Banjir Bandung Selatan, Warga Berharap Benteng Sungai Diperkuat
Selain intensitas hujan yang tinggi, banjir Bandung selatan diperparah dengan tingginya alih fungsi lahan karena pembangunan dan bisnis properti.
Penulis Awla Rajul13 Januari 2024
BandungBergerak.id - Sejumlah titik di Bandung Raya dirundung bencana banjir sejak Kamis, 11 Januari 2024. Sungai Citarum seperti mengamuk. Bandung selatan terdampak paling parah. Hingga Sabtu, 13 Januari 2024 air bah belum surut. Akses ke sejumlah jalan raya terputus, ribuan rumah, penghuninya harus mengungsi ke tempat-tempat lebih tinggi.
Banjir tak hanya menjebol benteng penahan air, sampah yang tak terkelola dan maraknya pembangunan perumahan di kawasan selatan dinilai memperparah bencana hidrometeorologi ini.
Warga Lamajang Peuntas, Desa Citeureup, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Solihah Nurhasanah (20) menceritakan bagaimana dampak banjir yang dirasakan di kawasan rumahnya. Banjir mulai datang sejak sore hari karena intensitas hujan yang tinggi dan berdurasi panjang sejak siang. Sungai Citarum tak mampu menampung volume air kiriman dari hulu (Kota Bandung dan Kawasan Bandung Utara).
“Nah, karena air yang di sungai itu teh terlalu banyak, sampai mudal gitu ke benteng, ke jalan. Nah, kan di Lamajang Peuntas itu ada tiga RW, kebetulan di RW 17 itu ada benteng juga. Karena gak kuat nahan air sungai jadi jebol, ambruk. Makanya disebut banjir bandang soalnya arusnya gede banget,” terang Solihah, saat dihubungi BandungBergerak.id.
Akibat benteng yang jebol, air yang deras itu langsung mengarah ke gang pemukiman warga di RW 17 Citeureup. Ketinggian air di RW ini melampaui tinggi orang dewasa pada umumnya, sekitar dua meter. Di beberapa tempat ketinggian banjir mencapai atap rumah.
“Kalau sekarang udah surut. Kan kemarin (Jumat, 12 Januari 2024) juga enggak hujan kan, jadi Alhamdulillah semakin surut. Sekarang juga di RW 17 udah surut, paling sedikit lagi,” tuturnya.
Saat BandungBergerak.id menghubungi Solihah, hujan sedang turun dalam intensitas ringan. Ia berharap air sungai tak meluap hingga menyebabkan banjir. Pascabanjir tersebut, wanita ini menerangkan akses jalan sangat sulit untuk dilewati, terlebih air yang terus mengalir dari sungai.
Akses jalan kampung baru bisa dilewati pada hari kedua, itu pun dengan jalan kaki, bukan kendaraan bermotor. Selain karena air masih menggenang, lumpur, barang-barang warga, sampah dari robohan rumah memenuhi jalan yang menyulitkan dilewati kendaraan. Sedangkan di jalan raya, ia mengaku jalannya ditutup polisi.
“Nah kalau buat sore sampai hari ini dari pagi udah dibuka lagi jalannya, setau saya. Terus bekas ambrukan benteng sudah dibersihkan dan sedang dalam proses pembangunan lagi,” ungkapnya.
Solihah dan keluarga sudah mulai beraktivitas seperti biasa. Listrik sudah kembali normal dari sebelumnya mati selama dua hari. Namun ia menyarankan kepada warga terdampak banjir agar tidak terlalu banyak beraktivitas di luar rumah, kecuali dalam keadaan mendesak. Alasannya, hujan masih kerap turun dan dikhawatikan akan kembali banjir.
Ia juga berharap pengelolaan sampah yang lebih baik lagi, sehingga sampah tidak menimbulkan sedimentasi sungai. Sepengamatannya, saat ini sungai telah menjadi tempat penampungan sampah. Ia juga berharap benteng sugai diperkuat.
Kawasan Bandung Selatan, khususnya di Bojongsoang, Dayeuhkolot, hingga Baleendah memang merupakan langganan banjir setiap kali diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Kawasan ini juga berada di titik yang relatif lebih rendah di Bandung Raya. Warga Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Delly Alfianoor (21 tahun) pun mengamini hal serupa.
“Daerah saya itu memang terkenal sama banjir, sudah lama gitu. Kondisi banjir kemarin, yang biasanya cuma selutut atau sepaha, ini mah kemarin sudah sampai se-dada orang dewasa. Bahkan di Dayeuhkolot yang sebelumnya itu udah sampai kepala orang dewasa, lewatlah. Bisa dibilang rumah juga sudah tenggelam. Iya, hampir dua meter,” ungkapnya, kepada BandungBergerak.id.
Meski begitu, ia bersyukur kawasan rumahnya tak banyak terdampak bencana banjir. Hanya kesulitan akses jalan karena kemacetan, meski di jalur alternatif seperti Cijeruk banyak kendaraan yang tertahan di titik banjir.
Genangan air dari banjir dua hari lalu memang sudah berangsur surut. Namun jika hujan intensitas tinggi kembali mengguyur kembali Bandung Selatan dan Bandung Raya, Delly khawatir banjir akan berulang.
Delly juga mengingatkan kepada warga untuk tidak mengakses jalan di daerah Bojongsari karena sudah pasti tidak bisa dilewati disebabkan banjir. “Apalagi sekarang udah turun hujan, malah nambah banjirnya juga. Terus jangan terlalu sering keluar rumah sajalah sekarang mah, di rumah saja, kan hujan juga takutnya kenapa-napa,” sarannya.
Mengkritisi soal bencana banjir yang kerap terjadi di Bandung Selatan, Delly berpendapat, kesadaran masing-masing warga menjadi kunci untuk meminimalkan banjir, khususnya dalam pengelolaan sampah.
Hal tersebut dibuktikan dengan banyak sampah yang berserakan saat banjir. Penyebab lain adalah masifnya pembangunan perumahan di kawasan Bandung Selatan. Alih fungsi lahan yang massif ini membuat kawasan resapan air berkurang.
“Solusi yang pertama sih dari kesadaran diri orangnya masing-masing. Terus mungkin karena sudah dibangun juga perumahan-perumahan, (misal) di Cikoneng. Nah, itu juga yang menghambat di mana saluran itu gak akan jalan. Karena banyaknya perumahan yang dibangun, kayak Podomoro tu, banyak. Iya resapan airnya berkurang,” terangnya.
Baca Juga: Kesaksian Warga ketika Gang Kampung Braga Dicekam Banjir
Ribuan Rumah dan Jiwa Terdampak Banjir Bandung Selatan, Pemerintah Diminta Komitmen Melindungi Wilayah Konservasi
Titik Banjir Mengepung Bandung, Tanggul di Kampung Braga Jebol
Mengungsi ke SMP 1 Dayeuhkolot
Sebagian warga terdampak banjir mengungsi ke SMP 1 Dayeuhkolot dan tempat-tempat pengungsian lainnya. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat, banjir berdampak kepada sekitar 2.000 rumah.
“Untuk penanggulangan, pertama karena ini jebolnya tanggul, solusi akan digunakan geobag untuk sementara dan untuk banjirnya akan digunakan (disedot) dengan mobil khusus dari BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai), tapi bertahap,” kata Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, saat mengunjungi pengungsi di SMP 1 Dayeuhkolot, Jumat, 12 Januari 2024.
Bey menyebutkan telah disediakan lahan pengungsian di SMP 1 Dayeuhkolot untuk warga terdampak banjir. Di sana juga disediakan dapur umum dan air bersih.
Bey mengimbau bagi warga yang masih di dalam rumah dan ingin segera dievakuasi dapat menelpon ke nomor 110. Warga juga diharapkan selalu waspada, selaras dengan prakiraan cuaca ekstrem dari BMKG.
BMKG merilis potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang masih mungkin terjadi pada waktu siang hingga menjelang malam hari, 14 hingga 17 Januari mendatang di kawasan Bandung Raya.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Awla Rajul atau artikel lain tentang Bencana Banjir