya).

Pada tahun 1938, Kemal Wolff Schoemaker melangsungkan kepergiannya ke Mekkah. Koran-koran berbahasa Belanda seperti De Indische Courant 22 Juni 1938, Bataviaasch Nieuwsblad 22 Juni 1938 dan Het Vaderland: staat-en letterkundig nieuwsblad 1 Juli 1938 menyebutkan bahwa pada bulan Desember 1934 Wolff Schoemaker akan pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji menggunakan kapal Sibajak. Rencana ini, konon, akan berlangsung selama 1 tahun, sekaligus menegaskan keislaman Kemal Wolff Schoemaker setelah ia berhasil menjalankan rukun Islam yang terakhir itu.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//