• Buku
  • RESENSI BUKU: Jejak Pencak Silat yang Mendunia

RESENSI BUKU: Jejak Pencak Silat yang Mendunia

Didin AS Suhana menampilkan pencak silat pertama kali Markas Besar UNESCO pada tanggal 28 Oktober 2016.

Sampul buku Kuda-kuda Alit: Sejarah Pertama Pencak Silat Bergema di Markas Besar UNESCO karya Karguna Purnama Harya, terbitan Yayasan BVS. (Foto: Karguna Purnama Harya)

Penulis Karguna Purnama Harya17 Desember 2023


BandungBergerak.id – Tanggal 12 Desember merupakan tanggal bersejarah bagi dunia Pencak Silat Indonesia. Empat tahun yang lalu, tepatnya di Bogota, Colombia, Tradisi Pencak Silat, berhasil ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda milik Indonesia oleh UNESCO.

Tentu saja, banyak pihak-pihak yang telah berjasa besar untuk upaya pelestarian dan juga upaya untuk mewujudkan diakuinya Tradisi Pencak Silat sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia melalui UNESCO. Mulai dari elemen-elemen pemerintah, organisasi-organisasi kepencaksilatan, paguron-paguron, para akademisi, dan tentu juga para praktisi Pencak Silat, baik di dalam negeri, maupun di luar negeri.

Untuk memperingati momentum bersejarah tersebut, maka penulis telah menyusun buku berjudul Kuda-kuda Alit: Sejarah Pertama Pencak Silat Bergema di Markas Besar UNESCO, diterbitkan oleh Yayasan BVS. Berhubung energi penulis sangat terbatas, baik dari segi waktu maupun dari segi sumber daya untuk akses informasi, maka tentu di sini penulis tidak bisa menuliskan jasa-jasa seluruh pihak-pihak tersebut secara komprehensif.

Dari semesta sejarah suksesnya Tradisi Pencak Silat terinskripsi di UNESCO, pada buku tersebut, penulis hanya mengangkat kiprah seorang putra bangsa yang sangat menarik, yaitu praktisi Pencak Silat yang berada langsung di jantung UNESCO, dan juga sangat berjasa demi diakuinya Tradisi Pencak Silat di UNESCO.

Baca Juga: RESENSI BUKU: “Ngejah” Surat-surat Haji Hasan Mustapa untuk Snouck Hurgronje
RESENSI BUKU: Johnny Mushroom Mencari Arti Kehidupan dari Urban Terpinggirkan
RESENSI BUKU: Museum Kenangan, Membagikan Jatuh Cinta Pertama pada Buku

Kang Alit

Seseorang tersebut adalah Didin AS Suhana (Kang Alit) motor penggerak pencak silat agar bisa tampil pertama kali di Maison de l'UNESCO (Markas Besar UNESCO) pada tanggal 28 Oktober 2016, tiga tahun sebelum Tradisi Pencak Silat tersebut terinskripsi. Di samping seluruh pihak yang telah berjasa besar, begitu pula Kang Alit, yang telah berupaya terus menerus secara konsisten bersusah payah agar Pencak Silat resmi ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda milik Indonesia.

Informasi mengenai Didin AS Suhana yang disebut-sebut sebagai penggerak pertama Tradisi Pencak Silat untuk tampil di Markas Besar UNESCO itu penulis dapatkan dari koran online Tinta Putih. Selain itu namanya pun disebutkan di dalam buku yang disunting oleh Ramadhan KH, berjudul Rantau dan Renungan: Budayawan Indonesia tentang Pengalamannya di Perancis, Volume 3.

Berdasarkan hal itu maka kemudian muncul rasa penasaran yang mengkristal menjadi dua buah pertanyaan, siapakah sebenarnya Didin AS Suhana itu? Apa perannya di balik suksesnya Tradisi Pencak Silat diakui sebagai WBTB Indonesia secara internasional oleh UNESCO? Bagaimana refleksi dirinya terhadap suksesnya Tradisi Pencak Silat terinskripsi di UNESCO tersebut?

Tiga buah pertanyaan itulah yang akan dijawab di dalam buku Kuda-kuda Alit: Sejarah Pertama Pencak Silat Bergema di Markas Besar UNESCO. Akhirnya, dirgahayu terinskripsinya tradisi pencak silat ke-4, (12 Desember 2019-12 Desember 2023).

Informasi Buku

Judul: Kuda-kuda Alit: Sejarah Pertama Pencak Silat Bergema di Markas Besar UNESCO

Penulis: Karguna Purnama Harya

Penerbit: Yayasan BVS

Ukuran: Landscape, tinggi 15,25 cm; panjang 23 cm.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//