• Buku
  • RESENSI BUKU: Johnny Mushroom Mencari Arti Kehidupan dari Urban Terpinggirkan

RESENSI BUKU: Johnny Mushroom Mencari Arti Kehidupan dari Urban Terpinggirkan

Zaky Yamani dalam buku Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya (2011) berkisah tentang orang biasa dalam plot kisah sederhana dengan hikmah dan keajaiban di baliknya.

Sampul depan buku Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya karya Zacky Yamani terbitan Majelis Sastra Bandung (2011). (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah3 Desember 2023


BandungBergerak.id- Cerita-cerita orang biasa selalu kaya dan mendengarkan mereka berbicara kita seolah dibawa ke ruang kedirian betapa di atas luka masih ada derita, di atas derita masih ada juga air mata. Inilah kehidupan manusia, manusia biasa yang bisa atau sama sekali sejarah tidak  membicarakannya, atau buku-buku sejarah menuliskan kisahnya. Mungkin hanya segelintir orang yang membicarakannya di tongkrongan-tongkrongan mereka.

Orang-orang biasa ini yang diceritakan oleh Zaky Yamani dengan plot kisah-kisah yang amat sederhana namun ada hikmah dan keajaiban di baliknya. Bila tidak ada, mungkin Anda bisa tertawa sembari menikmati hidup yang begini-begini saja.

Di buku kumpulan cerpen Zaky Yamani, Johnny Mushroom (2011) ini mengajak untuk berkenalan dengan orang-orang biasa. Ada Johnny yang bergaul di Dago bernama Yadi, seorang anak skinhead yang berkepala plontos bercelana Levis memakai sepatu Doctor Martens ini berjualan mushroom dan menjadi bandar lahir di Rancaekek.

Alasan Johnny sederhana berjualan mushroom, selain karena legal dan bisa didapatkan di tahi sapi atau tahi banteng, ia terlampau ingin mabuk. Mari kita dengar tutur Johnny. “Aku capek hidup di jalan. Aku capek minum arak, karena besok paginya pasti mencret. Aku ingin mengisap ganja, tapi tidak punya uang, juga takut pada polisi. Jadi aku pulang. Aku ingin tidur.” (halaman 5)

“…..Aku melangkah tanpa arah. Tiba-tiba langkahku terhenti. Aku melihat benda itu lagi. Tahi sapi yang ditumbuhi jamur. Aku berjongkok, memperhatikan keindahan itu.. sudah kutemukan jawaban dari pertanyaanku. Aku akan menjual mushroom” (halaman 5).

Kelak kemudian Johnny menjual jamur yang tumbuh dari kotoran hewan itu di acara musik undergound. Ia dikenal sebagai Johnny si penjual mushroom.

“Orang akan mengingat namaku. Johny Mushroom. Skinhead yang mendengarkan Shams 69 ketika mabuk alkohol, tapi saat mabuk mushroom, hanya The Grateful Dead yang terdengar di telingku” (halaman 7).

Selain sosok Johnny yang anak skinhead berjualan mushroom itu, Zacky juga mengajak kita melihat kisah Kimsky si anak punk yang ditangkap oleh polisi saat pesta di malam minggu.

Kimsky dan temannya bernama Ali diamankan oleh polisi, lalu mereka dibawa ke kantor polisi, diperiksa KTP, dan di pemeriksaan ini ada cerita di mana Kimsky menertawakan orang yang bergigi tonggos atau disebut si orongoh. Kisah Kimsky si anak punk ini bisa dibaca pada  cerpen berjudul Saturday Night’s Lullaby pada buku ini.

Cerpen-cerpen di buku ini tak hanya menceritakan manusia urban yang terpinggirkan seperti apa yang dikatakan oleh Ahda Imran pada sinopsis buku yang termuat di belakang sampul, namun juga memotret luka, luka yang dibagikan kepada siapa saja yang sudi ingin ikut menderita, seperti Johnny yang kadung menjual mushroom dan Kimsky  sedang mabuk, ditangkap polisi. Karena siapa yang ingin mabuk mushroom atau saat berpesta ditangkap polisi? Tak ada.

Pada buku yang memuat kurang lebih 16 cerpen ini,  kita akan melihat bagaimana mur dan baut bercakap tentang nasib para buruh pabrik, kisah para kambing muda yang memberontak ke kambing tua di Gunung Padang Ilalang, hingga Samad penganggur merenungi hidup mencari bangsa.

Cerita-cerita di dalam buku ini ditampilkan dengan begitu apik dan terkadang menohok. Di cerpen Mur dan Baut misalnya bagaimana Baut bertutur pada Mur mengenai hidup manusia para pekerja. “Aku hanya kasihan terhadap manusia, terutama yang bekerja di pabrik ini. Coba kau perhatikan mereka hanya pelengkap mesin ini” (halaman 27).

Sekali lagi, meminjam Ahda Imram, Zaky Yamani melalui bekalnya sebagai jurnalis di buku cerpen ini menawarkan bagaimana kita memandang manusia dan nasibnya, bahkan kehidupan itu sendiri. Pesan eksistensial pada kehidupan ditulis oleh Zaky Yamani pada cerpen berjudul “Hangover”.

Baca Juga: RESENSI BUKU : Puizine Ketam, Mengarsipkan Keseharian yang Tidak Pasti
RESENSI BUKU: Bersimpuh di Ujung Perjalanan
RESENSI BUKU: “Ngejah” Surat-surat Haji Hasan Mustapa untuk Snouck Hurgronje

Kita Manusia, Sudahkah Kehidupan ini Milik Kita?

Di Cerpen “Hangover” Zaky dengan sederhana menceritakan sosok pekerja yang ia terlambat untuk bekerja karena kemabukan, di tengah jalan di atas motor ia akan pergi bekerja merenungi kehidupan. Kehidupan yang tak lagi menjadi dirinya sendiri, ia tak sempat untuk memikirkan hal-hal lainnya, selain pekerjaan dan itu semua untuk bertahan hidup. Zaky mempertanyakan perihal bertahan hidup tersebut.

“Apa kita tidak bosan dan lelah Ketika semua yang kita kerjakan sehari-hari berujung pada alasan untuk bertahan hidup di dunia yang tak ramah ini? Hanya itu? Lalu kapan kita ‘hidup’ tanpa harus terjebak segala pekerjaan dan rutinitas untuk mempertahankannya? Kapan kita bisa menikmati sesuatu yang bernama ‘hidup’ itu?” (halaman 102)

Tak berhenti di situ, pertanyaan eksistensial mengenai “hidup” ini Kembali dikemukakan pada paragraf selanjutnya, mari kita simak. “Baik kita Kembali lagi, pertanyaan diulang, kapan kita akan ‘hidup’? memangnya sekarang ini kita belum ‘hidup’? Dengan pekerjaan dan rutinitas seperti ini, bukankah kita hidup, dan kita sedang berupaya mempertahankan ‘hidup’?” (halaman 102)

Saking asyiknya mempertanyakan kehidupan dan arti bertahan hidup, tokoh pada cerpen “Hangover” ini terlambat, dan kemudian menyadari “karena hidup ini bukan milik kita lagi”. (halaman 104)

Agaknya benar kata penyair Soni Farid, buku berwarna coklat yang ditulis oleh jurnalis, cerpenis, novelis ini memiliki makna yang dalam. Makna yang dalam ini bisa kita renungi bahwa segala kehidupan orang pinggiran, orang biasa, atau urban terpinggirkan itu kehidupannya bukan lagi milik mereka, dan semua itu sebab untuk bertahan hidup. Tapi apa benar kita hidup? Aduh. Allahu’allam.

Informasi Buku

Judul: Johnny Mushroom dan Cerita Lainnya

Penulis: Zaky Yamani

Penerbit:  Majelis Sastra Bandung, Cetakan Pertama, Mei 2011

Desain Sampul: Dodi Mustafa

ISBN: 9786029904116

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, serta artikel-artikel lain tentang Resensi Buku

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//