MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #16: Tes Pertamaku di Nurtanio
Di masa Orde Baru ada Clearance Test yang digunakan untuk memastikan karyawan bukan keluarga atau keturunan dari anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
Asmali
Anak Betawi yang menghabiskan lebih dari 40 tahun hidupnya di Bandung. Banyak menghabiskan waktu membaca buku-buku bertema agama dan sosial.
17 Desember 2023
BandungBergerak.id – Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Aku bangun dari tidurku dan aku menggerak gerakan badan sekadarnya. Bismillah, hari ini aku akan menjalani tes.
Setelah badan terasa hangat aku memompa air untuk persiapan mandi. Tak lama kemudian terdengar suara azan Subuh. Setelah selesai mandi aku memompa air kembali untuk mengisi ember-ember yang kosong, lalu berwudu dan melaksanakan salat Subuh.
Di sela-sela kesibukanku, satu kakak senior ternyata sudah bangun juga. Melihat aku sudah terjaga, ia lantas bertanya, apakah aku sudah menunaikan salat subuh atau belum. Aku pun menjawab sudah.
“Jangan lupa berdoa biar keterima kerjanya,” kata dia.
“Sudah kak,” jawabku. Sambil mengingatkan kalau ember-ember kosong di kamar mandi sudah aku isi semua.
“Kenapa pake diisiin segala,” kata dia, seolah tak mau merepotkanku.
“Enggak apa-apa Kak, sekalian,” ucapku.
Sambil menunggu jam berangkat untuk tes aku siap-siap. Setelah memastikan tak ada barang yang ditinggal aku duduk sejenak sambil menikmati dinginnya udara Bandung. Aku duduk di tegas sambil melihat-lihat aktivitas di rumah kos itu. Tak lama kemudian aku melihat jam. Ternyata sudah pukul 06.30 pagi.
“Kak, saya berangkat duluan ya. Mau lihat-lihat tempat tes dulu,” kataku pamit. Tak lupa mengucapkan terima kasih atas tumpangan yang mereka berikan padaku.
“Oh iya. Nanti kalau lanjut tesnya, ke sini lagi ya,” kata salah satu kakak senior.
“Iya Kak, makasih,” kataku sambil beranjak pergi.
Kira-kira sepuluh sampai lima belas menit aku jalan dari Pandu Dalam ke Husein Sastranegara. Sampailah ke tempat yang kutuju tepatnya Markas Komando Angkatan Udara yang masih ada dalam satu kompleks Husein Sastranegara. Di sana sudah banyak peserta tes berkumpul. Aku perhatikan tidak ada seorang pun yang aku kenal. Aku hanya menimbrung kepada beberapa orang yang sedang berbincang bincang. Ingin tahu bagaimana nanti tesnya.
Baca Juga: MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #13: Balada Pencari Kerja
MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #14: Ke Bandung, Sekali Lagi
MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #15: Semalam Menginap di Pandu Dalam
Tes Dimulai
Tidak lama kemudian ada panggilan untuk kumpul. Ini tanda akan dimulainya tes. Peserta diminta masuk berjajar ke ruang tes lalu dipersilakan mengisi bangku-bangku yang kosong untuk memulai tes. Sebelum mengerjakan soal, kami diberikan pengarahan oleh penguji untuk mempersiapkan alat tulis masing-masing. Aku tidak mengetahui berapa banyak yang mengikuti tes hari pertama ini.
“Jangan ada yang menyentuh kertas soal, sebelum kami perintahkan,” kata penguji sambil membagikan soal kepada para peserta. Ucapan ini bikin suasana tes makin menegangkan.
“Masih ada yang belum dapat soal,” tanya penguji memastikan.
“Sudah semua Pak,” kata kami.
“Kami berikan waktu 60 menit untuk mengerjakan soal-soal ini. Silakan dimulai dari sekarang,” ucap penguji.
Sepanjang waktu pengisian soal, suasana berubah menjadi terasa hening. Semua peserta konsentrasi. Hanya suara langkah penguji yang terdengar. Hingga 20 menit terakhir belum ada peserta tes yang beranjak dari kursinya. Sepertinya semua masih tekun dengan soal-soal di depan mata.
Waktu masih tersisa lima menit dan aku masih membolak-balik kertas soal, khawatir masih ada yang belum terisi.
“Waktu pengerjaan telah selesai dan letakan kertas soal di sisi sebelah kanan Anda,” kata penguji memecah keheningan. Mereka pun langsung menghampiri meja-meja peserta untuk mengambil semua kertas soal yang sudah diisi.
“Hasil tes akan kami umumkan seminggu kemudian yaitu pada hari Senin depan , dan bagi peserta yang di nyatakan lulus bisa mengikuti tes berikutnya. Terima kasih sampai ketemu minggu depan,” ucap penguji.
Seingatku untuk masuk PT Nurtanio saat itu memang ada sejumlah tahapan tes. Mulai dari tes tertulis yang saat itu baru saja aku ikuti, dan jika lolos maka akan ada yang namanya psikotes. Nanti disuruh menunggu lagi, yang jika tahap psikotes berhasil maka ada ada tes kesehatan. Setelah itu, di zamanku dulu ada yang namanya Clearance Test. Di masa Orde Baru, ini digunakan untuk memastikan karyawan yang akan bekerja bukan dari keluarga atau keturunan dari anggota Partai Komunis Indonesia yang sejak 1965 dilarang oleh pemerintah Soeharto. Itu biasanya jadi tes final yang menentukan di samping wawancara. Setelah itu semua terlampaui baru deh dianggap lolos sebagai karyawan.
Setelah tim penguji meninggalkan ruang kelas maka kami peserta tes mengikutinya. Waktu menunjukkan sudah pukul sebelas siang, dan aku tidak berlama-lama lagi. Aku langsung menuju ke terminal bus Kebon Kalapa dengan angkutan bemo dari Ciroyom. Sesampainya di sana, aku langsung ambil bus ke Jakarta.