• Kampus
  • Hawa Politik Mulai Terasa di Kampus-kampus Indonesia

Hawa Politik Mulai Terasa di Kampus-kampus Indonesia

Unpar, Bandung, menghadirkan tim-tim sukses. Kampus Undip, Semarang, menggelar sosialisasi politik dengan pertunjukan wayang kulit.

Kumpulan baliho kampanye di perempatan Jalan Sukajadi, Bandung, Rabu (31/5/2023). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana26 Oktober 2023


BandungBergerak.idPemilu 2024 yang terdiri dari pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) tinggal hitungan bulan. Hawa politik sudah terasa di mana-mana, begitu juga di kampus-kampus.

Baru-baru ini di kampus Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Bandung, dihelat talk show “Peran Mahasiswa Dalam Membangun Kesadaran Politik yang Memiliki Etika dan Martabat di Lingkungan Universitas”, Selasa, 17 Oktober 2023.

Diskusi hasil kerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) ini merupakan salah satu rangkaian acara dari Pemilihan Umum Persatuan Mahasiswa Unpar (PUPM Unpar) dan dihadiri oleh para kandidat pemilihan umum serta tim sukses mereka.

Adapun narasumber pada talk show hari ini adalah Edgar Shar Gunawan, Tanius Sebastian, dan Adito Palendar Rusdianto, serta dimoderatori oleh seorang mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Ghina Luthfi Nur Wulandari.

Henky Muljana selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unpar mengatakan, acara ini sebagai persiapan dalam memulai perjalanan demokrasi di lingkungan kampus.

Tujuan dari talk show seperti yang dipaparkan oleh Henky adalah untuk mengkaji aspek-aspek penting berpolitik dengan memiliki etika dan martabat sebagai mahasiswa yang akan menentukan kualitas sebagai mahasiswa.

“Apa pun perannya, yang dipilih dan yang memilih, harus memiliki martabat dalam berpolitik,” ujar Henky, dalam sambutan, dikutip dari laman Unpar, Kamis, 26 Oktober 2023.

Sesi diskusi dibuka dengan melontarkan pertanyaan mengenai definisi politik menurut para narasumber.

Dapat disimpulkan dari para narasumber bahwa terdapat dua pandangan mengenai apa definisi dari politik sendiri. Ada yang menyatakan bahwa politik dimaknai sebagai urusan publik atau civic affairs dan memperjuangkan orientasi publik, ada juga yang berpendapat bahwa politik merupakan sebuah proses menuju kekuasaan.

Sebagai seorang mahasiswa, tentunya kita pernah terlibat dalam kegiatan politik di lingkungan universitas. Adito berpendapat bahwa kita sebagai mahasiswa tidak perlu terjun langsung sebagai kandidat untuk dapat dikatakan berpartisipasi dalam politik.

“Ada beberapa tingkatan untuk bisa berpartisipasi dalam politik. Mengetahui, tertarik, terlibat. Se-simpel kamu mengetahui soal politik kampus, kamu dapat dikatakan sudah berpartisipasi,” ujar mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional ini.

Stigma mengenai politik kampus yang “kotor” membuat partisipasi para mahasiswa dalam berpolitik di lingkungan universitas menurun. Tanius sendiri berpendapat bahwa menurunnya partisipasi mahasiswa atau sifat apatis mahasiswa bukanlah suatu hal yang baru.

Hal ini tidak mengherankan karena berdasarkan pemaparan Tanius, kepentingan akademik para mahasiswa tidak pernah digubris oleh organisasi kemahasiswaan yang membuat seolah-olah kegiatan kemahasiswaan tidak berhubungan dengan kepentingan akademik para mahasiswa.

Edgar juga menambahkan bahwasannya mahasiswa Unpar bukannya tidak aktif, tetapi aktif di tempat lain seperti tempat magang yang menurutnya menghasilkan sesuatu yang lebih nyata seperti insentif atau gaji.

Untuk menaikkan kembali partisipasi mahasiswa dalam politik kampus, Adito berpendapat agar para kandidat yang akan menjadi sosok yang dipilih oleh para mahasiswa bisa mempersiapkan program-program kerja yang lebih relevan dengan kebutuhan para mahasiswa saat ini.

KPU Goes to Campus

Di kampus Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, KPU menggelar acara KPU Goes to Campus, Senin, 23 Oktober 2023. Sosialisasi politik oleh KPU ini menggunakan media wayang kulit dengan lakon “Kresna Duta”.

Tabuhan gamelan berseling dengan harmonisasi ‘keprak’ dan ketukan ‘cempala’ menjadi latar saat dalang melanggamkan githa, “Dongeng kuno Mahabarata kang wus tedhak ing tanah Jawa, minangka kaca brenggala, dene urip kudu ngudi sampurnaning budi miyak reridu kang ngreribeti.”

Dongeng kuno Mahabharata yang sudah banyak dikenal di tanah Jawa, sebagai cermin (media refleksi) bahwa hidup harus senantiasa berupaya mencari kesempurnaan budi pekerti, menyingkirkan segala penghalang yang mengganggu_red. Lakon Kresna Duta adalah sebuah awal dari kisah perang besar di Kurusetra antara Pandawa dan Korawa, yang terkenal dengan Perang Baratayuda

Dalam sambutan, Dekan FISIP Undip Hardi Warsono mengatakan, penyelenggaraan pemilu memerlukan peran serta masyarakat luas, tidak terkecuali para mahasiswa dan mahasiswi. Keterlibatan mereka diperlukan, selain untuk meningkatkan kehadiran dan penggunaan hak memilih (voter turout), juga sebagai bagian dari demokrasi.

Baca Juga: Ketiadaan Politik Kewargaan di Tengah Pemilu
Perebutan Pengaruh Partai Politik Berhaluan Agama dan Nasionalis di Jawa Barat Menjelang Pemilu 2024
Tahapan Pemilu 2024, dari Pemutakhiran Data Calon Pemilih hingga Hari Pemungutan Suara 14 Februari

“Saya menyambut baik acara ini. Selain sebagai upaya kita untuk menyongsong pelaksanaan pemilu yang makin baik, juga khusus untuk mahasiswa di lingkungan Universitas Diponegoro, supaya memperoleh informasi sebanyak-banyaknya, setepat-tepatnya, hingga meningkatkan literasi pemilu di kalangan mahasiswa. Tidak lain pula, supaya mahasiswa tidak salah pilih dan tidak salah memilih, dan kepada siapa pilihan dijatuhkan,” kata Hardi, dikutip dari laman KPU RI

KPU telah melaksanakan tahapan sejak 14 Juni 2022. Ada aspek strategis yang sudah dihasilkan, yaitu terkait dengan daerah pemilihan, metode pencalonan, metode konversi suara, termasuk pemilih, peserta pemilu. Sementara partai politik peserta pemilu telah ditetapkan pada tanggal 14 Desember 2022. Saat ini sedang berproses peserta pemilu perseorangan DPD, yang akan ditetapkan tanggal 3 November 2023.

“Jumlah pemilih di Jawa Tengah 28 juta. 52 persen pemilih di Jawa Tengah adalah first time voter maupun second time voter, sehingga potensi 52 persen itu harus diambil peluangnya, supaya tidak ada orang jahat yang duduk di kekuasaan,” kata Hardi.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tulisan-tulisan Iman Herdiana, atau artikel-artikel lain tentang Pilpres atau Pemilu 2024

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//