Ekshibisi Pameran Cerpen Oh Tina!: Imajinasi Kehidupan Pernikahan Fiktif Tina Kosasih dan Joi Rumengan
Beberapa seniman interdisiplin dalam dan luar negeri menginterpretasikan perjalanan pernikahan fiktif Tina dan Joi dalam cerpen Oh Tina! karya Suina Latersia.
Penulis Awla Rajul6 November 2023
BandungBergerak.id – Cerpen Oh Tina! adalah kelanjutan kisah cinta Tina Kosasih dan Joi Rumengan setelah menikah dan menjalani kehidupan bersama di sebuah rumah. Pernikahan mereka ditampilkan simbolis melalui dua pasang sepatu di pelaminan. Namun pernikahan tersebut nyatanya tak berjalan mulus sebagaimana 10 tahun lalu saat mereka berpacaran. Kehidupan pernikahan mereka menghadapi banyak kerikil dan jalanan terjal. Tina dan Joi sama-sama merasakan kelam dan pahitnya pernikahan.
Cerpen Oh Tina! yang ditulis oleh Suina Latersia tersebut diinterpretasikan menjadi bermacam karya seni dengan dramaturgi dan pengemasan berbeda-beda dengan arahan Dea Widya sebagai direktur artistik. Karya-karya seni tersebut disajikan dalam Site-Specific Performance and Exhibition yang digelar di The Lodge Foundation, Jalan Sumur Bandung Nomor 6, Bandung.
Kehidupan pernikahan Tina dan Joi memang sengaja ditulis tidak gamblang di dalam cerpen. Beberapa seniman interdisiplin menginterpretasikan sekuel cerpen dalam karyanya masing-masing. Pengunjung bisa saja masih menyimpan teka-teki setelah mengikuti ekshibisi ini atau bahkan merasakan pengalaman pribadi yang mengesankan.
Salah satu pengunjung, Zahra (22 tahun), freshgraduated dari Universitas Telkom sengaja mengikuti ekshibisi Site-Specific Performance and Exhibition pada Jumat, 3 November 2023, malam. Ia memang belum membaca cerpen pertama dan tidak menghadiri pameran cerpen pertama yang dibalut sajian pernikahan fiktif Tina dan Joi pada September 2022 lalu, namun ia merasakah kisah dalam sajian cerpen tersebut ada yang terhubung dengan hidupnya.
“Ini bener-bener ngungkapin apa yang ada di isi hati masing-masing kita dan itu bener-bener kerasa banget,” ungkap Zahra kepada BandungBergerak.id, Jumat, 3 November 2023.
Zahra menilai para seniman lewat karya-karyanya masing-masing hendak mengungkapkan perasaan yang belum usai antara Tina dan Joi. Secara pribadi ia sangat terkesan dengan beberapa simbolis yang dihadirkan seperti headpeace pernikahan, percakapan Telegram, dan dua kopi yang teronggok di meja makan.
“You should really try this, because it’s not just an ordinary exhibition and this is really giving you experience to feel the depthness of that empty-feelings. You can relate with personal more (Kalian beneran harus cobain ini, karena ini gak cuma ekshibisi biasa dan ekshibisi ini memberikan pengalaman yang dalam tentang kehampaan. Kalian akan lebih terhubung dengan masing-masing personal kalian),” ujar Zahra.
Baca Juga: Ultimus dan Kontras Terbitkan Buku Cerpen Berita Kehilangan
Relasi Kuasa dalam Cerpen Musibah
Pameran UP Instant: Membingkai Ingatan dalam Selembar Foto Wajah
Menawarkan Ekshibisi Berbeda
Ada sejumlah seniman mancanegara dan Indonesia yang berkolaborasi dalam ekshibisi ini, di antaranya adalah Danielle Lemaire (Netherlands), Kristofer Svensson (Swedia), Kelvin Djunaidi (Indonesia), Alexander Schellow (Belgia), Joanna Zabielska (Austria), The Futile Corporation (Austria), Afrizal Malna (Indonesia), dan Hengky and Kids (Indonesia).
Site-Specific Performance and Exhibition yang didukung oleh Goethe Institut-Bandung dan The Lodge Foundation ini dapat dinikmati sejak 2 hingga 8 November mulai pukul 19.00 hingga 21.00. Setiap harinya akan ada dua sesi, masing-masing satu jam dan hanya 10 orang pengunjung yang bisa mengikuti ekshibisinya. Ekshibisi ini terbuka untuk umum dari segala usia.
Selain Site-Specific Performance and Exhibition, rangkaian kegiatan ini juga akan diisi dengan Lokakarya Menulis Kreatif, dan Temu Penulis dan Bincang-bincang Para Seniman yang akan diadakan pada Rabu (8/11/2023) mendatang. Kegiatan penutup ini sekaligus akan dimeriahkan oleh penampilan Hengky and Kids.
Penulis cerpen Oh Tina!, Suina Latersia mengungkapkan cerpen kedua ini ditulis dengan fokus sudut pandang dan cara menulis Suina. Pada cerpen pertama, ia menulis dengan Tegar Pratama tentang bagaimana dua sejoli ini pacaran selama 10 tahun yang “to good to be true”. Lalu pada sekuel ini menceritakan kehidupan pernikahan yang berjalan hampir setahun namun banyak persoalan.
Suina mengakui bahwa ide cerita ini merupakan ide yang biasa dan akan banyak ditemui di kehidupan sehari-hari. Namun, dari cerita sederhana inilah ia hendak membuatnya menjadi sesuatu yang lebih dengan menggabungkan seniman-seniman multidimensi ke dalam sebuah pertunjukan yang disajikan secara berbeda. Suina juga menyebut, sebagai penulis ia menyerahkan ke masing-masing pengunjung bagaimana interpretasi dari kisah Tina dan Joi melalui serangkaian seni multidimensi yang dihadirkan.
“Setelah mereka melewati serangkaian ‘wahana’ ini, mereka tu keluar bisa macam-macam, bisa yang masih ada pertanyaan atau masih ada yang merasakan sedih banget ya jadi Joi atau Tina. Tapi itu sebenarnya, sebagai penulis menyerahkan semua kepada audiens. Karena nanti next untuk tahun depan, triloginya, entah itu selesai atau gimana, lihat nanti,” terang Suina usai ekshibisi sesi kedua, Jumat, 3 November 2023.
Suina juga menilai, konsep dari sebuah cerpen lalu dikembangkan menjadi karya seni multidimensi yang dibungkus menjadi Site-Specific Performance adalah sesuatu yang baru. Pada Lokakarya Menulis Kreatif, Suina pun hendak memberi motivasi kepada orang-orang untuk melakukan seni, berkolaborasi.
Sebab Suina bukanlah sosok yang lahir dan menempuh pendidikan seni. Namun ia merasa bersyukur dikelilingi lingkungan seniman, sehingga cerpennya bisa ditanggapi melalui karya seni yang berbeda-beda. Makanya ia hendak mengajak setiap orang untuk berseni, apa pun kemampuan seni yang bisa dijalani.
“Tapi itu terjadi, makanya itu kayak memberikan semangat ke orang lain kayak kamu bukan dari sekolah seni, tapi sebenarnya aku pinging ini-gini,” ungkap Suina meniru perkataan orang. “Kamu bisa loh bikin. Jadi itu kayak semacam kampanye terselubunglah (untuk motivasi).”
Suina pun menyarankan masyarakat untuk datang ke ekshibisi ini untuk merasakan pengalaman baru yang berbeda. Ia sengaja tidak memberikan banyak penjelasan kepada pengunjung. Sebab ia sendiri ingin para pengunjung antusias dan merasakan sendiri bagaimana cerita Tina dan Joi melalui ekshibisi.
Ekshibisi ini pun dinilai membuat masyarakat lebih melek dan disiplin. Sebab, pengunjung harus membaca cerpen dahulu, mengikuti aturan jalannya ekshibisi, dan merasakan sendiri pengalamannya.
“Jadi gak cuma datang ke museum atau ke galeri, foto-foto. Tapi ini ada rules yang berarti kita semakin maju untuk peka dan maju untuk melihat seni itu bisa kayak gini, rulesnya kayak begini-begini dan kita semakin sensitive sih liat sesuatu yang baru di Bandung khususnya,” terang Suina.
Musisi dan komposer asal Swedia, Kristofer Svensson (33 tahun) menceritakan dirinya bisa ikut kolaborasi dalam ekshibisi ini usai berkontak dengan Suina melalui Instagram. Keduanya saling bertukar karya. Kris lalu menerima ajakan dari Suina untuk berkontribusi menanggapi cerpen Oh Tina! dengan karya musik. Kris mengaku baru pertama kali mengikuti ekshibisi yang dilakukan semacam ini dan merasa berkesan.
“I extremely impressed with the make of the exhibition, the way they put in one hand, the take qualities of everything that they build and then the way they brought it together into one exhibition in this house. Ya it’s beautiful, very impressed (Saya sangat terkesan dengan pembuatan ekshibisi ini, cara mereka menggabungkannya, kualitas yang dibangun, dan cara menggabungkannya dalam ekshibisi di rumah ini. Sangat indah dan sangat terkesan,” ujar Kris.
Secuplik Ekshibisi
Selama pelaksaannya, ekshibisi ini dilakukan dalam dua sesi, masing-masing satu jam dan hanya 10 pengunjung yang bisa mengikutinya. Pengunjung dapat meregistrasi kehadirannya melalui akun Instagram @tinadanjoi. Setelah registrasi, pengunjung akan diarahkan untuk membaca cerpen Oh Tina. Selama mengikuti ekshibisi, pengunjung tidak diperkenankan membawa dan menggunakan telepon genggam.
Tapi, secara misterius, handphone pengunjung nantinya akan ada di sebuah ruangan untuk berinteraksi dengan Tina sebagai Joi melalui aplikasi Telegram. Ekshibisi ini dimulai dengan melalui sebuah lorong gelap yang bertali-temali. Pengunjung akan diarahkan melalui petunjuk cahaya. Pengunjung dapat menginterpretasi bagaimana jalan cerita Tina dan Joi dari berbagai seni, seperti lukis, gambar, musik, seni rupa, dan instalasi yang berada ruang-ruang yang berbeda.