• Berita
  • Titik Banjir Mengepung Bandung, Tanggul di Kampung Braga Jebol

Titik Banjir Mengepung Bandung, Tanggul di Kampung Braga Jebol

Tak terkendalinya alih fungsi lahan disinyalir memperparah banjir musim hujan di kawasan Bandung Raya. Air dari hulu cepat menyerbu hilir.

Warga melakukan penyelamatan barang ketika banjir melanda Kampung Braga, Kota Bandung, Kamis, 11 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Awla Rajul11 Januari 2024


BandungBergerak.id - Hujan lebat dan menyempitnya ruang terbuka hijau karena alih fungsi lahan memicu banjir di banyak titik di Bandung Raya, Kamis, 11 Januari 2024. Banjir terpantau melanda jantung Kota Bandung, Jalan Braga, kawasan Ciumbuleuit, dan Bojongsoang di Bandung selatan.

Dari postingan media sosial yang tersebar, penyebab banjir di Jalan Braga karena meluapnya Sungai Cikapundung. Gang Apandi RW 08, Kampung Braga, Kec. Sumur Bandung, terdampak cukup parah.

Menurut Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, pihaknya mendapatkan laporan bencana banjir di Jalan Braga pukul 17:10 WIB. BandungBergerak.id juga menerima laporan dari KawanBergerak yang tinggal di Kampung Braga, Farida atau kerap disapa Oda. Ia mengatakan, banjir terjadi ketika ia baru pulang kerja sekitar pukul lima sore.

“Sesampainya saya di rumah sekitar jam lima kurang lima, itu rumah saya sudah banjir, tapi alhamdulillah-nya tidak terlalu besar banjirnya. Cuma kondisi rumah saya itu kan di sebelahnya ada Pasar Antik Cikapundung, basementnya itu udah banjir juga. Jadi kayak misalnya mobil dan motor di basement itu udah pada keluar, dievakuasi dan itu udah masuk ke toko-toko,” terang Oda kepada BandungBergerak.id melalui pesan suara WhatsApp, Kamis, 11 Januari 2024.

Berdasarkan informasi yang Oda peroleh, wilayah yang terdampak banjir bukan hanya di Gang Apandi RW 08, melainkan juga di RW 3, RW 4, dan RW 7 yang bersinggungan langsung dengan sungai Cikapundung. Ia menyebut bahwa beberapa warga RW 08 mengungsi di salah satu rumah warga lainnya, bernama pak Yadin.

Enggak, ini enggak pertama kali. Cuma untuk banjir yang sebesar ini, ini mungkin yang paling besar di antara yang lain. Setelah mungkin di tahun 2004 kalau gak salah kita pernah ada banjir juga dan sangat besar. Kayaknya ini yang kedua terbesar dari banjir 2004 itu deh,” kata Oda.

Berdasarkan informasi yang ia perolah dari temannya yang mengelola salah satu galeri di Jalan Braga, toko-toko di Jalan Braga tidak terdampak banjir. Hal itu disebabkan kontur tanah yang lebih tinggi. Oda juga mendapatkan info terdapat benteng yang jebol yang menyebabkan air masuk ke pemukiman warga.

“Pokoknya rumah-rumah yang pinggir banget Cikapundung mah banyak yang jebol, banyak barang-barang yang kebawa aliran air juga kaya tabung gas, kasur,” sebut Oda.

Menurutnya, banjir terjadi disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan tak berhenti-henti. Selain itu, volume air yang sangat besar di sungai Cikapundung disebabkan oleh aliran air dari sungai di kawasan atas. Selain itu, Oda menerima informasi ada seorang anak yang baju sekolahnya ikut terbawa banjir.

“Ya mungkin untuk kondisi besok, beberapa anak di Braga yang terdampak itu gak bisa pergi ke sekolah karena untuk saat ini banjir belum surut, walaupun ada penurunan volume air,” terang Oda.

Pemkot Bandung menduga banjir di perkampungan Jalan Braga karena tanggul Sungai Cikapundung yang jebol. Dampaknya, air meluber ke permukiman warga di sekitarnya.

Penjabat Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono menyebut tanggul yang diduga jebol akan diperbaiki besok. Adapun untuk mencegah potensi kebencanaan di musim hujan, Pemkot Bandung akan berkoordinasi dengan Pemprov Jabar.

"Semoga dengan kecepatan memperbaiki tanggul, ini dapat mencegah adanya potensi yang tidak diharapkan. Per malam ini, yang bisa kami lakukan adalah melakukan identifikasi dan evakuasi," terang Bandung, dalam keterangan resmi.

Anak-anak ikut terdampak ketika banjir melanda Kampung Braga, Kota Bandung, Kamis, 11 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Anak-anak ikut terdampak ketika banjir melanda Kampung Braga, Kota Bandung, Kamis, 11 Januari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Baca Juga: Waspada di Tanah Rawan Bencana Jawa Barat
Cegah Banjir di Bandung dengan Membawa Bibit Pohon ke Bukit
Data 8 Kolam Retensi di Kota Bandung 2020, Bukan Solusi Paripurna Menuntaskan Banjir

Gundul di Utara, Meluap di Cibarani, Banjir di Selatan

Sungai Cikapundung berada di pusat Kota Bandung. Di bagian utara dengan kontur yang lebih tinggi, Sungai Cibarani pun terpantau meluap tinggi. Salah satu KawanBergerak Herman Kurnia (31 tahun) yang tengah berada di pintu bendungan Leuwihlimus, di Kampung Cibarani, Ciumbuleuit melaporkan kondisi di sekitarnya pada pukul 19:25.

“Sekarang kondisi air sudah turun, asalnya dua meter, sekarang 1,5 meteran. Tapi masih bakal ada ketinggian lagi karena curah hujan masih gede. Dari jam tiga sore (meluap),” terang Herman kepada BandungBergerak.id ketika dihubungi melalui sambungan telepon.

Akibat sungai Cibarani yang meluap, beberapa rumah di daerah Manteos tergenangi air hingga masuk ke dalam rumah. Herman pun menimpali, aliran sungai yang bermuara ke Cikapundung ini memang setiap tahunnya demikian: volume air naik saat curah hujan tinggi.

Ia berpendapat, selain karena curah hujan tinggi, volume air meningkat karena aktivitas penebangan pohon di daerah atas (Bandung utara). Kurangnya penanaman pohon besar yang dapat menahan laju air pun menjadi penyebab air cepat meluap saat curah hujan tinggi di musim penghujan.

“Untuk warga sekitar yang dekat bantaran, (daerah) Siliwangi atau Manteos, hati-hati karena hujan masih tinggi dan air kemungkinan bakal besar lagi. Hati-hati pokoknya yang di bantaran sungai,” imbau Herman.

Curah hujan yang tinggi di Bandung Raya mengantarkan air ke wilayah yang lebih rendah, yaitu selatan Bandung. Ghiyats (21 tahun) melaporkan bahwa kawasan tempat tinggalnya di komplek Griya Bandung Indah, Desa Buah Batu, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung sudah tergenangi banjir sejak sekitar pukul lima sore.

“Kalau di depan rumah sudah selutut orang dewasa. Kalau di dalam rumah sudah semata kakilah. Ini juga ketolong karena sudah biasa banjir, jadi si pintu rumah kan dikasih pembatas buat air. Untung ketahan sama itu, kalau gak kayaknya sudah dekat lutut juga masuk ke rumah,” ungkap Ghiyats melalui sambungan telepon.

Setiap kali musim hujan, komplek rumah Ghiyats sangat rentan dengan banjir. Selain karena kontur datarannya yang lebih rendah, di belakang rumah Ghiyats terdapat sungai kecil yang menjadi penampung maupun aliran sungai dari komplek.

Mahasiswa di perguruan tinggi negeri tersebut menambahkan, banjir bukan hanya datang dari depan rumah, melainkan juga dari belakang rumah yang berbatas langsung dengan sungai kecil, melalui saluran pembuangan, dan rembesan dari belakang. Jika hujan berhenti, ia menyebut air yang menggenang di dalam rumah biasanya akan surut esok pagi.

“Ini langgananlah banjir. Hati-hatilah kalau keluar rumah. Yang pakai kendaraan bermotor sebaiknya jangan dulu keluar rumah, nanti rusak. Hati-hatilah, waspada selalu,” imbaunya.  

**Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Awla Rajul atau artikel lain tentang Bencana Banjir 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//